BAB 4. MALAM YANG GUNDAH

712 134 11
                                    

YG BACA JOMBLO YA? NIH AKU UPDATE BIAR GA NGENES AMAT HIHIII, CANDA YAA SYGGG

AYO SHARE CERITA ALLOW KE TEMAN, SAHABAT KALIAANN

VOTE SAMA KOMEN KALIAN SANGAT BERARTI🥺 JADI JANGAN LUPA VOTE KOMEN YAA🥰

H A P P Y  R E A D I N G
______________________________

Sedari tadi Syarlin mencebik kesal, tidak ada gunanya bangun pagi untuk menghindari dijemput oleh Bara. Nyatanya lelaki itu sudah ada didepan rumah Nara lebih awal dari perkiraan Syarlin.

Jika kalian bertanya mengapa Bara tahu rumah Nara padahal Syarlin tidak memberitahunya. Tentu saja jawabannya ada pada wakil geng Brital, Radit Sanjaya. Bara datang bersama Adit dan tentunya dengan paksaan agar Adit mau ikut bersamanya.

Menyebalkan, dan lebih menyebalkan lagi ketika mereka meminta untuk sarapan dulu. Meski Adit sudah menolak dan ingin pergi lebih dulu, tetap saja Bara menahannya. Alibinya sih cowo sendiri dirumah cewe itu gak baik.

Berakhir dengan mereka yang sedang menyantapkan roti dimeja makan.

Bara memasukan suapan roti yang terakhir kedalam mulutnya, lalu tangannya terulur mengambil lagi sehelai roti dihadapannya, "Eh Ra, gue nambah lagi ya." ujarnya sembari menyapukan beberapa selai kedalam rotinya.

"Dih, gatau diri banget lo. Udah numpang nambah lagi." cibir Syarlin.

"Laper gue, Lin." jawabnya.

"Gapapa, ambil aja." kata Nara.

Setelah menyelesaikan acara sarapan paginya. Lantas Bara dan Adit bergegas menuju motor sportnya, lain hal dengan Syarlin yang ikut menunggu Nara yang sedang mengunci pintu dan gerbang rumahnya.

"Eh, mau kemana lo?" tanya Bara saat melihat Adit yang hendak melajukan motornya.

"Duluan."

Bara menggelengkan kepalanya pelan, menatap Adit sedikit kecewa. "Setidaknya tahu caranya balas budi, Dit." ujar Bara pada Adit.

"Ra, Adit mau nganterin lo kesekolah katanya." ujar Bara saat Syralin dan Nara berjalan mendekat ke arahnya.

Adit menghela napasnya, meski ia menumpang sarapan dengan dipaksa, tetap saja tidak enak hati jika membiarkan Nara pergi sekolah sendiri menggunakan angkutan umum.

"Iya Ra, lo dianter Adit aja, gausah naik angkutan umum ya. Hemat uang, Ra." kata Syarlin ikut menimpali.

Nara menoleh menatap Adit yang diam, dengan wajah yang datar dibalik helm fullfacenya. Kenapa harus dia lagi, batin Nara.

"Gak usah, gue naik angkutan umum aja. Gue banyak repotin dia." kata Nara menolak halus.

Nara meruntuki ucapan bodohnya, Nara sangat malas menunggu angkutan umum. Tolong paksa Nara sekali lagi, batinnya berteriak.

"Dia nolak, gue cabut." kata Adit membuat hati Nara mencelos, menatapnya tak percaya. Mengiyakan begitu saja, menyebalkan. Nara menghela napasnya lesu. Sepertinya hari ini memang ia diizinkan untuk naik angkutan umum saja.

"Heh mau kemana lo? Gue belum nyuruh lo pergi." hadang Bara pada Adit yang keukeuh masih ingin melajukan motornya.

Adit menghela napasnya sabar. Sabar Dit, ketua lo emang wataknya begitu, ikuti saja perkataannya dari pada anu lo kena imbas, kan bahaya.

"Anterin dia," ujarnya pada Adit. Bara menoleh pada Syarlin. "Ayo, Lin." sambung Bara menyuruh Syarlin untuk segera naik keatas motornya.

Syarlin menaiki motor sport Bara, lalu menoleh pada Adit. "Anterin sampe gerbang Cakrawala ya, Dit. Jangan diturunin ditengah jalan. Gue titip Nara." ucap Syarlin pada Adit. Syarlin melambaikan tangannya kearah Nara, setelah itu Bara mengklakson motornya, memberi tahu jika mereka pergi kesekolah duluan.

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang