CON-27

36.8K 4.2K 839
                                    

Do I deserve to be loved?

Ini salah satu pertanyaan bodoh yang sempat kupikirkan saat aku harus membatalkan pernikahanku dengan Fian. Bagaimana bisa aku ditinggalkan? Apa aku sebegitu buruknya sampai dia tidak mau bertahan untukku? Setelahnya, aku menyumpahi diriku sendiri begitu sadar kalau tidak seharusnya aku memandang rendah kualitas diriku sendiri. Aku yang paling tahu siapa diriku sebenarnya dan yang paling bisa mengusahakan diriku untuk bisa bahagia. At some point, aku pikir semuanya berhasil dan berjalan lancar. Aku akhirnya menemukan seseorang yang tepat, semua hal yang ada di dirinya kunilai sebagai sesuatu yang pas. Tidak  kurang juga tidak berlebihan. Secukup itu memang bagiku. Tapi, apa aku pernah berpikiran kalau kalimat menyedihkan itu akan keluar memenuhi pikiranku lagi untuk kedua kalinya? Iya, aku tidak sedang ditinggalkan lagi. Pemikiran bodoh itu muncul saat dia masih ada disini, entah dimana yang aku maksud tapi dia memang tidak meninggalkanku. Aneh, kan?

"He says he loves me." Inilah yang jadi penyebabnya. Bagaimana bisa ungkapan cinta malah membuatku mempertanyakan kelayakan diriku sendiri untuk bisa bahagia? Aku membuang napas kasar, membiarkan asap rokok dari dalam mulutku keluar bebas.

Ini rokokku yang ke tiga sejak dua jam lalu aku memutuskan untuk duduk di balkon apartemen setelah menghabiskan waktu berjam-jam sebelumnya menangis setelah mendengarkan penjelasan Algis. Ah, nama itu... aku sedang tidak ingin mengingatnya sama sekali meskipun nama itu juga jadi satu alasan aku terjaga sampai dini hari begini. Apa dia sudah makan dan minum obat? Apa dia bisa tidur di sofa ruang tengah? Apa dia sudah tidur sekarang? Aku meraup wajahku kasar setelah menghisap rokok dalam sekali tarikan napas dan membuang sisanya.

I'm used to it... bukannya itu yang pernah aku katakan soal bagaimana aku bisa melewati kesakitanku sebelumnya? Lucu, karena aku memang belum terbiasa dengan perasaan semacam ini. Maksudku, bagaimana bisa aku terbiasa kalau orang yang ada di balik alasanku menjadi begini adalah pria yang kuharapkan di tiap detik untuk menjadi segalaku. Tadinya. Sekarang? Aku bahkan tidak tahu harus berbuat apa selain menangis dan meratap seperti sekarang. Kupikir kali ini akan berakhir berbeda dan tidak pernah sekalipun aku merasa ragu meskipun tahu selalu ada kemungkinan terburuk yang akan terjadi nantinya karena orang ini bukan orang lain, ini dia. Bukan pria yang hanya ingin mendekatiku tanpa mau mempertimbangkan hal lain juga bukan pria yang dengan mudah menjanjikan segalanya tapi dia selalu punya keinginan untuk mengusahakan semuanya. Pria semacam ini yang aku letakkan seluruh kepercayaanku dan di tangan pria yang sama aku harus kembali merasakan sakit yang serupa.

Dua jam ini aku habiskan dengan berpikir di mana letak kesalahanku dan sejak kapan semuanya dimulai. Tidak cukup sekali aku merasakan sakit dan kali ini aku benar-benar disadarkan kalau sepertinya pengalaman sebelumnya tidak sepenuhnya kugunakan sebagai pembelajaran. Aku lupa siapa, tapi ada salah satu orang yang pernah mengatakan untuk berhenti menyalahkan orang lain dan lihatlah dirimu sendiri. Mungkin benar masalah itu datangnya bukan dari orang lain melainkan dirimu sendiri. Memang sempat aku menyalahkan beberapa orang, menuduh mereka sebagai penyebab utama semua masalah berasal. Tapi, kali ini aku akan mencoba melihat diriku sendiri meskipun perasaan takut itu nyata. Takut kalau ternyata aku baru menyadari kalau semua yang selama ini aku anggap sebagai 'alasan'—kalau aku tidak cukup baik untuk seseorang—ternyata benar.

"I'm not there when he needs me. I can't understand him. I'm too busy for chasing something..." Satu per satu alasan yang sempat dikatakan Fian sebagai alasan kenapa dia meninggalkanku kembali kuucapkan. "I totally forgot that I had him and what did he say? It's about hm-mm..." Aku memejamkan mataku, mencoba mengingat lagi kata per kata yang dilisankan Fian, yang sebelum ini selalu kuingat dan terus menghantui pikiranku. Ah... "... I have that worst behavior sampai-sampai semua orang nggak akan betah berlama-lama ada di sekitarku."

CONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang