Sehari setelah kejadian tersebut Silvanna masih merasakan sedih yang amat mendalam karena dirinya harus kehilangan adiknya sekali lagi, baru saja ia menemukannya dan kini ia harus di tinggal pergi lagi oleh adiknya.
Akan tetapi karna hal tersebut lah yang membuat Silvanna semakin bersemangat untuk berlatih agar bisa segera mencari adiknya kembali, ia benar-benar berharap bahwa kali ini Silvanna dapat menemukan adiknya sendirian. Menurutnya ia mungkin saja bisa menemukan adiknya itu seorang diri.Silvanna bangun dari tempat tidurnya dan berusaha untuk keluar dari kamar miliknya. Badannya masih terlalu lemah, bahkan untuk berdiri saja masih terasa sulit baginya, karena itulah ia sedari tadi harus berjalan seraya memegangi dinding agar tidak terjatuh.
Salah seorang pelayan menyadari bahwa Silvanna keluar dari kamarnya walaupun belum pulih sepenuhnya, ia segera menghampirinya dan menanyakan kemana Silvanna akan pergi dengan keadaan seperti itu.
"Putri, anda ingin pergi kemana? Kondisi anda belum cukup membaik.. saya mohon agar anda kembali beristirahat terlebih dahulu di kamar anda" ucap pelayan itu dengan sopan.
"Tolong bawa aku ke taman belakang istana" perintah Silvanna, kemudian pelayan itu segera mengangguk dan membantu Silvanna untuk berjalan menuju taman belakang istana.
Sesampainya mereka disana, pelayan itu segera membantunya untuk duduk di kursi dengan ukuran yang cukup panjang. Setelah selesai membantu dirinya, kemudian Silvanna memerintahkan pelayan itu untuk pergi dan meninggalkannya sendirian agar ia bisa menenangkan diri.
"Pergilah, aku ingin sendiri" ucap Silvanna pada pelayan itu seraya menatap bunga yang bermekaran di taman tersebut.
"Baiklah putri, saya akan pergi" ucap sang pelayan, kemudian ia pergi dari tempat tersebut dan kini sudah tak terlihat sama sekali sejauh mata memandang.
Silvanna menutup matanya dan menghirup udara segar, merasakan sedikit ketenangan disana. Ia merasa bahwa hal yang ia lakukan dapat membuat stresnya hilang sedikit demi sedikit.
Tak lama kemudian, ia pun teringat akan tujuan awal mengapa keluar dari kamar. Hal tersebut di lakukan untuk pergi menuju tempat berlatih prajurit Imperial Knight, bukan ke taman belakang istana.
Ia pun mulai melangkahkan kakinya menuju tempat berlatih prajurit Imperial Knight, sesampainya disana ia langsung dimarahi oleh pelatih dikarenakan dirinya yang masih belum cukup beristirahat dan tetap memaksakan diri untuk kembali berlatih.
"Silvanna kau harus mendapatkan istirahat yang cukup! Jika keadaanmu seperti ini, bagaimana kau akan berlatih hah!?" Bentak pelatihnya, Silvanna hanya menunduk kemudian mengangguk.
"Maafkan saya, akan tetapi saya hanya ingin un-" belum selesai berbicara, tiba-tiba saja pelatih itu langsung memotong perkataan Silvanna.
"Astaga kau ini, pelayan tolong bawa dia kembali ke kamarnya dan awasi dia agar tidak keluar lagi dari dalam kamarnya!" Kemudian seorang pelayan pun berlari menghampiri Silvanna dan membantunya berjalan menuju ke kamarnya.
"Ya ampun putri, apa yang anda lakukan?" Tanya sang pelayan seraya membantu Silvanna berjalan menuju kamar.
"Kemarin aku melihatnya, dia adikku! Dia benar-benar adikku! Akan tetapi aku tak bisa membawanya pulang, kali ini aku harus kehilangan dirinya lagi" jawab Silvanna, matanya mulai berkaca-kaca karena merasakan kesedihan.
"Putri, mohon maaf sebelumnya, tolong dengarkan saya sebentar. Pangeran pasti akan kembali ke kerajaan Moniyan, saya yakin suatu saat nanti anda bisa membawa pangeran kembali" ucap Pelayan itu pada Silvanna, hal itu membuat Silvanna semakin bersemangat.
"Ya! Tentu saja aku akan membawa adikku kembali!" Ucap Silvanna dengan penuh rasa senang, tak lama kemudian mereka pun telah sampai ke dalam kamar Silvanna.
"Baiklah putri, silahkan beristirahat. Jika perlu sesuatu, saya berada di luar kamar ini" kemudian pelayan itu membungkukkan badan beberapa saat lalu kembali berdiri tegak, ia berjalan menuju pintu kamar dan segera keluar dari kamar tersebut.
