Chapter 5

239 23 7
                                    

Natalia mendekati Granger dan menunjukkan selembar kertas catatan pribadi milik Silvanna yang ia ambil secara diam-diam, "Granger lihatlah bagian ini" bisik Natalia padanya.

Granger pun mulai membaca kalimat-kalimat yang tertulis pada kertas tersebut, betapa terkejutnya ia dengan isi catatan itu.

"Natalia, bercanda mu sangatlah tidak lucu" Granger mengira bahwa itu hanyalah sebuah candaan belaka, akan tetapi Natalia mulai menjelaskan nya.

"Itu adalah catatan pribadi milik Silvanna, lihatlah dari tulisannya saja sudah jelas bahwa itu adalah tulisan tangan dari Silvanna" Kemudian Granger pun mulai percaya karna memang benar adanya bahwa itu adalah tulisan tangan Silvanna.

"Wah Granger akan berpacaran!" Ucap Harith kegirangan, "Dugh" Granger langsung menjitak kepala Harith yang pada akhirnya membuatnya terdiam.

"Lalu apa?" Tanya Granger pada Natalia, sebenarnya untuk apa juga Natalia menunjukkan catatan pribadi seseorang.

"Tembak dia esok pagi!" Semua yang berada di dalam ruangan itupun setuju dan mendukung ucapan Natalia, sedangkan Alucard sedang memikirkan sesuatu.

"Apa yang kau pikirkan Alu?" Tigreal yang sedari tadi memperhatikan Alucard mulai merasa bingung karna Alucard sepertinya terus saja berfikir.

"Memangnya Granger juga mencintai Silvanna hingga kalian menyuruhnya untuk menyatakan perasaannya?" Kata Alucard sambil menatap Natalia yang masih berdiri di depan pintu.

"Ya aku juga mencintai nya sejak dulu" batin Granger, ia hanya diam saat di tanya seperti itu oleh Alucard.

"Aku yakin iya! Bukan begitu Granger?" Natalia sangatlah yakin bahwa Granger juga menyukai Silvanna.

"Ntahlah aku ingin tidur saja" Granger merebahkan tubuhnya di ranjang miliknya, kemudian memejamkan matanya akan tetapi kesadaran nya masih ada.

"Sudah-sudah lebih baik kalian tidur, dan Natalia kembalikan kertas itu ke tempatnya kemudian kembalilah ke kamarmu dan tidurlah" ucap Tigreal, Natalia pun mengangguk dan segera mengembalikan kertas itu ke tempatnya semula.

Setelah semuanya tertidur Granger pergi keluar dari kamarnya dan berjalan menuju pedesaan, ia berjalan di sekitar taman yang ada di desa.

Granger duduk di kursi yang ada di taman itu kemudian menatap langit sambil menunggu matahari terbit, rasanya sangat nyaman dan tenang.

Bagaimana tidak, di pedesaan udaranya sangat sejuk apalagi di pagi hari. Udara belum tercemar sama sekali, masih banyak pepohonan yang rindang.

"Huft, apa yang harus ku lakukan? Apa aku harus menjadi lelaki pengecut yang memendam rasa atau aku harus mengungkapkannya" gumam Granger sambil menatap bunga-bunga yang bermekaran.

"Tentu saja kau harus mengungkapkannya" ucap seorang dari belakang, Granger terkejut dan langsung menoleh ke arah belakang.

"Oh hi Granger, selamat pagi" ternyata itu adalah Benedetta, gadis cantik dengan rambut hitam terurai dan ahli dengan pedangnya itu adalah teman Granger.

"Benedetta apa yang kau lakukan sepagi ini?" Granger biasanya terbangun di pagi hari dan pergi ke taman belakang istana dan bukan kesini wajar saja ia tak tahu bahwa Benedetta sangat menyukai tempat itu.

"Kau tidak tahu aku ya? Aku kan memang sering kesini. Kau saja yang jarang keluar dari istana" kata Benedetta sambil memainkan pedangnya ke pohon yang berada di samping kursi tersebut.

"Ah iya, kau menyukai siapa hingga kau merasa kebingungan seperti itu?" Tanya Benedetta, "Apa kau menyukai Putri Silvanna?" Lanjut Benedetta sambil menatap Granger serius.

"Aku tidak tahu perasaan ini untuk siapa, kemarilah dan duduk. Kita akan melihat matahari terbit bersama" ucap Granger pada Benedetta yang sedari tadi hanya memain-mainkan pedangnya.

Benedetta pun duduk tepat di samping Granger sambil menatap langit menunggu matahari terbit.

...

