CON-34

44.5K 4.1K 899
                                    

Setiap orang pasti memiliki momen turning point dalam hidupnya. Aku berkali-kali mengalaminya dan bersyukur karena masih memiliki pemikiran semacam banyaknya hal baru yang aku dapatkan selagi berusaha keras untuk memahami segala hal—tidak hanya dalam cara pandang dan pikirku saja. Kadang beberapa kesalahan kecil yang sebelumnya luput atau bahkan insight baru yang tidak terpikirkan sebelumnya. Sama halnya seperti kejadian semalam—percakapan, diskusi, perdebatan, atau apa pun yang bisa dilabeli untuk menyebutkan komunikasi dua arah antara aku dan Algis juga termasuk di dalamnya.

Tidak semuanya yang aku pikir bisa jadi yang terbaik juga berlaku pada orang lain. Semalaman terjaga, membantuku banyak berpikir tentang masalah yang terjadi di antara aku dan Algis. Sesuatu yang kusebut sebagai pemakluman itu tidak lebihnya dinilai Algis sebagai sebuah pemaksaan. Maklum itu bukan dengan cara menyimpulkannya sendiri dan memilih pilihan yang terkesan abai pada pihak lain. Bukan juga berhak mengatasnamakan kerelaan padahal aku jadi pihak yang tidak mengerti banyak hal.

Sadar akan poin-poin penting itu, mengakui kesalahanku di banyak bagian bukan hal sulit untuk dilakukan. Begitu mendengar apa yang dirasakan Algis mengenai pilihanku sebelumnya, aku tahu kalau cara berpikirku saat sedang emosi benar-benar sempit, sampai bisa membuatku terburu-buru menentukan jalan yang aku katakan sebagai pilihan terbaik yang nyatanya malah menyakiti kami satu sama lain. Bersyukurnya, pria itu—yang mendapatkan perlakuan tidak adil itu—masih mau bersabar dengan tetap bersikap logis. Pemaklumannya atas sikapku semalam membuktikan kalau Algis tidak berubah. Semua sikap dan sifatnya luar biasa tidak masuk akal jika menyangkut tentangku. Maksudku, bagaimana bisa dia bersikeras meyakinkanku di saat aku sudah menolaknya secara terang-terangan?

"Terus? Sekarang gimana?"

Nah, kalau yang satu ini persoalan yang lain. Aku mulai penasaran kalau sebenarnya di dalam apartemenku memang ada cctv tersembunyi yang dipasang Aline atau ada chips GPS yang dipasang Nolan di tubuh Algis sampai satu panggilan yang sudah berkali-kali kutolak sejak wanita itu dan semua orang tahu berita tentang Algis dan his plus one tersebar di media online, akhirnya aku terima pagi ini dengan tambahan satu pesan yang mungkin akan membawa kesialan kalau aku nggak segera menerima panggilan dari wanita yang sayangnya adalah sahabatku sendiri.

Di depan dressing table, aku masih mendengar suara Aline di seberang sana, berceloteh tentang pemberitaan media juga soal Algis yang datang ke Surabaya sejak beberapa hari lalu. "Excuse me, Miss. I need your answer!" Nada sarkas yang kudengar dari Aline malah membuatku geli sendiri.

Aku sengaja tidak menjawab, membiarkan Aline makin murka dengan suara keras lewat airpod yang kupasang di salah satu telinga. Mengabaikan kemarahannya yang sebenarnya tidak berdasar itu, aku mulai mengulas blush on di kedua sisi pipiku. "Ya, begitu itu," jawabku seadanya.

Tawa yang sejak tadi kutahan, langsung keluar begitu saja sesaat mendengar Aline mengumpat keras. Ia bahkan belum berhenti melakukannya, padahal aku sempat melepas airpod beberapa kali—sebut saja salah satu cara menghindari dosa pagi-pagi begini 'kan, ya? Aku masih mencoba meredakan tawa saat tatapanku menangkap sosok yang baru saja keluar dari selimut dengan wajah kuyu, terduduk di atas ranjang lewat pantulan cermin.

Pemandangan pagi apa ini? "NA!" Tubuhku berjengit kaget, bahkan aku hampir berdiri dari kursiku, mendapati suara teriakan keras Aline memanggil namaku. "Lo ngapain, sih? Dari tadi gue panggilin juga! Begitu itu, gimana? Penjelasannya mana?" tanyanya beruntun, masih mempertahankan suaranya yang terdengar kelewat keras.

Sebelum menjawab pertanyaan Aline, aku kembali melepas airpod dan memindah dan memasangkannya ke telingaku yang lain. "You're loud enough to wake the dead, Lin!" Keluhanku barusan hanya ditanggapinya dengan dengkusan kesal.

"Morning." Dengan telunjuk, aku memindahkan beberapa helai rambut ke belakang telinga dan menunjuk airpod yang terpasang di telinga sebelah kiriku. "Sorry," ucapnya tanpa suara.

CONNECTED (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang