CON-12

45.9K 5.3K 1.2K
                                    

"Still closing your eyes, lift your left foot and step it up between your hands, and slowly exhale through your mouth."

Masih dengan mata tertutup serta bertahan pada posisi warrior one, aku mengikuti instruksi Samantha untuk melakukan repetisi pernapasan. Alunan musik seat meditation sayup-sayup terdengar saat Samantha kembali mengarahkan untuk meluruskan kedua kaki ke depan.

"It allows your body to relax for a short period of time. Still repeating breaths." Kurasakan Samantha membenarkan posisi tubuhku saat ia berbicara untuk tetap melakukan repetisi pernapasan.

Why does it feel like my body is already giving up on the first asana warm-up? Kelas Yoga yang biasa kudatangi dengan Adelia ini baru dimulai limabelas menit yang lalu dan karena aku sudah mulai jarang datang ke Java Yoga, Samantha—salah satu instruktur Yoga—cukup terkejut saat melihatku duduk di salah satu mat di dalam studio kelasnya. Ia sempat menanyakan kenapa aku dan Adelia jarang mengambil kelas yang sama sekarang. Sammy—nama panggilan gadis keturunan Brazil-Colombia itu—juga mengatakan kalau Adelia sudah keluar dari kelasnya beberapa bulan yang lalu setelah mendapatkan sertifikat resmi sebagai instruktur Yoga. Dari Sammy juga, aku tahu kalau ternyata Adelia akan memulai membuka studio Yoganya sendiri di salah satu mall besar di Surabaya. Hasil kerjasamanya dengan salah satu runner up Puteri Indonesia, Larasati Arasyiwara. Senyum kecil kuberikan sebagai respon saat Sammy mengajukan tawaran untuk berangkat bersama dengannya ke soft launching studio Yoga Adelia dua hari lagi. Nggak mungkin aku datang kalau tidak di undang, kan? Dari cerita Sammy tadi, Adelia sebenarnya sudah mulai mengurus usahanya ini dari satu tahun yang lalu it means sebelum kami bertemu Algis dan memilih saling mendiamkan seperti sekarang. Alasan kedekatan Adelia dan Laras juga sudah bukan hal yang perlu di pertanyakan kalau nyatanya mereka memang sudah berteman cukup lama sampai-sampai memutuskan untuk membuka usaha bersama.

"Na, please focus. I said raising both of your arms." Sammy mengangkat kedua tanganku ke udara. "Breath slowly," lanjutnya mengingatkan untuk tetap mengikuti instruksinya.


"What are you trying to say right now?"


Sontak aku membuka kedua mataku dan tidak sengaja bertatapan dengan Sammy yang membalas tatapanku heran. Ia menggelengkan kepalanya pelan sebelum kembali meluruskan kedua tangannya ke atas dan menutup matanya.

Aku mengatur napasku untuk beberapa saat lalu memutuskan mengikuti kembali instruksi Sammy. Focus, Na!


"Quit? What are we doing? Playing a game?"


Aku memejamkan kedua mataku erat, tubuhku menegang meski tidak kuinginkan. "Relax, everyone! Relax!" Okay, sepertinya Sammy baru saja memergokiku. Tidak sulit mengenali suara sarkasme yang keluar dari bibir instruktur Yogaku selama kurang lebih tiga tahun ini. Kuambil oksigen sebanyak mungkin sembari melemaskan seluruh tubuhku.


"Na, if I have to ask myself a question about you, the answer remains the same." I have it. I'm interested in you. I still have it. How about you? What are your thoughts on us? Your thoughts on what we're doing right now! Na, kalau ada orang yang harus menanyakan dirinya sendiri tentang hubungan ini itu kamu orangnya, Na. Not me. It's you! I clearly told about my feeling towards you. Kalau ini tentang Laras, aku sudah cerita kan barusan? Kalau kamu merasa tersinggung karena seakan-akan aku nggak mencoba untuk menjelaskan soal itu ke kamu, and why didn't ask me first daripada sibuk dengan segala pemikiran nggak jelasmu itu? Dengan segala kesibukan saya, masalah tentang Laras ini nggak begitu penting untuk jadi prioritas di antara pekerjaan dan kamu. Itu maksud saya. It's different with your thoughts, of course! Seharusnya bukan pemikiran dan kalimat begitu yang kamu ucapkan kalau kamu mengaku sudah mengerti dan banyak berkompromi dengan pekerjaan saya."



CONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang