2.

273 25 4
                                    


Pagi hari telah tiba, kini sudah waktunya untuk sarapan. Salah seorang pelayan berjalan menuju kamar Silvanna untuk memberikan sarapan yang sedang ia bawa.

Sebelum masuk, ia mengetuk pintu kamar Silvanna terlebih dahulu dan memanggil Silvanna dari luar kamar. Beberapa saat ia sudah menunggu, karna merasa sudah lama tidak mendapat jawaban, akhirnya ia pun memutuskan untuk membuka pintu kamar tersebut.

Pintu tersebut sangat sulit untuk terbuka, mungkin saja karna telah di kunci dari dalam. karna mulai merasa panik, pada akhirnya sang pelayan segera memanggil pengawal dan memerintahkannya untuk mendobrak pintu kamar Silvanna.

"Tolong bantu aku mendobrak pintu kamar putri Silvanna, sedari tadi aku tidak mendapatkan jawaban darinya. Sepertinya pintu itu telah di kunci dari dalam, aku khawatir terjadi sesuatu pada putri" mendengar penjelasan dari pelayanan tersebut, pengawal itupun segera berlari ke arah kamar Silvanna, kini ia sedang berusaha mendobraknya.

Setelah pintu itu terbuka, betapa terkejutnya mereka bahwa disana sama sekali tidak ada Silvanna. Hal tersebut membuat mereka panik, merekapun segera melaporkannya pada sang Raja-Ayah dari Silvanna.

Sang Raja nampak tak terkejut dan tetap menghabiskan sarapannya, "Tenanglah, mungkin Silvanna sedang pergi untuk menenangkan dirinya ke tempat yang jauh dari sini"

"Anak itu... Jika terus bertingkah laku seperti itu, bagaimana mungkin ia bisa menjadi pemimpin bangsa Moniyan saat aku sudah turun tahta nanti" batin sang Raja.

Karena hal tersebut lah yang membuat Silvanna semakin bingung harus berbuat apa, apa ia harus belajar untuk memimpin bangsa Moniyan atau berlatih menjadi seorang kesatria kuat agar bisa menyelamatkan adiknya.

Di sisi lain, Silvanna sedang berjalan menuju sungai yang tak jauh dari tempatnya berlatih dengan Natalia. Ia berniat untuk mandi terlebih dahulu, sedangkan Natalia kini sedang menyiapkan makanan untuknya.

Udara pagi yang begitu sejuk, pohon dan langit yang menambah keindahan alam yang membuat Silvanna merasakan kenyamanan serta ketenangan disana.

Ia merendam sebagian tubuhnya kedalam sungai, kemudian duduk dan bersandar pada sebuah batu besar yang berada di sungai tersebut.

Silvanna memejamkan matanya dan menikmati sejuknya udara pagi, rasanya sungguh menyenangkan hingga mungkin sulit untuk di jelaskan melalui kata-kata.

Ia yang masih mengenakan pakaian lengkap itupun segera mengambil sabun dan membersihkan dirinya. Setelah merasa cukup, dengan segera ia mengeringkan diri mengenakan handuk.

Saat ingin berganti pakaian, ia bersembunyi di balik batu besar terlebih dahulu. Walaupun di pagi hari jarang sekali orang yang datang ke sungai, akan tetapi ia harus tetap waspada.

Setelah selesai, ia tak langsung pergi dari sana melainkan memetik bunga di sekitar sungai terlebih dahulu, ia sangat menyukai aroma dari bunga tersebut jadi dirinya berniat untuk membawanya.

Saat memetik bunga, Silvanna mendengar suara gaduh dari dalam semak-semak, ia mendekati asal suara tersebut untuk memastikan apa yang terjadi sebenarnya.

Saat melihat sesuatu dibalik semak-semak, betapa terkejutnya ia melihat seseorang yang berada dibalik semak-semak tersebut.

"Engg... Pagi, Silvanna" ucap Fanny, ternyata sedari tadi Fanny terus mengikuti Silvanna.

"Kau mengikutiku kemari? Bagaimana bisa aku tak menyadarinya.. ya?" Silvanna kebingungan dan menatap Fanny dari ujung kepala hingga ujung kakinya.

"Dasar bodoh, aku ini memiliki kabel yang dapat membuatku untuk terbang, apa kau lupa?" Fanny kesal melihat Silvanna dengan otak lemotnya.

"Ah iya! Hehe, jadi kau akan ikut bersamaku disini selama beberapa hari?" Tanya Silvanna pada Fanny, mungkin saja ia belum ingin kembali ke kerajaan Moniyan.