Silvanna terbangun dari tidurnya karena cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya dan langsung tertuju padanya, "Astaga bagaimana bisa aku lupa menutup jendela semalam" gumam Silvanna.

Ia pun melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya dan melihat ke luar jendela, dari sana ia dapat melihat pedesaan bahkan bukit yang sering ia kunjungi.

Saat Silvanna sedang sibuk melihat keluar jendela tiba-tiba saja ada yang mengetuk pintu kamarnya dan memanggilnya.

"Tok tok tok"
"Putri Silvanna, sudah saatnya anda mandi pagi." Ucap pelayan itu dari luar, Silvanna pun bergegas membuka pintu kamar dan menghampirinya.

"Baiklah, ayo" kemudian Silvanna berjalan menuju kolam tempat ia mandi seperti biasanya, itu terletak tidak jauh dari kamarnya dan kolam itu memang di buat khusus hanya untuk Silvanna saja.

Ia membuka bajunya dan segera mengenakan sebuah kain putih polos untuk menutupi tubuhnya, Silvanna pun mulai merendam dirinya di dalam kolam.

Para pelayan wanita itu ingin membersihkan tubuh Silvanna, satu orang membersihkan tangan kanannya, satu orang di tangan kirinya, dan satu orang lagi membersihkan kedua kaki Silvanna.

Kali ini Silvanna ingin membersihkan dirinya sendiri, "Kalian keluarlah, aku ingin membersihkan diriku sendiri. Letakkan handuk dan pakaianku disana, sekarang kalian boleh keluar" kata Silvanna.

Para pelayan itupun segera pergi meninggalkan Silvanna dan tak lupa menutup pintu itu terlebih dahulu.

Didalam kolam terasa air yang hangat dan beberapa bunga teratai menghiasi di sekitar kolam itu, Silvanna tak langsung membersihkan dirinya melainkan ia melamun terlebih dahulu.

"Granger..." Silvanna terus saja memikirkan Granger, entah apa isi pikirannya itu.

"Ya ampun aku harus bergegas agar tidak terlambat latihan bersama pasukan Imperial Knight" gumam Silvanna, kemudian dengan cepat ia membersihkan dirinya.

Saat sudah selesai ia mengenakan handuk dan segera mengenakan pakaiannya, "Tunggu, kenapa gaun seperti ini. Sepertinya pelayan salah mengambil pakaianku, ah sudahlah kan bisa ku ganti di kamar".

Saat Silvanna baru saja keluar dari tempat itu tiba-tiba salah seorang langsung menghentikan langkahnya, "Maaf tuan Putri, anda hari ini harus ikut rapat dengan kerajaan lain bersama sang Raja".

"Rapat apalagi? Aku ingin berlatih dengan pasukan Imperial Knight!" Bentak Silvanna pada pelayan itu.

"Maaf Putri tapi ini perintah dari Raja, anda harus ikut rapat dengannya" Silvanna pun mulai mengerti jika ia tidak ikut pasti para pelayan itu akan terkena masalah.

"Baiklah, tetapi izinkan aku pergi ke tempat berlatih sebentar saja" kemudian pelayan itu pun mengizinkan Silvanna akan tetapi ia tetap ikut untuk menemani Silvanna disana.

Saat sudah sampai di tempat pelatihan Silvanna pun mulai menyapa teman-teman nya, Natalia mendekati Silvanna kemudian menunduk memberi hormat.

"Eh Natalia jangan begitu, aku ini hanya Silvanna temanmu" kata Silvanna, "Baiklah p–put... Putri, PFTTT AHAHAH" Natalia tak kuasa menahan tawanya melihat Silvanna yang sangat tidak cocok mengenakan gaun seperti itu.

"Silvanna kau sungguh tidak cocok bila seperti itu, kemarilah rambutmu harus di gerai agar terlihat seperti putri pada umumnya" Silvanna pun menurut dan mengikuti kata Natalia.

"Granger lihatlah ini!" Jerit Natalia, Granger menoleh dan langsung melihat ke arah Silvanna. Sangking terkejutnya ia hingga lupa untuk menghindar dari serangan Alucard yang sedang berlatih bersamanya.

"Bugh"
Granger terjatuh, rasanya ia tak ingin bangkit dan tetap ingin terbaring disana.

"Granger!!" Silvanna berlari menghampiri Granger walau sedikit sulit jika mengenakan gaun seperti itu, pada akhirnya Silvanna pun membantu Granger untuk berdiri.

"Ada apa ini, mengapa degup jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya" batin Granger.

"Putri sudah saatnya kita pergi ke ruang rapat" ujar salah satu pelayan, "ah baiklah, Granger jaga dirimu dengan benar" Silvanna pun melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu.

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang