CON-8

45.6K 5.6K 557
                                    

"Algis bilang mau ngomong sama lo makanya dia nunggu sendirian di sana, and what are you doing? Playing a drama? Thanks, but I prefer driving alone? Seriously, Na? Even lo masih marah soal apa yang udah kejadian sebelumnya, apa yang lo lakuin tadi childish banget sih, Na. Lo marah karena dia ngomong begitu, lo marah karena dia nggak bales pesan permintaan maaf dan angkat telpon lo, kan? At least you will know the answer, kalau lo menurunkan ego dan nerima tawaran dia buat anter lo. Kalau kalian berdua begini terus sampai kapan masalahnya mau selesai? Gue pikir dengan elo yang mau minta maaf duluan waktu itu, tinggal nunggu Algisnya aja yang sadar. Eh, Algis udah mau ngajak ngomong gantian elonya yang aneh begini. Whatever lah, I'm going back to Majapahit. Hati-hati."

Itu yang dikatakan Nolan semalam, sepanjang restaurant menuju parking lot dia tidak bisa berhenti mengomentari sikap kasarku pada Algis. Aku tidak bisa berhenti memikirkan perkataan Nolan. It's not that I'm being childish, but he knew about the news that Algis dating Laras, right? Semalam bahkan dia juga sempat mengatakan tentang hubungan Algis dan Laras sebagai bahan bercandaan, meskipun secara tidak langsung Nolan menjelaskan hubungan antara Algis dan Laras yang ternyata tidak benar, but who knows? Melihat dari tingkah laku mereka berdua, atau lebih tepatnya sikap Laras pada Algis malam itu, aku yakin hubungan mereka lebih dari hubungan teman masa kecil. I don't want to complicate things between us. Everyone is aware of their relationship, which is understandably distressing. I think rejecting him last night was the best decision I could have made at the time. And it appears that Nolan interpreted that concept incorrectly. Despite the fact that he explained his actions, mulai dari masalah kami saat video call sampai Algis yang tidak juga membalas pesanku, it wouldn't change anything for now. Aku sudah memaafkannya karena tidak membalas pesanku karena, mungkin dia menjaga perasaan Laras saat itu. Mungkin semalam aku sedikit terkejut, ini merujuk pada perasaan tidak enak selama aku menemani Nolan di Amorelis. Siapa yang menyangka kalau aku akan bertemu dengan Algis juga Laras disana. Itu saja. Tidak lebih. There are no hard feelings. Right now, everything is fine.

Seenggaknya itu yang kupikirkan sebelum resepsionis apartemen menghubungiku dan mengatakan kalau ada seseorang yang sedang menungguku di lobby. Tidak butuh waktu lama untuk segera keluar dari unit apartemenku karena sebenarnya hari ini aku berniat untuk berangkat ke kampus jauh lebih pagi dari hari biasanya. Sudah siap dengan oversized strip gauze shirt dan stretch midi skirt sebagai setelan work outfitku hari ini, aku segera memasuki lift, and there he is, sitting on one of the lobby couches, earphones in his ears.

Aku menggelengkan kepala lantas berjalan menuju meja resepsionis. Wanita bernama Elin menyapaku ramah dan menunjuk tempat yang sama—di mana Algis sedang duduk sambil melihat sekitar saat kutanya di mana orang yang sedang menungguku. Kuhela napasku kasar sebelum berjalan menghampirinya.

"Gis?"

"Oh, hi." Algis buru-buru berdiri dan melepas earphonenya saat melihatku berdiri tepat di hadapannya. "Sorry for coming in this early morning," katanya dengan nada bersalah. Iya, jelas dia harus merasa bersalah karena ini masih jam setengah tujuh dan dia tiba-tiba saja datang ke apartemen tanpa menghubungiku lebih dulu. "Saya kebetulan mau makan sama Endra di Sky36 dan tahu apartemenmu disini juga, jadi saya mampir." Aku memindai penampilan Algis yang kelewat rapi untuk sekedar mampir sarapan di restaurant yang berada satu tower dengan apartemenku, ia memakai kemeja slim fit berwarna biru, a black hat on his head, dan celana kain berwarna biru tua. He looks great, as usual.

"Gis, gue udah reservasi—eh...?"

Aku membalik tubuh dan menemukan sosok Narendra Gunawan, Menteri Pemuda dan Olahraga sedang menatapku dan Algis bergantian. Jangan bilang Endra yang dikatakan Algis barusan adalah Narendra Gunawan yang ini?

CONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang