BAB 26. BIMA VS ADIT

492 108 82
                                    

YUHUUUUU ALLOW UPDATE

SIAPIN MENTAL KALIAN YA. JANGAN GEMETER BACANYA

JANGAN LUPA SHARE CERITA ALLOW KE PENJURU SOSIAL

JANGAN LUPA UNTUK VOTE KOMEN DULU

KALAU SUDAH BARU BOLEH BACA

H A P P Y  R E A D I N G
________________________

Sedari tadi, pemilik wajah datar dengan aura dingin itu mundar - mandir bak setrikaan sambil terus menatap layar ponselnya. Hatinya bergerak meminta untuk segera menelpon seseorang yang sudah membuatnya gila seperti ini, namun otaknya berkata lain.

Yang dilakukannya sekarang hanya menikmati hati dan pikirannya yang sedang bertengkar. Entah sampai kapan hingga tidak ada tindakan selama dua jam setelah shalat isya.

Ia menatap lama jendela kamarnya dengan hening, sampai lelaki itu melemparkan ponselnya ke atas kasur dengan kesal. ia mendudukan dirinya ditepi kasur, menjambak rambutnya kuat.

"Setan, hati gue kenapa sih!" gumamnya, kesal pada dirinya sendiri.

Adit merebahkan dirinya, mencoba untuk memejamkan matanya berusaha agar tidak memikirkannya lagi. Namun, hati dan otaknya semakin menggila. Gadis itu, satu – satunya cara yang bisa menghentikannya. Ia bangkit segera memakai jaketnya lalu mengambil kunci motor di atas nakasnya.

Tak membutuhkan waktu yang lama, akhirnya motor itu sampai pada arah rumah yang ditujunya. Motor sport hijau itu tidak berhenti didepan gerbang, ia berhenti cukup jauh dari gerbang rumah gadis itu karena menyadari ada satu motor disana.

Tak berselang lama setelahnya, keluarlah gadis yang membuat hati dan otaknya menggila. Gadis itu lalu naik ke atas motor yang sudah menunggunya.

Adit mencengkeram kuat stang motornya, menatap motor dihadapannya yang perlahan melaju.

"Sialan, malah pergi."

Lalu motor sport hijau kesayangan Adit perlahan ikut melaju, mengikutinya dari belakang. Jika dipikir – pikir, ini sangatlah tidak penting dan membuang – buang waktu mengikuti mereka seperti ini.

Sampai dimana motor mereka berhenti di tempat yang kemarin Adit datangi bersama gadis itu. Adit tidak ikut masuk, ia memantau mereka dari sini bersama si hijau kesayangannya.

Sedangkan di lain tempat, Nara mengajak Bima untuk makan malam diluar dengan alasan gadis itu malas masak. Sebenarnya, Bima sudah menolak dengan alasan kakinya masih sakit. Namun Bima tidak bisa menolak ajakan Nara.

"Bima? Kakinya masih sakit?," tanya Nara ikut duduk didepan Bima setelah selesai memesan makanan untuk mereka berdua.

"Ya sakitlah Jamilah. Pake ditanya!" jawab Bima ketus.

Duk

"Aw.. Sakit, Nara!" ringis Bima saat kakinya ditendang oleh gadis dihadapannya ini. Sementara Nara hanya terkekeh puas.

Bima masih menatap Nara yang masih tertawa puas, lelaki itu lalu tersenyum jahil.

"Ra, sini deh." kata Bima menyuruh Nara agar lebih mendekat.

"Kenapa?," tanya Nara penasaran, tak sadar ia mendekat sesuai permintaan lelaki itu.

"Sini deketan lagi, pipi lo kenapa deh?," tanya Bima seolah ada sesuatu yang aneh di pipi Nara.

"Pipi gue kenapa Bim?"

Bima tersenyum licik, lelaki itu lantas mencubit pipi sebelah kanan Nara dengan gemas. Sampai gadis itu meringis kesakitan.

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang