CON-21

49.3K 5.1K 902
                                    

What is the real meaning of being in a relationship?

Hubungan seperti apa yang ingin kamu jalani nantinya?

Dengan orang seperti apa kamu ingin melewatinya?

Sebelum ini, tidak pernah terpikirkan olehku akan menjalin hubungan dengan pria semacam Algis. Iya. The one and only Algis Aditya Hartadinata. Sebelum ini, aku jauh lebih berhati-hati dalam memulai hubungan dan hasilnya memang sesuai dengan dugaanku—mereka yang mengaku memiliki perasaan—nyatanya, mereka juga yang paling cepat mengambil keputusan untuk meninggalkanku. Mungkin karena aku tidak segera mengambil keputusan dengan cepat, tidak bisa melihat peluang yang ada, dan yang lainnya. Tapi, bagiku itu adalah salah satu cara membatasi dan menjaga perasaanku.

Bukan karena takut sakit hati. Karena selama masih memiliki perasaan, jatuh cinta adalah hal yang mudah untuk dirasakan. Selama bisa jatuh cinta, perasaan sakit hati selalu menyertai.

Algis mengenalkanku pada satu tahapan berbeda pada sebuah hubungan. Pemakluman. Saat itu, mungkin kedua kalinya kami bertemu. Dia rela meluangkan waktu istirahatnya untuk datang memenuhi ajakan makan siangku. Di sana, Algis mengatakannya. Mungkin secara tidak langsung, tapi dia tahu kalau aku belum siap memulai sebuah hubungan. Dan dia memaklumi itu padahal saat itu dengan jelas kukatakan kalau menjalin sebuah hubungan belum menjadi prioritasku. Sebuah pemakluman. Algis mengajarkanku pemakluman dalam sebuah hubungan.

"I know, Mbak Na." dan "It's okay, Mbak Na." adalah kata-kata yang sering diucapkan Algis padaku. Pemakluman terhadap sikap dan tingkahku. Bahkan terhadap sebuah kebohongan. Algis bisa memakluminya untukku. Dan, masih banyak pemakluman lain yang dilakukan Algis untukku bahkan sebelum hubungan kami resmi sebagai sepasang kekasih.

Lalu, bagaimana denganku?

Pemakluman seperti apa yang sudah kulakukan untuknya? Ah, bukannya sudah pernah? Nyatanya, yang kuakui sebagai sebuah pemakluman ternyata bukan. Ternyata belum cukup.

Ini sudah lewat tengah malam, dan layar televisi masih menampilkan The Queen's Gambit, serial netflix yang baru-baru ini kutonton atas rekomendasi dari Ririn. Mataku tidak sepenuhnya fokus menatap layar televisi meskipun episode ini—yang lagi-lagi kudengar dari Ririn—cukup seru. Pikiranku justru penuh dengan potongan-potongan scene yang menampilkan raut sendu Algis di salah satu reality show terkenal yang mengeluarkan satu episode khusus mengenai dirinya.

Gadang Arumatja, adalah pencetus episode spesial Algis di Real Talk. Host Real Talk sekaligus pengamat politik itu memutuskan untuk membuat satu episode spesial setelah Algis mengumumkan secara resmi mundurnya ia dari jabatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Belum ada tanggapan resmi dari Pak Arbitro mengenai mundurnya salah satu jajaran menteri pada masa pemerintahannya ini. Tapi, Algis sendiri sudah memberitahuku kalau masa kerjanya akan berakhir akhir tahun ini—sekitar empat bulan lagi.

Kuraih macbookku yang sebelumnya kugelatakkan di atas sofa dan mematikan televisi. Setelah berhasil mengetikkan salah satu nama platform yang ingin kukunjungi pada search bar, aku mencari channel youtube talk show 'Real Talk' disana.

'Mengenal lebih dekat Algis Aditya Hartadinata.'

Aku mengambil bantal sofa dan meletakannya di atas pahaku, sementara opening talk show episode spesial itu dimulai.

"Algis, ya?"

Senyumku refleks terulas begitu layar menampilkan wajah ayu Ibu Arkadewi. Wanita dengan balutan kebaya putu ayu berwarna emas itu tersenyum haru menatap kamera. "Algis itu seperti anugerah bagi saya dan Bapak. Kami harus menunggu selama enam tahun untuk bisa memeluknya." Ibu Arkadewi berusaha menahan tangisnya dengan sebuah tawa lirih.

CONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang