Midnight I can't sleep. and feeling sick.
Apalagi yang bisa lebih buruk dari ini? Aku memandang layar televisi yang menampilkan adegan Jo saat dia harus merobek surat yang ia buat untuk Laurie dan membuangnya ke sungai sambil menangis sesenggukan. Saat pertama kali aku menonton little woman bersama Aline, dia bilang sosok Jo sedikit banyak mengingatkannya dengan keadaanku saat patah hati dulu. Bersumpah tidak akan pernah percaya laki-laki dan menilai kalau konsep pernikahan tidak akan pernah cocok denganku. Lucu, bukan? Aku mengernyitkan dahi sambil meringis pelan saat merasakan rasa asin menyebar di seluruh bagian mulutku. Sambil menjepit hidung-yang aku tidak tahu akan membantu atau tidak-pandanganku kembali tertuju pada sosok Jo yang harus bersikap baik-baik saja saat berhadapan dengan saudaranya Amy dan Laurence di ruang tengah rumah mereka.
"Oh, I know it's hurt, Jo! I know," racauku dengan suara sengau.
Aku tidak tahu apa yang sebenarnya Jo rasakan saat harus memeluk Amy begitu tahu Laurence dan Amy ternyata memutuskan untuk bersama. Apa dia sedih saat mendengarkan Amy merindukan Beth-saudara bungsu mereka yang baru saja meninggal atau sedih karena Jo baru sadar kalau dia kehilangan kesempatan untuk merasakan bagaimana rasanya dicintai seseorang.
Meraih remote dan menekan tombol pause. "A true love? Seriously? I understand, Jo. That hurts, I know. That's how love should be. It is not love if it does not hurt. " Would you believe it if I told you that I'm sober? Dengan tingkah absurdku tengah malam begini, meracau tidak jelas dengan dandanan semrawut, sekali lihat orang-orang pasti berpikiran kalau aku benar-benar mabuk. Sebenarnya sudah sejak pagi tadi aku merasa tidak enak badan di tambah flu dan batuk yang makin memperparah keadaan. Sempat mengajar dua kelas Reading Comprehension sebelum akhirnya aku memutuskan untuk ijin pulang. Setidaknya setelah tidur seharian ini, makan dan minum paracetamol, keadaanku bisa dibilang jauh lebih baik sekarang.
Aku beranjak menuju dapur saat mendengar suara timer dari microwave. I'm craving for curry puff, setelah seharian tadi tidak ada nafsu makan sama sekali. So, without a second thought, I decided to buy that holy curry puff from Old Chang Kee at EastCoast Center Mall--their curry puff will be my favorite food ever! Selesai menyiapkan camilan tengah malam, aku kembali ke ruang tengah. Baru saja aku duduk bersandar pada sofa, nama Aline muncul di layar iPhoneku.
Sambil mengernyit heran karena tidak biasanya Aline menghubungi selarut ini, aku menekan tombol speaker saat panggilan dari Aline tersambung.
"Sister? Still awake?"
Aku mendengus geli. "What do you think, Lin?" tanyaku yang dibalas tawa kecilnya.
"I can't sleep." Kudengar ia menghela nafasnya kasar, "Nolan has a flight tomorrow morning, so I won't disturb him. And I remember about you-"
Mendengar penuturan Aline barusan membuatku tersedak curry puff yang baru saja kumakan, buru-buru aku mengambil thai tea dan meminumnya pelan-pelan. "As I expected from you! Soooooo wise!"
Tawa Aline kembali terdengar, dan kali ini cukup keras. Aku sendiri hanya menggelengkan kepala sebelum kembali menghabiskan curry puff yang hanya tersisa setengah di piringku. "Where are you now?" tanyaku begitu tawanya mereda.
"Di apartemen lah. Memang di mana lagi?" jawabnya dengan nada ketus yang kentara terdengar meski lewat sambungan telfon. "The same question goes for you too, sister! Di mana? Ngapain kok jam segini lo masih melek? Please do not claim that you are still awake due to your work! No, seriously. If the answer is yes, I'm not sure why you have to—"
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTED (COMPLETED)
Genç Kız Edebiyatıconnected [ kuh-nek-tid ]: having a connection Alfian Djanuar Nandiardji is my first love. He is the only person I wish I could pass the future with. It used to be like that. Without knowing anything, I thought everything is fine. I will have my o...