CON-37

92.7K 4.5K 1.1K
                                        

"Mbak, I'll send you the revision as well as a summary of the backup plan. No, I'm not that busy. So it's fine. Yes, I've been glued to my chair all day. A date? I can't even dream about it. We're both extremely busy these days, Mbak."

Senyumku terulas selagi menjawab pertanyaan-pertanyaan Mbak Linda lewat sambungan telepon. Seharusnya panggilan ini sudah diakhiri beberapa menit lalu, tapi ketika Mbak Linda mengganti topik pembicaraan ke beberapa hal berkaitan dengan pekerjaan sampai hubunganku dan Algis, tentu saja obrolan kami makin panjang.

Tawa Mbak Linda terdengar setelahnya. "Yang sabar, ya. By the way, Na, Fariz ketemu sama Algis kemarin di Malang loh." 

Awalnya aku sempat heran saat Mbak Linda menyebut nama suaminya secara tiba-tiba di obrolan kami sebelum akhirnya ia juga menyebut nama Algis tepat dibelakangnya. "Oh, itu ada acara di salah satu universitas di sana, Mbak." Aku masih setia mendengarkan, saat Mbak Linda melempar pertanyaan lain. "Setahuku sih dia jadi tamu gitu. Acaranya mahasiswa Pendidikan," sambungku menjelasan dan kembali mengingat-ingat cerita Algis beberapa hari lalu itu.

"Pantes! Soalnya, Fariz ketemunya di warung pecel, Na. Mau nyapa, tapi dia nggak berani ganggu karena liat Algisnya lagi asyik makan." Dimulai dari sana, Mbak Linda meneruskan cerita tentang suaminya yang tidak sengaja bertemu dengan Algis di salah satu warung pecel khas Malang. "Mana Fariz bilang kalau ternyata Algis beda waktu ketemu dan liat langsung."

Sekarang giliran aku yang tertawa, "beda gimana?" Meskipun sebenarnya aku sudah tahu perbedaannya ada di mana, tetap saja aku ingin dengar langsung pengakuan dari orang lain.

Sebelum menjawab pertanyaanku, Mbak Linda sempat mengutarakan permintaan maaf beberapa kali—entah serius atau tidak karena aku masih bisa mendengar nada bercanda di sana. "Dia bilang katanya Algis ternyata serem aslinya." Mendengar pengakuan berbeda yang diutarakan suami Mbak Linda membuatku keheranan. "Nggak nyalahin dia juga, sih. Aku jadi inget waktu pertama kali ngobrol sama Algis." Sepertinya kalimat terakhir itu tidak ditujukan untuk aku dengarkan, karena begitu sadar, Mbak Linda langsung terdengar panik.

"Santai sih, Mbak." Senyumku terulas lebar akibat berusaha menahan tawa. "Memang kenapa sih? Seremnya gimana?" tanyaku, masih sambil tertawa. Membayangkan kata 'seram' disandingkan dengan Algis, termasuk kejadian yang langka, kan?

Bisa kudengar tawa Mbak Linda juga pecah di seberang, dia bahkan meminta waktu untuk meredakan tawanya sebelum akhirnya bisa menjawab pertanyaanku dengan jelas. "Kalau Fariz bilangnya, mukanya Algis nggak ada ramah-ramahnya waktu ketemu kemarin. Mungkin si Bapak lagi badmood kali ya, Na?" Aku memilih tidak menyahut. Kalau benar mereka bertemu dengan Algis saat pria itu sedang makan, rasanya badmood bukan jadi jawaban kenapa pria itu memasang raut 'seram' saat melakukan kegiatan kesukaannya. "Tapi, memang Algis 'kan keliatannya tegas begitu, Na. Fariz baru pertama kali lihat, kemungkinan dia kaget. Awalnya aku juga begitu. Kita bahkan nggak ketemu langsung waktu dia minta tolong ke aku sama Dewa buat bantu kamu, cuma lewat video call doang. Nggak ngerti ya, mungkin memang awalnya 'kan kita belum kenal dekat ya, jadi rasanya juga serem-serem gitu loh ngomong sama Algis. Kenalan sampai minta tolong nggak dikasih senyum sama sekali aku, Na. Astaga!"

Mau dibayangkan bagaimana pun keadaannya, rasanya tetap saja aneh melihat bagaimana orang lain menilai Algis 'seram' saat pertemuan pertama kali mereka. "Kenyataannya gimana? Jauh banget, kan? Lagian, ini aku baru pertama kalinya denger ada yang bilang Algis serem loh, Mbak." Tanpa sadar, aku berkali-kali menggelengkan kepala selagi mendengar bagaimana Mbak Linda mendeskripsikan Algis saat pertama kali bertemu. "Kapan-kapan Mas Fariz kayaknya harus ketemu langsung sama Algis sih, biar tahu seberapa bobroknya orang yang dia bilang serem," lanjutku yang membuat Mbak Linda kembali tertawa terbahak-bahak.

CONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang