CON-16

43K 4.9K 701
                                    

"Maaf, nunggunya lama, ya?"

Aku mengulas senyum dari balik maskerku. Menunggu lama dia bilang? Bahkan aku percaya kalau Algis bisa saja bertemu Aline saat dia datang menghampiriku yang masih duduk-duduk di Marco setelah selesai makan satu porsi lontong sayur bumbu kacang dan sate padang.

Aku menggeleng. "Kamu sendirian?" Lantas mengedarkan pandangan ke penjuru arah restaurant, mencoba mencari staff atau ajudan Algis yang ternyata kutemukan di area luar restaurant. "Kenapa nggak diajakin masuk aja?" tanyaku sambil menarik tangannya untuk duduk bersebelahan denganku.

Algis tidak langsung menjawab, ia kelihatan membenahi letak maskernya. "Di sini lagi ramai, Mbak Na," katanya menjelaskan. Pantas saja sejak tahun masuk ke sini, Algis terlihat sangat tidak nyaman karena keadaan restaurant yang terlalu ramai. "Kita ke CORK&SCREW aja, ya?" Algis hanya mengangguk saat aku menyetujui tawarannya. Dibantu Algis membereskan beberapa barang, kami berdua segera keluar dari area restaurant ditemani dua ajudan Algis lainnya.

Sesampainya disana, kami hanya memesan minuman karena Algis memang sudah makan siang di Ipuddo bersama Haidar, Ririn, dan Ando sebelumnya. Algis juga menceritakan kalau ia tadi sempat bertemu Aline saat akan menaiki lift untuk menjemputku di Marco tadi, sangat sesuai dengan tebakanku bukan?

"Ngapain aja sama Aline tadi?" Algis kali ini kembali memilih untuk duduk di sebelahku dengan masker yang sudah ia lepas sebelumnya. "Saya pikir kalian bakal pulang malam." Kali ini Algis kembali melihat Audemars Piguet yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Cuma tiga jam ternyata," gumamnya dengan suara pelan.

"Nemenin Aline belanja sebentar terus langsung makan. Dia kebetulan harus cepet pulang soalnya keponakan-keponakannya udah pada selesai fitting." Sambil menjelaskan kegiatan apa saja yang aku lakukan bersama Aline tadi, tanganku terulur membenahi kerah kemeja Algis yang terlipat. Ia hanya diam sambil mengulas senyum tipis, masih setia mendengarkan ceritaku. "Kamu selesai ketemuan langsung ke sini?"

Algis menggelengkan kepalanya. "Sebenernya ketemuannya nggak jadi." Dia buru-buru melanjutkan perkataannya saat melihat raut wajah kebingunganku, "sudah di kabari selesai sholat tadi, makanya saya sekalian ajak anak-anak makan siang. Setelah itu saya ke kantor untuk mampir sebentar sambil antar Haidar dan Ririn balik, terus saya balik lagi kesini ditemani Ando. Malah tadi sempat lihat kamu dan Aline di Auntie Anne's."

Menghadapkan tubuh ke arah Algis sepenuhnya, aku mengernyitkan dahi tidak tahan untuk kembali melempar pertanyaan. "Terus, kenapa nggak datengin aja? Lagian, sama Aline aja ini."

"Karena kamu lagi sama Aline, Mbak Na," jawabnya sambil mengusap wajahku  cepat. Ia bahkan tertawa saat mendengar decakanku dengan jelas. "I won't disturb your time. Believe me, I want to, but I won't do that." Kali ini ia juga mengarahkan tubuhnya ke arahku. "Auntie Anne's kamu ada di mobil. Tadi saya lupa bawa." Look at him... Gosh. "You're having a really good time today, right?" Algis kembali mengulas senyum saat mendapati jawabanku lewat anggukan kepala.

Kami terdiam untuk beberapa saat, saling menatap dengan Algis yang memainkan jari telunjukku. Is this something I've ever told you about? That I've always felt at ease around him, even when there were no words exchanged, and that simply staring at his eyes—having him—in front of me brought me great comfort. Ya, aku baru saja menyadarinya. Realizing that I'm fine with him and not with another man is a wonderful gift for me. With him holding my hand and looking me in the eyes with that glint of his smile...

"You look good with your new hairstyle."

Tertawa pelan, aku menggelengkan kepala. "You said it twice, Gis. And here again, thanks," kataku membalas tatapannya. Masih mengenggam telunjukku, pria itu ikut tertawa. Sebenarnya, rencana untuk memotong rambut sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku. Sebelum Mama mengatakan kalau aku mungkin harus memotong rambut panjangku karena terus mendengar keluhanku mengenai perawatan rambut yang sudah jarang kulakukan karena kendala waktu.

CONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang