DIHARAP UNTUK VOTE DAN KOMEN
JIKA SUDAH, BARU BOLEH BACA
SHARE CERITA INI YA GAIS
H A P P Y R E A D I N G
______________________________Pancaran sinar mentari menerobos masuk melewati celah jendela kamarnya, membuat Nara terpaksa mengerjapkan matanya beberapa kali karena menyorot langsung ke arah matanya.
Nara bangkit, lalu meregangkan ototnya sebentar. Maniknya teralih pada sepucuk surat diatas nakas samping tempat tidurnya. Ia mengambil lalu membacanya.
Udah gue buatin sarapan, dimakan.
Jaket gue jangan lupa cuci! Pasti bau keringat lo.
Nara mendengus sebal membacanya, lalu membuang asal kertas itu. "Dasar, manusia dingin bermulut busuk." cibirnya. Gadis itu lalu bergegas untuk mandi.
Setelah semuanya rapi dengan seragam yang sudah melekat ditubuh mungilnya, Nara melangkah ke arah meja makan, disana sudah tersaji dengan indah satu piring nas goreng dengan telur mata sapi di atasnya.
Melihat dari penampilan nasi gorengnya tidaklah buruk, sepertinya enak dan lezat.
Nara tersenyum, "Mari kita cicipi nasi goreng buatan si dingin bermulut busuk."
Tangan Nara lalu menyuapkan sesondok nasi goreng ke dalam mulutnya, senyum yang tadi terbit menghiasi wajahnya seketika berubah datar saat cita rasa nasi goreng itu melebur di lidahnya.
Asin, sangat asin, itu yang dirasakan Nara didalam mulutnya setelah memasukan sesendok nasi goreng buatan Adit.
Karena tidak kuat dengan rasa asinnya, ia memuntahkan seluruh makanan dari mulutnya, lalu meneguk habis air putih untuk menetralisirnya.
"GILA ASIN BANGET, ASTAGFIRULLAH! LO KALAU KEBELET NIKAH BILANG DIT, GUE SIAP!"
***
"Ini kenapa, Ra?" tanya Bima penasaran sambil menyentuh pelan luka di pelipis Nara yang tertutup dengan hansaplast.
"Kepo lo." balas Nara jutek.
Bima berdecak kesal, lalu mengapit leher Nara, membawanya ke arah bagian ketiak Bima. Biar saja Nara menghirup segar aroma ketiak Bima.
"Jadi anak jangan ngeselin, hirup nih ketek gue." ujarnya menahan Nara yang berontak.
"BIMA ASTAGFIRULLAH, KETEK LO BAU BANGET BANGKE," teriak Nara menahan napas. "LEPASIN." sambungnya lagi.
"Gak denger." ucap Bima seolah ia tak mendengar.
Adan terkekeh pelan, menggelengkan kepalanya seolah sudah lelah dengan tingkah mereka berdua yang sering berantem. Sementara Qeiza, gadis itu memilih menyibukkan diri menghabiskan makanannya. Pertengkaran antara Bima dan Nara seolah hiburan untuknya.
"BIMA LEPASIN, GUE GAK BISA NAPAS," teriak Nara lagi meminta agar Bima melepaskannya. Jika lelaki itu masih tidak mau melepaskannya, hanya ada satu lelaki lagi yang mampu menolongnya. Gadis itu lalu menoleh pada Adan, sang penyelamatnya. "ADAAANNN.." rengek Nara manja seperti anak kecil yang meminta pertolongan pada Adan.
"Diem lo, Dan." sela Bima menatap Adan meminta agar lelaki itu diam saja.
"Lepasin Bim, kasian adek gue." ucap Adan menyuruh agar Bima segera melepaskannya.
Bima berdecak kesal lalu melepaskan Nara yang malah tersenyum kemenangan, tak lupa menjulurkan lidahnya meledek.
"Bang Adan terbaik." ucap Nara dengan senyum lebarnya memberikan dua jempol ke arah Adan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLOW (END)
Teen Fiction"Pada akhirnya, perpisahan menjadi jalan terakhir dari kisah kita" Ini tentang Radit Sanjaya, laki-laki yang harus berurusan dengan perempuan karena sebuah tantangan. Dan ini tentang Nara Safira, perempuan yang harus bertahan menjalani kisah hidupn...