CON-24

38K 4.1K 620
                                    

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh kelas, menatap satu per satu mahasiswa pada deret kursi paling belakang yang kelihatan sangat sibuk menuliskan sesuatu di lembar ulangannya. Sambil menopang dagu, kuperhatikan dalam diam mahasiswa-mahasiswa semester tiga itu. Memang mereka belum pernah dengar rumor seberapa menyeramkannya aku ketika menjaga tes atau ulangan, ya? Bolpoin merah di ujung meja yang kusiapkan tadi sepertinya akan berguna setelah sekian lama tidak lagi pernah kugunakan.

Satu.

Ah, ketahuan! Salah satu mahasiswa mengendikkan dagunya sementara mahasiswa lain langsung meraba saku celananya. Aku membuang pandangan ke arah pintu saat mahasiswa itu mencuri pandang ke arahku sebelum kembali menekuri handphone yang dia letakkan tepat di balik kertas soal ulangannya.

Dua.

Sementara mahasiswa yang duduk paling pojok pada barisan belakang kelihatan duduk dengan santai sambil mengigiti ujung bolpoinnya. Kegiatan santainya itu terpaksa terhenti karena teman yang duduk di depannya mulai menurunkan lembar jawabannya agar bisa terlihat olehnya yang kini sibuk menyalin jawaban.

Tiga.

Yang paling menarik perhatianku adalah laki-laki gondrong yang duduk pada deretan tengah. Dengan memelototkan mata pada setiap teman yang tidak sengaja bertatapan dengannya, ia meminta jawaban mereka dengan paksa.

Dasar, amatiran!

"Santai aja, contekan di gadget kalian juga nggak bakal lari ke mana-mana."

Seruanku barusan membuat suasana kelas yang sejak tadi sepi mendadak makin sunyi. Mahasiswa-mahasiswa yang merasa tersinggung dengan perkataanku mengalihkan tatapannya ke lembar jawaban mereka, berpura-pura mengerjakan sesuatu di sana. Lagi, laki-laki gondrong yang duduk di deret kursi tengah menarik perhatianku. Mungkin dia merasa karena aku memang tengah menatapnya lurus, seketika ia kelihatan tengah berpikir keras. Sambil menggaruk pelipis dan mencoret-coret kertas kosong yang ada di sebelah lembar jawabannya, dia mendesah kesal kelihatan frustrasi sementara dari mejaku, justru aku dapat melihat dengan jelas kalau bolpoin yang ia gunakan tidak benar-benar menempel pada kertas. Ya, jelas frustasi, lah!

Makin lama, aku malah merasa terhibur dengan tingkah lakunya. "Perasaan saya kasih jadwal ujian untuk kelas Reading Comprehension bukan Language Testing? Kalian kok sibuk coret-coret kertas padahal nggak ada yang perlu diitung?" Masih sambil menopang dagu dengan salah satu tangan, aku kembali melanjutkan. "Lebih lucu lagi, dari sini kelihatan sibuk banget itu bolpoinnya buat coret-coret tapi kertasnya masih putih bersih."

Mereka mulai menatap satu sama lain dengan tatapan menuduh sementara yang lain tetap mengerjakan ujiannya meskipun sesekali mencuri pandang ke arahku. "I don't know if we have a new writing technique. The flying writing style? Floating writing style?" celetukanku berhasil membuat beberapa peserta ujian tertawa kecil.

Si gondrong dan mahasiswa di deret kursi paling belakang hanya diam menatap lembar jawaban mereka. Target is locked! Mereka juga sadar kalau sudah ketahuan termasuk si gondrong yang kini menurunkan kertas coret-coret yang tembus pandang itu dari atas mejanya.

Aku menatap jam dinding di bagian belakang kelas. Kurang dari sepuluh menit waktu yang diberikan untuk mengerjakan ujian akan selesai. Kuambil dan kutata beberapa lembar sisa soal dan jawaban serta memasukkan lembar absensi ujian kehadiran mahasiswa ke dalam map. Rasanya detik jam bergerak lambat saat mataku menangkap kehadiran si bolpoin merah yang memang kuletakkan di ujung meja. Apakah ini waktunya? Setelah sekian lama? Setelah semua rumor yang menyebabkan si merah ini pensiun lebih cepat, apakah sekarang waktunya untuk kembali bekerja?

Tawa kecil yang lolos dari bibirku membuat beberapa mahasiswa—yang entah sejak kapan berdiri berbaris di samping mejaku—menatapku keheranan. "Please put your answer paper here and the question here," perintahku menunjuk pada sisi meja yang berbeda. Mereka berbaris menunggu giliran untuk mengumpulkan hasil ujian mereka sementara aku baru menyadari kalau si merah sudah terjepit manis di antara sela telunjuk dan ibu jariku.

CONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang