CON-5

65.7K 6.6K 1.2K
                                    


It's just another sunday, setelah menyelesaikan satu sesi swing yoga dan membereskan apartemen, aku memutuskan untuk mampir ke rumah karena tidak ada hal lain yang mendesak untuk kukerjakan. Menghabiskan waktu sekitar 30 menit berkendara, akhirnya aku bisa sampai di rumah. Begitu berhasil memarkiran mobil, aku menemukan sosok Mbak Minah—asisten rumah tangga kami yang tengah menyirami bunga di taman depan. Selain Mama dan Papa mungkin Mbak Minah asalah salah satu orang yang sangat antusias jika aku pulang. Seperti saat ini, wanita berumur 35 tahun itu melempar selang air ke tanah sebelum akhirnya menghampiriku penuh dengan semangat.

"Mbak Nana, kok nggak bilang kalau mau mampir, sih?"

Aku tertawa lirih sembari membuka pintu mobil. "Memang kalau bilang bakal dikasih surprise gitu?" candaanku barusan tampaknya membuat Mbak Minah salah tingkah. Kurangkul bahunya, mengajaknya untuk masuk ke rumah. "Mama sama Papa ada di rumah, kan?" tanyaku begitu kami memasuki ruang tengah. Kalau kuperhatikan hari ini, rumah kelihatan sepi. Biasanya pada hari libur seperti ini, Mama dan Papa akan bersantai di ruang tengah.

Tidak menjawab pertanyaanku, Mbak Minah justru berlari kecil menuju dapur. Kuhempaskan tubuhku dibatas sofa setelah meletakkan clutch bagku di atas meja, tak lama kemudian, Mbak Minah kembali muncul dengan segelas air lemon hangat kesukaanku.

"Diminum dulu, Mbak," tawarnya selagi ia meletakkan segelas air lemon hangat ke atas meja. "Bapak sama Ibu kayaknya hari ini sama-sama lagi ada pekerjaan. Dari tadi pagi Ibu cuma ada di kamar, sarapannya juga minta diantar. Kalau Bapak tadi sempat sarapan sendirian terus masuk ke ruangan kerjanya." Penjelasan Mbak Minah sebenarnya agak aneh untukku. Karena sesibuk apapun mereka berdua, Mama dan Papa sama sekali nggak pernah melewatkan waktu untuk sarapan bersama.

Aku menolehkan kepalaku ke arah kamar Mama di lantai dua, lalu beralih ke ruang kerja Papa disebelah kamar mereka bergantian. "Mereka nggak lagi berantem, 'kan, ya?" Nada suaraku terdengar ragu di akhir kalimat.

"Mbak, kita lagi ngomongin Pak Darmawan ini, loh?" Mbak Minah mendengus pelan. "Mana bisa berantem sih Bapak sama Ibu, Mbak?"

"Bener juga, sih." Secara tidak sengaja, aku ikut menyetujui ucapan Mbak Minah. Papa sangat lemah kalau berhadapan dengan Mama. "Terus kira-kira kenapa?" monologku sendiri berusaha mengira-ngira keadaan yang terjadi dirumah saat ini.

Aku kembali menatap kamar Mama saat Papa keluar dari ruangan kerjanya. Dengan ponsel di tangan kirinya, Papa kelihatan mondar-mandir hampir beberapa menit di depan kamarnya. Mbak Minah yang tadinya duduk di sebelahku buru-buru beranjak untuk kembali ke dapur, ia lupa membuat teh madu pesanan Papa untuk diantarkan ke Mama.

"Dia masih ada acara? Ah iya kenapa saya bisa lupa sibuknya pejabat VVIP seperti dia ya? Enggak kok... Iya.. Iya.. Semua sudah diurus. Loh, itu justru penting! Karena ini kan pengalaman pertamanya untuk mencalonkan diri. Jelas lah, dia butuh kabinet yang professional supaya bisa fokus. Ya, kalau bisa sih, mereka harusnya menyelesaikan agenda pemerintahan juga. Iya, nanti deh dia suruh hubungi saya... Ya enggak juga, supaya lebih jelas saja. Okay, okay... Siap... Boleh lah. Loh..."

Papa menghentikan pembicaraanya saat mata kami saling bertatapan, ia menjauhkan handphonenya. "Hai," Aku membalas lambaian tangan Papa dari ruang tengah, "maaf... Enggak, ini ada Nana. Iya... Iya... Nanti coba saya bicarakan sama anaknya, tapi saya nggak menjanjikan apa pun, loh, ya? Okay, nanti kita bicarakan lagi." Papa memasukkan handphonenya pada saku celana begitu menyelesaikan panggilannya. Ia menuruni tangga dan berjalan menghampiriku yang tengah duduk di ruang tengah.

"Dua minggu kamu nggak mampir ke rumah sama sekali loh, Mbak." Begitu selesai mencium keningku, Papa kembali berjalan menuju ke dapur. "Sibuk banget, ya?" tanyanya saat kembali dari dapur dengan segelas air putih. "Sudah ke Mama belum?" Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban, "sana ke Mama dulu. Kalau sudah, nanti ke ruangan Papa sebentar ya, Mbak Na." Setelah mengatakan itu, Papa kembali berjalan menuju ruangan kerjanya.

CONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang