BAB 7. KEHIDUPAN BARU NARA

724 133 72
                                    

AYO SIAPA YANG UDAH NUNGGU ALLOW

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI YA SABATTT

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN

H A P P Y  R E A D I N G
_____________________________

Pagi ini Nara terbangun lebih awal. Gadis itu menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Nara menatap nakas yang berisi nampan makanannya yang semalam dibawakan lelaki dingin.

Sudah cukup air matanya untuk keluar, benar kata Adit, ia tak boleh memberatkan langkah kaki Papa Mamanya. Maka dari itu sekarang Nara memulai kehidupan baru tanpa kehadiran Papa Mamanya. Berusaha mengikhlaskan apa yang sudah pergi.

Nara berjalan keluar kamar, menatap rumah yang sepi. Sampai diruang tamu, Nara melihat Syarlin yang masih tertidur diatas sofa. Gadis itu meringis melihat Syarlin yang tertidur sambil duduk bersandar. Pasti semua badannya terasa sakit dan pegal. Padahal, Syarlin bisa tidur bersamanya dikamar. Tapi, kenapa memilih tidur disofa? Nara jadi kasihan melihatnya.

"Sya, bangun." ujar Nara membangunkan Syarlin.

Syarlin menggeliatkan tubuhnya, perlahan kedua maniknya terbuka. Gadis itu menegakkan tubuhnya, menatap Nara. "Lo udah bangun? Mau sarapan apa? Gue buatin." ujar Syarlin pada Nara.

Nara tersenyum tipis menatap Syarlin, beruntung Nara masih memiliki Syarlin yang sangat baik padanya. "Ayo buat sarapannya bareng – bareng." kata Nara pada Syarlin dengan raut wajah yang lebih baik dari sebelumnya.

Syarlin menatap wajah Nara dalam, meski sudah terlihat baik – baik saja, tetap saja hatinya masih berduka, hatinya rapuh. Syarlin memeluk Nara penuh sayang. "It's okey ya, Ra. Lo gak sendiri, masih ada gue yang siap bantu apapun. Lo gak perlu sungkan, okey?"

Nara membalas pelukan Syarlin tak kalah erat, gadis itu mengangguk pelan. "I'm okey, Sya. Makasih."

"Pelukan Adit nyaman banget ya? Sampe lo tidur dipelukan dia." goda Syarlin pada Nara.

Nara melepaskan pelukannya, mengalihkan pandangannya. Jangan tanya Nara sekarang, gadis itu sedang menahan senyum salah tingkah.

"Gue laper, sana buatin gue sarapan." ujar Nara mendorong pelan tubuh Syarlin menjauh. Syarlin hanya tertawa melihat Nara yang salah tingkah.

***

"Ra mau makan apa? Biar gue pesenin?," tanya Qeiza pada Nara.

Nara hanya menggelengkan kepala sebagai balasannya. Qeiza menghela napasnya pelan, Nara menjadi lebih banyak diam sekarang.

"Ra, pesen makanan biar banyak." titah Bima membuka suara setelah melihat temannya yang tidak lagi ceria.

Lagi – lagi Nara menggelengkan kepalanya, "Gue yang traktir. Gue kan suruh traktir lo selama seminggu." imbuh Bima lagi.

Nara dengan tegas menggeleng lagi. "Lupain," ujarnya. "Gue balik ke kelas duluan ya." sambungnya lagi, Nara bangkit lalu pergi berjalan meninggalkan Qeiza, Adan dan juga Bima.

"Udah, biarin dia sendiri dulu." kata Adan saat melihat Bima yang hendak menghadang Nara.

Bima menghela napasnya kasihan melihat Nara. Lelaki itu kemudian menoleh pada Adan. "Eh Dan, katanya bokapnya Nara TNI. Kemarin pas dipemakaman gue gak ada liat upacara pemakaman anggota TNI." kata Bima pada Adan.

"Lo percaya bokap dia TNI?," tanya Adan yang diangguki oleh Bima.

Adan mengusap pucuk kepala Bima. "Tolol, mau aja dibohongin." balas Adan terkekeh.

ALLOW (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang