"This is a perfect date! There is just you and me..." Kedua tangannya menyatu menjadi satu dengan suara tepukan yang cukup keras, "... Sama-sama namanya nge- date, kan, ya," sambungnya sambil menganggukan kepalanya beberapa kali.
A date, he said? It's just him, a weirdo who called "waking up your girlfriend to clean up his new car at three a.m." a date.
Seriously, even on my wildest dream-astaga-aku bahkan nggak pernah membayangkan akan membersihkan mobil seseorang di jam tiga pagi-tidak juga dengan mobilku sendiri-and what I am doing here?
Lamunanku buyar begitu menangkap sekotak tissue basah yang tiba-tiba berada di pangkuan. Antara masih bingung karena setengah sadar karena baru bangun tidur dan menyangka kalau sebentar lagi aku akan benar-benar bangun tidur...
"Baunya tahan banget. Kok bisa, ya?" gumaman Algis jelas menyadarkanku kalau pria itu benar-benar membawaku ke dalam mobilnya dengan sekotak tissue basah untuk membereskan masalah utama yang menjadi alasan kenapa aku harus dibangunkan pagi-pagi buta begini.
Mataku memindai tubuh Algis yang sedang berjongkok di samping pintu mobil sambil membersihkan bagian bawah kursi kemudi dengan tissue basah dari kotak yang lain. Melihatku yang sama sekali tidak bergerak sedikitpun dari kursi di sebelahnya, Algis yang masih berjongkok, menaikkan kepalanya agar bisa menatapku.
"Bau banget 'kan, ya?"
Tidak berniat mengeluarkan suara sedikit pun, aku hanya menganggukan kepalaku sekali sebagai pertanda setuju dengan apa yang baru saja diucapkan Algis. Ah, benar juga. Sudah terhitung kurang lebih lima jam aroma-aroma itu terkunci rapat di dalam mobil ini.
Mataku menatap lurus pada kotak tissue basah yang diberikan Algis padaku tadi. Melihat Algis sibuk membersihkan sendirian, aku sedikitnya juga merasa kasihan. Astaga, Gis! Bukan hanya berhasil menarik selembar tissue basah, tingkahku barusan juga ikut menarik perhatian Algis hingga pria itu menghentikkan kegiatannya.
Sambil menaikkan kedua alisnya, Algis menatapku yang juga sedang berjongkok di seberangnya sambil berusaha menahan tawa. "Kamu ngapain?" tanyanya lagi, seperti dia benar-benar butuh jawaban.
Kenapa dia masih tanya sekarang? Kuangkat tissue yang ada di tangan kananku tepat menutupi wajah lalu menyingkirkannya dengan cepat sambil berkata, "nge date. What else?" Benar, kan?
"Come here," katanya begitu tubuhnya masuk dengan cepat ke mobil. Ia mengulurkan tangan ke arahku, "bercanda, Sayang. Biar aku aja yang bersihin, sini masuk."
Itu dia!
Tatapan jail dan tawa gelinya itu yang aku butuhkan untuk meyakinkan diri kalau Algis memang sedang menjailiku!
"Kalau aku nggak ingat datang ke sini karena kemauanku sendiri, I will cry now," kataku pelan, menerima uluran tangan Algis untuk berdiri dan kembali masuk ke dalam mobil.
Algis hanya tersenyum saat melihatku menyandarkan punggung di kursi mobil, "Temenin sebentar, ya?" Ia menarik tissue basah dari tanganku begitu aku menganggukan kepala sebagai jawaban.
"Ini udah..." Aku berdeham beberapa kali untuk menghilangkan serak dari tenggorokanku. "... kamu dari tadi bersih-bersihnya atau baru kesini sekalian sama aku?" lanjutku merasa penasaran. Kalau dilihat dari keadaan di dalam mobil, sepertinya Algis sudah membersihkannya lebih dulu.
Mataku menatap lurus Algis yang kembali berjongkok di samping mobil dengan selang di tangan kirinya. Dia menatapku sebentar, sebelum sibuk mencuci tangannya disana. "Dari tadi sebenernya. And I recall your name. So, yeah, that's why you're here. " sambungnya menanggapi pertanyaanku, meskipun sekarang dia sedang sibuk menggulung selang yang tadi sempat ia gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTED (COMPLETED)
Chick-Litconnected [ kuh-nek-tid ]: having a connection Alfian Djanuar Nandiardji is my first love. He is the only person I wish I could pass the future with. It used to be like that. Without knowing anything, I thought everything is fine. I will have my o...