"Saat ini kamu akan jadi objek paling indah yang selalu aku rindukan, setiap detiknya." -Nara Safira
"Tak perlu khawatir sedih, aku akan membuatmu menjadi perempuan paling bahagia di dunia." -Radit Sanjaya
***
"Selamat pagi cantik,"
Nara menoleh sebentar lalu memutar bola matanya malas, ia kembali memfokuskan dirinya pada layar ponselnya.
"Aku bawain sarapan buat kamu,"
Nara menatap kotak makan yang tersodor ke arahnya, maniknya kembali menatap layar ponsel. Baginya, menatap layar ponsel saat ini lebih penting dari pada meladeni masa lalunya.
"Aku suapin ya,"
Nara menghela napasnya sabar, ia menghentikan pergerakan tangan Arzi yang hendak membuka kotak makannya.
"Makasih banget, lo makan aja sendiri."
"Tapi aku buatin untuk kamu Ra,"
Nara menarik napasnya lalu menghembuskannya pelan, tangannya tergerak mengambil kotak makan membuat Arzi melengkungkan senyumannya.
"Bima, sarapan buat lo nih," Nara memanggil Bima yang baru saja masuk ke dalam kelasnya, memberikan kotak makanan itu pada Bima.
Bima tersenyum dengan manik berbinar, lain hal dengan Arzi yang senyumnya seketika luntur.
"Ra, kamu apaan sih. Sarapan ini aku buatin untuk kamu," Arzi berkata dengan tak terima. Jelas, karena sarapan ini Arzi khususkan untuk Nara bukan untuk orang lain.
"Makanan ini lo kasih untuk gue?" Arzi mengangguk, "Makanan ini udah jadi hak milik gue, terserah gue mau diberikan lagi ke orang atau ngga, gak ada urusannya sama lo." lanjut Nara lebar membuat Arzi diam.
Bima mengangguk setuju, "Ribet lo," decak Bima menatap Arzi tak suka, laki-laki itu lalu kembali membuka kotak makanannya dan melahapnya dengan senang.
"Kalau kaya gini, sama aja kamu gak ngehargain pemberian dari aku," ujar Arzi pada Nara.
"Gue sangat menghargai pemberian dari lo, makasih banyak. Kalau makanannya udah habis, gue balikin lagi kotak makannya," balas Nara cuek, setelah itu kembali menatap layar ponselnya dan tak mengindahkan Arzi.
"Husss husss sana pergi," Bima menggerakkan tangannya mengusir Arzi untuk segera pergi dari hadapannya.
Arzi mendengus kesal lalu beranjak pergi keluar. Bima tersenyum senang, ia kembali memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Boleh juga masakan mantan lo," celetuk Bima seraya menganggukkan kepalanya, menikmati cita rasa yang melebur di dalam mulutnya.
"Mau?" tanya Bima saat Nara menatapnya lama.
Nara menggeleng pelan, "Habisin,"
Bima kembali menyunggingkan senyumnya, ia mengacak-acak pelan pucuk kepala Nara, "Thank you pembawa rezeky," kekeh Bima. Tak sia-sia Bima sholat subuh dan berdo'a. rezeky-nya datang dengan Nara menjadi perantaranya.
"Adan mana?" tanya Nara pada Bima saat tak melihat kehadiran Adan.
Nara menoleh saat mendengar suara Adan masuk bersamaan dengan Qeiza.
"Wesssss, bagi dong," serobot Adan mengambil sendok dari tangan Bima.
"Jangan lupa cilungnya," Nara berujar mengingatkan kembali Qeiza yang janji akan mentraktirnya.
"Katanya gak mau," Qeiza tersenyum meledek.
"Sekalian basonya, ya," tambah Nara.
Qeiza mengangguk pasrah, "Masih pagi, dompet udah dikuras aja." gumamnya membuat Nara terkekeh geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLOW (END)
Teen Fiction"Pada akhirnya, perpisahan menjadi jalan terakhir dari kisah kita" Ini tentang Radit Sanjaya, laki-laki yang harus berurusan dengan perempuan karena sebuah tantangan. Dan ini tentang Nara Safira, perempuan yang harus bertahan menjalani kisah hidupn...