"Tunggu!" Karna ucapan Silvanna itu, pelayan yang baru saja ingin membuka pintu itupun terdiam sejenak dan menoleh kearahnya.
"Ada perlu apa lagi, tuan putri?" Tanya pelayan itu dengan sopan untuk memastikan.
"Kau disini saja menemaniku" mendengar permintaan Silvanna, ia segera berjalan menghampiri Silvanna dan berdiri tepat di samping ranjang milik Silvanna.
"Tidak, jangan berdiri.. kau pasti lelah. Duduklah disini" melihat sang pelayan berdiri di samping ranjangnya, Silvanna yang tidak senang melihat hal itupun langsung memerintahkan sang pelayan untuk duduk.
Pelayan itupun segera duduk di sisi ranjang milik Silvanna, gadis itu memang selalu suka mengatur-atur.
...
Malam telah tiba, kini waktunya semua orang untuk tidur dan mengistirahatkan tubuh setelah lelah bekerja seharian.
Karna merasa sudah aman saat semua orang sudah tertidur lelap, Silvanna pun menyusup pergi dari kerajaan Moniyan. untung saja ia mengetahui arah jalan yang jarang di awasi oleh para pengawal, hal itu sangat menguntungkan karna ia dapat pergi tanpa diketahui oleh siapapun.
Tak lupa ia membawa tombak kesayangan miliknya, Silvanna segera berjalan menuju arah pedesaan.
Setelah merasa sudah cukup lama dirinya berjalan, ia pun mulai merasa kelelahan dan memutuskan untuk tidur di halaman rumah milik seseorang yang tinggal di desa tersebut.
Walau rasanya sangat dingin, akan tetapi ia harus tetap berusaha dan menahan rasa dingin itu sebisa mungkin. Lama kelamaan Silvanna pun mulai tertidur dengan lelap walau hanya dengan merebahkan tubuhnya di halaman rumah milik warga sekitar.
Saat pagi telah tiba, ia pun mulai membuka matanya perlahan, ternyata matahari masih belum terbit menandakan bahwa masih belum terlalu pagi.
Silvanna pun bergegas pergi dari sana dan berjalan menuju bukit yang tak jauh dari pedesaan tersebut, ternyata disana adalah tempat menyendiri favorit salah seorang temannya yaitu Natalia.
Natalia memiliki kemampuan untuk menghilang tanpa terlihat oleh seorangpun dan dapat membuat luka sobek yang lumayan dalam pada kulit seseorang hanya dengan cakar miliknya.
Betapa terkejutnya Natalia melihat siapa yang datang di jam segini, seharusnya ia masih tertidur di ranjang istana Moniyan dan bukannya berjalan menuju bukit yang sudah jelas-jelas sangat jauh dari kerajaan Moniyan.
"Natalia!!!" Sapa Silvanna dari kejauhan yang melihat sudah ada Natalia disana, nampaknya Natalia sedang membersihkan halaman rumahnya.
"Astaga Silvanna, apa yang ingin kau lakukan hingga pergi ke sini? Apa kau kesini sendirian? Bagaimana bisa kau kesini sendirian di jam segini?" Natalia mencemaskan Silvanna, apalagi karna ia sudah mendengar berita tentang apa yang terjadi pada Silvanna beberapa hari sebelumnya.
"Diamlah dan jangan banyak bertanya, aku disini hanya untuk berlatih dan mencari ketenangan" ucap Silvanna dengan santainya.
"Apa pengawal istana sudah tau bahwa kau pergi kesini?" Natalia bertanya lagi, ia sungguh mengkhawatirkan temannya yang satu ini.
"Tentu saja tidak, itu karna aku pergi kesini diam-diam tanpa diketahui siapapun" setelah selesai bicara, Silvanna pun berjalan mencari tempat yang menurutnya nyaman untuk digunakan sebagai tempat berlatih.
"Apa yang akan terjadi disana nantinya, pasti mereka semua akan mencemaskanmu.. Silvanna" Natalia menatap tajam ke arah Silvanna yang tak mendengarkan ocehannya sedari tadi.
"Biarkan saja mereka, lagipula aku tidak diizinkan berlatih disana hanya karna kondisi tubuhku belum membaik" ucap Silvanna pada Natalia, sedangkan Natalia sudah pasrah dan membiarkan Silvanna melakukan hal semaunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvanna : The Royal Knight
FantasySiapa sangka seorang gadis bisa menjadi seorang kesatria pemberani dan pantang menyerah, Silvanna menjadi seorang kesatria karena ia ingin menyelamatkan adiknya Dyrroth dan membawanya kembali ke kerajaan. Terus berlatih untuk menjadi kuat agar ia bi...