"Sayang, sunblock yang aku tadi beli ada di mana?"
Suara Algis dari lantai dua membuatku mengalihkan pandangan dari macbook ke arah tangga. Kulihat pria itu berdiri tepat di depan anak tangga sambil menenteng handuk di salah satu bahunya. Algis buru-buru menuruni anak tangga saat aku bilang kalau sunblock yang tadi sempat dia beli bersamaan dengan shortboardnya ada di tasku di dalam kamar. Setelah memastikan Algis memasuki kamar, aku kembali meluruskan pandangan ke arah layar macbook.
Satu per satu file RPP dan dokumen penunjang mata kuliah Critical Writing harus kukirimkan ke Faiza—asisten dosen—hari ini karena wanita berumur 27 tahun itu mengatakan kalau dia perlu mempelajari materi terlebih dahulu sebelum mulai mengajar besok. Jadi, begitu sampai di salah satu unit villa tipe duplex family yang sudah di reservasi sebelumnya oleh Ririn, aku memutuskan untuk langsung membuka macbook dan segera mengerjakan tugas-tugasku memilih tidak menghiraukan keantuasiasan Algis yang mengobrol cukup lama dengan manager dari Pool Villa Club Lombok mengenai kegiatan surfing yang akan dilakukannya nanti.
Selesai mengirim email ke Faiza, aku beralih mengerjakan RPP untuk kelas Public Speaking yang akan aku isi sepulang dari Lombok dua hari lagi. Masih berkutat dengan kolom brainstorming, kegiatanku meneruskan RPP sempat terhenti sebentar saat mendapati dua tangan Algis bertumpu pada sisi meja sementara pria itu berdiri—hampir menunduk—sambil menumpukan dagunya di atas kepalaku.
"Lagi ngerjain apa, sih?"
Tenang, calm down, ambil napas dan buang... "Ngerjain RPP." Algis hanya berdeham pelan sebagai respon. Bukan karena dia marah, bukan. Tapi, pria itu sibuk menghidu rambutku. "Udah ketemu sunblocknya?" tanyaku sambil meneruskan pekerjaanku sebelumnya. Setidaknya, aku harus melakukan hal lain saat ini.
Selain sunblock yang tiba-tiba saja berada di sebelah macbookku, aku merasakan kalau Algis juga menganggukan kepalanya saat mengangsurkan sunblock yang tadi sempat membuatnya bad mood. Aku sendiri menyesal karena mengingatkan Algis soal sunblock begitu pria itu turun dari mobil saat kami sampai di Lombok Epicentrum. Ditemani Haidar dan Samsul, Algis memutari mall hanya untuk mencari sun block dan baru kuketahui dari Ririn kalau sunblock yang diinginkan Algis adalah sunblock khusus yang digunakan untuk surfing. Long story short, akhirnya Algis menemukan that holy sunblock di salah satu outlet beauty shop di mall.
"Aku memang selalu nulis initial activity di setiap RPPku." Lagi-lagi, Algis hanya berdeham panjang untuk menanggapi jawabanku. "Nggak jadi surfing?"
Kurasakan Algis menegakkan punggungnya, "Jadi," jawabnya singkat lalu berjalan kembali menuju arah belakang villa.
Fokusku mengerjakan RPP kembali terganggu saat menemukan nampan kayu berisikan satu piring buah-buahan, piring kecil lain yang berisikan beberapa vitamin, dan satu gelas air putih di sebelah macbookku. "Nanti diminum obatnya, yang ini dulu terus yang ini..." Kembali menumpukan dagunya di atas kepalaku, Algis menunjuk satu per satu vitamin yang ada di atas nampan, menunjukkanku urutan vitamin yang perlu aku minum.
Aku menarik salah satu tangan Algis. "Kamu sendiri sudah minum belum?" Lucunya, Algis sering sekali begini. Mengingatkan aku tentang sesuatu tapi dia sendiri sering lupa melakukannya.
Algis tidak langsung menjawab pertanyaanku, dia malah mengambil salah satu stool chair dari dapur dan meletakannya di sebelah kursiku. "Selesai surfing biar sekalian makan siang." Laptop yang tadi berada tepat di depanku, kini beralih ke depan tubuh Algis. "Mata kuliah Public Speaking?" Aku menganggukan kepala saat Algis mulai mengetikkan namaku di kolom atas RPP. "Ini yang mau kirim ke asdos?" Jemari Algis kini sibuk mengetik bagian awal brainstorming di file RPP ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
CONNECTED (COMPLETED)
Chick-Litconnected [ kuh-nek-tid ]: having a connection Alfian Djanuar Nandiardji is my first love. He is the only person I wish I could pass the future with. It used to be like that. Without knowing anything, I thought everything is fine. I will have my o...