"Tentu saja, sepertinya disini aku akan mendapatkan sedikit ketenangan, aku bisa menghilangkan stres ku sesaat. Kalau begitu.. aku akan ke dalam hutan itu terlebih dahulu untuk melihat-lihat" Silvanna pun mengangguk mendengar ucapannya.

Fanny melesat dengan cepat, terbang dengan kabel-kabel miliknya yang dapat membuatnya terbang dan melesat secepat mungkin.

"Semoga saja Fanny tidak memberitahu ke Ayah bahwa aku sering ke tempat seperti ini" gumamnya, kemudian ia pun berjalan menuju tempat peristirahatan Natalia.

Sesampainya disana, ternyata Natalia sudah menyiapkan makanan untuk mereka, ia meletakkan tiga piring nasi dengan lauk daging rusa hasil berburunya.

"Eh kenapa tiga piring?" Tanya Silvanna kepada Natalia, Natalia pun bingung dan menatap Silvanna.

Baru saja ingin menjawab, tiba-tiba saja Silvanna langsung melanjutkan ucapannya, "Ah iya, tahu tidak ternyata salah satu temanku mengikutiku kemari".

"Hah? Jadi kau tidak mengajaknya?" Tanya Natalia bingung, hal itupun membuat Silvanna juga semakin bingung.

"Eh jadi kau sudah menyadari kedatangannya?" Tanya Silvanna, "Saat kau datang kesini, aku melihatnya terbang dan segera berhenti diatas pohon. Ia kemudian duduk di pohon tinggi itu saat kau sedang berlatih" Natalia pun menjelaskan.

"Astaga, bagaimana bisa aku tidak menyadarinya ya?" Silvanna merasa bingung, bagaimana bisa ia tak merasakan ada sesuatu yang mengikutinya.

"Sudahlah jangan dibahas, dimana dia? Dia juga harus sarapan" sambung Natalia, kemudian mereka pun memilih untuk makan terlebih dahulu seraya menunggu Fanny kembali.

Setelah beberapa saat, Fanny pun datang kesana dan memanggil Silvanna dari luar, "Oey Silvanna!"

"Masuklah dan sarapan terlebih dahulu!" Sahut Silvanna, kemudian Fanny pun masuk kedalam tempat tersebut.

Sebenarnya itu bukanlah rumah milik Natalia, tempat itu didirikan oleh Natalia hanya untuk beristirahat jika ia sudah selesai berlatih. Namun terkadang ia menginap disana untuk menenangkan diri, di tambah lagi tempat itu jauh dari kerumunan warga.

"Hufttt di luar sangat dingin, saat aku terbang aku merasakan udara yang sangat dingin itu" keluh Fanny, "Karna kau melesat dengan sangat cepat" jawab Silvanna.

"Iya juga ya, ah sudahlah lebih baik aku memakan makanan ini sebelum dingin" kemudian Fanny pun bergegas untuk segera menghabiskan makanan miliknya.

"Oiya Silvanna, kapan kau akan kembali ke kerajaan Moniyan?" Tanya Fanny pada Silvanna, ia hanya takut orang-orang cemas dan mengkhawatirkan Silvanna, padahal Silvanna sedang baik-baik saja disana.

"Entahlah aku masih ingin disini untuk menenangkan diri" jawab Silvanna, kemudian ia pun berjalan keluar dari tempat tersebut, ia pun melanjutkan latihannya disana.

Kemudian Fanny dan Natalia hanya bisa menatapnya melangkah pergi dari meja makan, "Natalia, apa kau sudah tahu apa yang terjadi pada Silvanna?" Tanya Fanny pada Natalia.

"Ya semua orang disini sudah mengetahuinya, kata orang-orang, Silvanna sudah bertemu dengan adiknya Aurelius II" jawab Natalia pada Fanny.

"Saat itu kami bertarung dengannya, seperti nya itu bukan pangeran Aurelius II. Mereka memanggilnya Dyrroth, pangeran kegelapan dari Abyss" Fanny menjelaskan itu pada Natalia

"Akan tetapi saat mereka hampir kalah, sosok Dyrroth terlihat sangat mirip dengan Silvanna dan sepertinya itu adalah pangeran Aurelius II" lanjutnya, Natalia pun berfikir mungkinkah itu adalah Aurelius II, akan tetapi kini ia sudah di selimuti oleh kekuatan jahat.

"Mungkin itu memang dirinya, akan tetapi ia di selimuti oleh kekuatan jahat" jawab Natalia, kemudian ia berjalan keluar untuk menemani Silvanna berlatih.

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang