Makin sepi, ceritanya udah gak seru ya?
Sorry, tapi vote apalagi spam komen dari kalian itu yang paling ak tunggu-tunggu;)
But its okey, ak bakal lanjutin cerita ini meskipun sepi.
Happy Reading
***
Hari ini, mentari pagi yang terik menjadi awal yang baik untuk hatinya. Kicauan burung menjadi saksi atas senyumnya yang tak pernah luntur.
Manusia dingin bermulut busuk berhasil menjadi alasan ia bahagia saat ini.
Radit Sanjaya, cowok yang berhasil membuat Nara menjerit kegirangan hanya dengan kecupan singkat di kepalanya pada malam tadi.
Nara menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuhnya, setelah dirasa sudah selesai, kaki jenjang Nara melangkah keluar. Baru saja hendak menutup pintu rumahnya, ia dikejutkan dengan sosok yang menjulang tinggi.
"Astagfirullah, ngagetin aja sih." ucap Nara lirih seraya mengusap dadanya.
"Pagi," sapanya dengan memamerkan senyum tipisnya.
Sudut bibir Nara terangkat, membentuk lengkungan yang begitu manis. "Pagi Adit," sapa Nara balik.
Tangan Adit terulur mengusap rambut Nara, maniknya tak henti menatap wajah Nara.
"Cantik," pujinya.
"Karena kalau ganteng itu kamu," balas Nara dengan kekehan kecilnya. Beberapa detik kemudian maniknya membulat seraya menutup mulutnya terkejut. Nara kelepasan mengganti panggilannya menjadi aku-kamu.
Adit tersenyum tipis, "Gapapa, gue suka. Panggil senyamannya lo."
Nara tersenyum lega, setidaknya ia tidak terlalu malu karena Adit menyukainya.
Adit menggenggam jemari mungil Nara, membawanya ke arah motor sport hijau kesayangannya dan melajukan motornya menuju SMA Cakrawala.
Semua pasang mata tertuju padanya, ah tidak, lebih tepatnya pada Adit yang memakai seragam berbeda dengannya.
"Gak usah buka helm," cegah Nara pada Adit yang hendak membuka helm fullface-nya.
Adit menaikkan satu alisnya seolah bertanya kenapa.
"Nanti cewek-cewek Cakrawala terpesona sama kamu," kata Nara yang mengundang kekehan kecil dari Adit.
Adit mengacak-acak pucuk kepala Nara dengan gemas, gadis itu tak memberikan celah untuk Adit tebar pesona. Padahal Adit memang tak pernah tebar pesona. Ia memang sudah tampan sejak lahir.
"Pulang gue jemput," Nara mengangguk. "Gue pamit." Nara melambaikan tangannya saat motor sport hijau itu melaju meninggalkan pekarangan Cakrawala.
Nara berlari kecil ke dalam kelasnya, ia akan menceritakan semua kebahagiaannya pada Qeiza, Bima dan Adan.
***
"Cowo yang waktu itu antar dan jemput lo?" tanya Qeiza pada Nara.
Nara mengangguk sambil memasukkan batagor ke dalam mulutnya. "Iya, yang ganteng," kekehnya geli.
Nara sudah menceritakan semuanya, tentang hubungannya dengan Adit yang baru resmi semalam. Qeiza cukup terkejut, pasalnya Nara pernah bercerita tentang bagaimana dingin dan busuknya mulut laki-laki itu.
"Lo serius?" tanya Qeiza lagi memastikan.
"Terus gue bohong gitu?" ujar Nara kesal.
Namun tak lama setelahnya, senyumnya kembali mengembang. "Tanpa gue sadari, hati gue selalu hangat dengan perlakuan dia yang tak terduga itu," Nara kembali mengingat perlakuan Adit padanya yang tak pernah terduga itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLOW (END)
Teen Fiction"Pada akhirnya, perpisahan menjadi jalan terakhir dari kisah kita" Ini tentang Radit Sanjaya, laki-laki yang harus berurusan dengan perempuan karena sebuah tantangan. Dan ini tentang Nara Safira, perempuan yang harus bertahan menjalani kisah hidupn...