CON-15

47.6K 4.8K 778
                                    

"Ke Pasific Place aja."

Aku mengangguk lalu kembali mendekatkan handphone di telinga kananku. "Ke Pasific Place aja, Lin," usulku pada Aline yang berada tepat di seberang sambungan.

Seperti prediksiku, Aline terdengar sangat keberatan dengan usulanku, atau lebih tepatnya adalah usulan Algis barusan. Sebenarnya, aku sama sekali tidak mempermasalahkan jarak tempuh dari rumah orangtua Algis ke Plaza Indonesia yang mungkin akan memakan waktu cukup lama tapi bagi Algis, tentu saja hal itu bisa menjadi masalah.

Setelah kejadian memalukan di ruangan kerja Algis, aku buru-buru turun mengikuti Mama kembali ke ruang tengah sementara Algis sendiri memilih untuk menemui staff yang sempat ia tinggalkan di ruangan kerja terpisah milik Ayahnya.

Aku sempat ikut berdiskusi sebentar meski Mama beberapa kali mencuri pandang ke arahku, sebelum Aline menelpon untuk mengajakku keluar makan siang saat tadi pagi aku mengabarinya kalau sedang berada di rumah Algis untuk menemani Mama.

Sayangnya, Mama lagi-lagi tidak ingin membuat semua hal yang berkaitan denganku hari ini menjadi mudah. Dengan alasan kalau Ibu Arkadewi sudah menyiapkan makan siang kami, aku dilarang untuk keluar makan siang bersama Aline.

"Kalau tadi nggak ketahuan Mama, ditawarin nginep sama Ibu Arkadewi kayaknya bakal kamu iyain." Begitu sindiran pertama yang akhirnya terucap juga dari bibir Mama saat kami berdua berjalan beriringan menuju meja makan.

Aline sempat marah-marah karena tadinya aku membatalkan janji untuk jalan bersamanya. Penyebabnya, dia sudah terlanjur membatalkan janji untuk menemani salah satu keponakannya fitting kebaya yang akan digunakan nanti saat resepsinya di Lombok.

Karena itu, setelah selesai makan siang di rumah Algis, aku berniat untuk mengajaknya bertemu sebentar apalagi mengetahui Mama dan Ibu Arkadewi akan pergi menemui salah satu teman mereka di Amorelis.

Begitu ingin memesan taxi, Algis yang tadinya setelah makan siang langsung kembali ke ruang kerja bersama kedua staffnya, tidak sengaja menemuiku yang sedang berdiri tepat di depan pintu rumah. Saat kuceritakan kalau aku akan menemui Aline di Plaza Indonesia, Algis buru-buru mengusulkan untuk menghubungi Aline agar mengganti lokasi pertemuan kami yang sebelumnya di Plaza Indonesia ke Pacific Place.

Alasannya, karena dia sebenarnya juga harus mampir ke gedung A Kemendikbud di Jalan Sudirman dan mengingat Pacific Place merupakan mall yang paling dekat dari kantornya, ia pikir akan jauh lebih mudah untuk mengantar dan menjemputku dari sana.

"Gimana? Bisa nggak?" tanyaku sekali lagi saat mendengar rentetan makian dari Aline kelihatan tidak ada ujungnya. "Emang lo udah sampai mana?" Refleks, aku mengeratkan rahang saat dengan polosnya Aline mengatakan kalau dia masih ada di rumah orang tuanya.

Algis mengetuk telapak tangan yang kugunakan untuk memegang handphone dengan telunjuknya. Ia mengisyaratkan untuk memberi handphoneku kepadanya, yang langsung kusetujui tanpa banyak bicara. Aku yakin kalau Algis tahu seberapa besar keinginanku untuk mengumpat balik ke Aline saat ini.

"Hai, Lin. Ini Algis." Did he always smile like that when he's on the phone? "Maaf ya, tadi gue yang ngusulin buat pindah tempat. Enggak kok... enggak..." Masih sambil mengulas senyum, Algis menarik tanganku untuk kembali masuk ke dalam rumah.

"Kan, gue ada janji juga di gedung A, biar sekalian jalan. Lo udah di mana emang, Lin?" Algis mengangkat kedua alisnya bersamaan lalu menatapku geli. "Ya udah, jadi di Pasific Place aja, ya? Terserah deh... just tell me, entar gue reservasiin," katanya sambil tertawa keras.

Aku menggeleng-gelengkan kepala tapi Algis kelihatan tidak perduli sama sekali, ia justru menawarkan beberapa nama restaurant pada Aline.

"Nasi Padang? Marco? Okay, ntar gue reservasiin... oke-oke, itung-itung wedding gift dari gue ini." Tawa Algis kembali terdengar, ia bahkan tidak terlalu memperdulikan kedua staffnya yang baru saja turun dari lantai dua tengah menatap ke arah kami dengan dahi berkerut. "Iya... Iya... Okay lah, gue anter Nana sekarang. Iya, lo berangkat sama Nolan? Sendirian? Hati-hati nyetirnya kalau gitu, Lin. Ya, bye!" Setelah memutuskan sambungan telpon, Algis mengembalikan handphoneku.

CONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang