BAB 29. DIA TIDAK PEDULI

501 107 29
                                    

GAIS VOTE SAMA KOMEN DULU YAA

BARU ABIS ITU LANGSUNG BACA

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI JUGA YA

H A P P Y  R E A D I N G
__________________________

"Mungkin memang sudah waktunya untuk tidak mengharapkanmu lagi dan memaksamu untuk tetap disini. Maaf karena sudah menaruh harapan yang lebih dan aku sedang merasakan kekecewaannya"

-Nara Safira-

***

5 hari setelah kejadian malam itu, pikiran Nara selalu tidak focus, ia banyak melamun. Tidak menyangka jika akhirnya ia dan Adit tak akan kembali menyapa seperti biasa.

Ucapan terakhir lelaki itu selalu terputar di otaknya meski tahu itu akan kembali menyesakkan hatinya.

"Bima, baso gue anjir" teriak Qeiza saat melihat baso kecil miliknya di ambil dan dipindahkan ke mangkuk milik Bima, padahal masing – masing dari mereka memesan baso yang sama.

"Katanya lo gak suka baso kecil," sahut Bima membalas seraya terkekeh kecil.

"KATA SIAPA?!" kesal Qeiza dengan tak santai. "Kalau kurang, beli lagi, jangan ngambil punya orang!" dumel Qeiza lagi pada Bima,

Bima terkekeh, lelaki itu tidak memperdulikan perkataan Qeiza. Kalau ada yang gratis, kenapa harus beli.

"Yaelah Qei, lo gak boleh makan baso terlalu banyak. Nanti lemaknya nambah, mau?" kata Bima dengan mengeluarkan senjata ancamannya pada perempuan.

Qeiza menggeleng tak mau, ia malah menyendokkan kembali baso kecilnya yang masih tersisa di mangkuknya dan akan diberikannya kepada Bima. Namun Adan menahan pergerakannaya.

"Jangan mau dibegoin Bima. Makan aja, gak usah pikirin lemak." kata Adan mencoba menyadarkan Qeiza.

"Ntar lemak gue nambah, gimana?" tanya Qeiza lagi, gadis itu masih ragu. Ucapan Bima membuatnya kepikiran.

Adan menghela napasnya seraya menggelengkan kepalanya pelan, "Badan lo udah kecil, harus banyak makan," jawabnya. "Sama Nara juga, harus banyak makan." tambahnya lagi sambil melirik Nara yang hanya diam melamun seraya mengaduk-aduk basonya. Mereka saling pandang setelah menatap Nara, ini bukan kali pertama Nara melamun dan banyak diam, namun sudah 5 hari mereka mendapati Nara seperti ini. Bima mencoba memanggil Nara, namun gadis itu masih diam dan tak menyahut.

"Nara Safira," panggil Bima sedikit berteriak. Karena ini sudah ke tujuh kalinya Nara diam tak menyahut ketika dipanggil.

Nara tersentak kaget, ia menatap Bima malas. "Apa?"

"Ambilin kecap." titah Bima dengan tak sabaran.

Nara menghela napasnya sebentar, ia menyodorkan botol kecap manis ke Bima, padahal posisi botol kecap itu ada didepan Bima. Dan untuk sekarang, Nara sangat malas berdebat dengan Bima.

Bima menatap Nara yang menurutinya tanpa membantah, ini tidak seperti biasanya. Sudah 5 hari Nara sering melamun, sudah 5 hari juga ia tak berdebat dengan Nara. Bima jadi penasaran, ada apa sebenarnya sampai membuat Nara jadi seperti ini.

"Ra, ada masalah?" tanya Qeiza pada Nara. Bukan hanya Bima, Qeiza pun merasakan perubahan Nara. Gadis yang selalu aktif, selalu ceria tapi tiba-tiba menjadi diam.

Nara menggeleng sebagai jawabannya, ia kembali mengaduk – aduk baso pesanannya tanpa ada minat untuk memakannya.

"Ra, kalau ada masalah itu cerita, jangan di pendem gini, gak baik." kini Adan bersuara lembut. Lelaki itu menatap Nara dengan khawatir.

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang