BAB 38. HE IS LYING

356 75 31
                                    

WAKTU VOTE DAN KOMEN DI PERSILAHKAN !

@ptr.wulansr_
@bulansipit.wp

H A P P Y  R E A D I N G
_____________________________

"Lying for good will only harm yourself."

***

Cahaya baskara sudah menyapa bumi dengan begitu hangat, semangat pagi ini siap menguras rumah yang cukup megah untuk dibersihkan. Sabtu pagi ini selepas sholat subuh, Nara sudah bersiap untuk membersihkan rumah yang hanya di tinggali seorang diri. Ya, hanya dirinya.

Setelah membersihkan kamarnya, ia bergegas untuk membersihkan kamar orangtua-nya. Nara menatap lama pintu coklat itu, ia harus menyiapkan hatinya, sebab seluruh kenangan dan lukanya akan menyerbu dirinya.

Nara menghela napas panjangnya sebelum akhirnya ia membuka knop pintu kamar orangtua-nya. Hawa dingin itu dengan lancang menyapanya lebih dulu, seolah Papa dan Mama-nya ikut hadir dalam ruangan yang cukup luas ini.

Terasa dingin saat telapak tangannya mengusap lembut sprei polos berwarna abu itu, Nara duduk di tepi kasur memandang seisi kamar. Pandangannya teralih pada figura yang terpajang rapi di nakas, ia mengambilnya. Foto ia bersama Papa Mama-nya saat berlibur di pantai dua tahun lalu.

Senyum Nara mengembang mengingatnya namun tidak dengan matanya yang melelehkan cairan bening. Nara mengusap figura itu dengan pelan, tidak peduli beberapa kali cairan bening ito lolos dari kelopak matanya.

"Mungkin Papa Mama bosen dengarnya, tapi dari sekian banyaknya kata, cuma 'rindu'. Cuma rindu paling menyakitkan, rindu paling berat yang pernah Nara rasakan buat Papa Mama."

Selalu rapuh, berdiri di kaki sendiri tanpa sanggahan yang membuatnya selalu runtuh.

Nara menutup wajahnya, menangis tersedu dalam kesepian memang menyakitkan. Lagi dan lagi hawa dingin menyapa kulitnya, seolah Papa Mama ikut memeluk anak tunggalnya yang sedang menangis.

Nara mendongakkan kepalanya, bermaksud unruk menghentikan air matanya yang terus keluar, ia menyeka air matanya lalu kembali menaruh figura itu ke tempat semula.

Setelah menyelesaikan semuanya, dari menyapu, mengepel, membersihkan ruang tamu, membersihkan dapur, akhirnya ia bisa bernapas lega. Nara menyandarkan punggungnya, mengistirahatkan tubuhnya sebentar, setidaknya untuk menghilangkan pegal dibadannya.

Tok tok tok

"Astaga, belum juga lima detik gue istirahat," gerutunya kesal saat mendengar suara pintu rumahnya diketuk.

Tok tok tok

Nara berdecak kesal, kali ini ketukannya sangat brutal dan tergesa. Nara beranjak untuk membukakkan pintu.

"Kemana aja? Kenapa gak balas chat, kenapa telpon gue gak di angkat? Gue panik, gue khawatir tau gak?! Kenapa? Jawab?!"

"Aku gimana jawabnya kalau kamu nyerocos terus dari tadi," balasnya. "Lagian aku gak kemana – mana, aku abis beresin rumah, handphone-nya lagi di charger di kamar."

"Gue kangen," setelah mengatakan itu, Adit langsung menyerbu Nara untuk dipeluknya, membuat Nara diam-diam tersenyum senang.

Nyatanya, Adit tetaplah Adit, manusia dingin bermulut busuk. Sebab setelah itu, Adit mendorong tubuh Nara agar menjauh membuat gadis itu terkejut.

"Keringat lo bau banget asem, sana mandi," Adit menutup hidungnya, lalu menggerakkan tangannya untuk segera menjauh.

Nara mengerucutkan bibirnya kesal, perlahan ia menarik bibirnya, menatap Adit dengan tatapan mengintimidasi. Dengan gerakan cepat, Nara memeluk paksa Adit, ia akan berbagi baunya pada laki-laki itu.

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang