Chapter 20

164 19 0
                                    


Selena menatap Dyrroth yang mulai melangkah pergi meninggalkan nya bersama Moskov, ia pun hanya merasa aneh mengapa tiba-tiba saja Dyrroth menyukai seseorang padahal dulunya ia sangat membenci yang di namakan dengan pacaran.

Kemudian ia pun melanjutkan kegiatannya yang tadi sedang ia lakukan yaitu menyuapi Moskov, baginya Moskov seperti anak kecil yang manja.

Moskov menatap Selena kemudian berkata "Dyrroth kenapa ya? Tiba-tiba saja ia menyukai seseorang" sambil mengunyah makanan nya, Selena juga merasa bingung dan sedikit aneh dengan perilaku Dyrroth itu.

"Sudahlah jangan kau pikirkan, sekarang kamu harus makan terlebih dahulu" kemudian Selena menyuapkan sesendok nasi lagi kepada Moskov, ia pun hanya mengangguk kemudian menurut pada pacarnya itu.

Bagi Moskov membuat wanita kesal atau marah adalah hal yang terburuk dan sangat buruk, jika Selena marah padanya mungkin saja hidupnya sudah tidak aman.

Dahulu ia pernah membuat Selena marah hanya karena ia tidak ingin menurut pada Selena dan tetap ingin berada di atas pohon karena tidak ingin menemuinya hanya karena malu, dan tentu saja Selena marah padanya.

Flashback on

Sehari yang lalu Moskov sudah memberitahu pada Selena mengenai isi hatinya bahwa ia menyukai Selena, Selena pun menerima pernyataan cintanya karena ia juga sudah menyukai Moskov sejak pertama kali mereka bertemu.

Hari itu Selena berjalan menyusuri hutan dan mencari keberadaan Moskov namun tak kunjung menemukannya, saat ia memanggil Moskov terdengar sesuatu dari atas pohon.

Moskov berada di atas sana dan menjawab panggilan Selena "Kenapa?" Ucapnya tanpa menatap Selena dan malah fokus melihat ke arah yang lain.

"Turunlah aku membawakan mu sesuatu" Moskov menggeleng, kemudian berkata "Aku... Malu untuk menemui mu"

"Kalau begitu aku yang akan naik ke atas sana!" Jerit Selena dari bawah sana

"Jangan!" Bentak Moskov, Selena pun mulai merasa kesal pada Moskov.

Hanya dengan sekali lompatan Selena sudah berada di batang pohon yang ada di atas sana, kemudian...

"Bugh!"
Ia memukul Moskov hingga terjatuh kebawah sana, belum selesai sampai di situ Selena melompat ke bawah kemudian mengepalkan tangannya dan pukulan itu tepat mengenai wajah Moskov.

Selena mencengkeram erat wajah Moskov kemudian menatapnya tajam, Moskov mulai gemetar sebenarnya ia bisa saja melawan Selena namun ia tak mau melukai wanitanya.

Biarlah dirinya yang terluka dan membuat gadisnya merasa puas, ia tahu bahwa ia yang salah karena tidak menuruti kemauan Selena.

"B-baiklah apa yang mau kau berikan padaku? A-aku juga mau meminta maaf" mendengar hal itu wajah Selena yang terlihat seram itu pun menghilang dan kini sudah terlihat imut kembali, ia pun tersenyum lebar mendengar apa yang di ucapkan Moskov tadi.

Ia mengambil satu kotak makan yang ia bawakan untuk Moskov kemudian membantu Moskov untuk duduk dan menyuapinya perlahan lalu mengobati luka Moskov yang ada karena ulahnya itu.

"Lain kali aku lebih baik mengikuti kata Selena saja..." Batin Moskov.

Flashback off

"Hey Moskov, jangan melamun" kata Selena sambil mengusap wajah Moskov, "Ahaha iya maafkan aku" jawab Moskov.

Kini Ruby telah selesai membersihkan dirinya kemudian melihat sekeliling bahwa tidak ada Dyrroth disana, mungkin ini adalah kesempatan yang tepat untuk kabur darinya.

"Sepertinya ini adalah saat yang tepat untuk pergi dari sini" batin Ruby.

"Wushhh"
Seketika Dyrroth menghentikan langkah Ruby dan langsung menarik tangannya dan membawanya pulang ke istana Abyys.

Betapa terkejutnya Ruby ketika sadar bahwa ia kini sudah berada di kamar Dyrroth, padahal seingatnya ia baru saja melangkah untuk pergi dan meninggalkan Dyrroth.

Namun ia lupa bahwa Dyrroth dapat terus mengawasinya walau dari jarak sejauh apapun itu, Ruby mulai merasa bahwa gelang itulah yang membuatnya semakin mudah untuk di temukan oleh Dyrroth.

Dyrroth melangkah mendekati Ruby sedangkan Ruby terus melangkah mundur sampai tembok pun menghentikan langkahnya dan kini ia tidak bisa pergi kemanapun, "Mau pergi kemana tadi? Mengapa saat kau sudah selesai kau tak langsung memanggilku agar aku bisa langsung menghampiri mu?" Tanya Dyrroth padanya.

"Anu... Tadi ku kira kau ada di sana jadi aku berniat untuk pergi kesana"

"Dughh"
Dyrroth memukul tembok yang tepat berada di sebelah Ruby, hal itu membuatnya mulai gemetar ketakutan.

"Jangan berusaha untuk berbohong padaku! Kau harus jujur dan harus selalu begitu padaku!" Bentaknya pada Ruby.

"Sepertinya aku terlalu kasar padanya... Aku tidak boleh kasar pada Ruby, ayolah Dyrroth kau bisa menahan amarahmu..." Batinnya.

"Astaga, sudahlah... Pelayan tolong bawa pakaian kotor yang di bawa Ruby ini untuk di cuci!" Kemudian seorang pelayan yang datang entah dari mana langsung mengambil pakaian kotor yang sedang di pegang oleh Ruby kemudian menghilang begitu saja.

Ruby mendekati Dyrroth dan langsung memeluknya kemudian menangis, Dyrroth bingung apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Maafkan aku Dyrroth... Karena aku berbohong tanganmu jadi terluka seperti itu" Dyrroth pun langsung melihat tangannya yang tadi nya ia gunakan untuk memukul tembok itu, ternyata tangannya kini sudah berlumuran darah.

Dyrroth merasa bingung "Biasanya aku tidak terluka hanya karena memukul tembok" gumamnya, Ruby menangis merasa sangat bersalah padanya.

Ia pun mencium kening Ruby dan mengusap air matanya dengan tangan nya yang tidak terluka "Ruby... Lihatlah ini" kemudian Ruby pun menoleh dan melihat ke arah tangan Dyrroth yang terluka.

Tangan itu pun sembuh dalam hitungan detik hal itu pun membuat Ruby terkejut tak percaya dengan apa yang di lihat nya "Lihat kan? Aku tidak apa-apa jadi jangan menangis" Dyrroth pun mengusap-usap kepala Ruby.

"Sungguh memalukan kukira luka itu akan sangat sakit dan lama sembuhnya, kemudian mengapa aku harus menangis dan merasa bersalah" Dyrroth yang mendengar isi hati Ruby pun langsung memeluknya sedangkan Ruby mendekap dalam pelukan Dyrroth.

Dyrroth pun berbisik "Lihatlah kau mulai menyukaiku juga, bahkan tadi kau sangat mengkhawatirkan ku saat aku hanya terluka kecil" Ruby pun menggeleng kemudian melepas pelukan Dyrroth dan langsung berlari dan melompat ke atas ranjang kemudian menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut karena merasa malu.

"Ahaha, jangan malu okay? Aku kan pacarmu... Dan nanti aku pastikan aku akan menjadi suamimu dan kau lah istriku nanti" Ruby semakin salah tingkah mendengar hal itu kemudian mengambil bantal dan melemparkannya ke arah Dyrroth, Dyrroth pun langsung menangkap bantal itu agar tidak mengenai wajahnya.

"Hey hey jangan begitu, apa kau mau wajah tampanku ini jadi terluka karena bantal yang kau lempar?" Dyrroth melangkah mendekati Ruby kemudian membuka selimut itu dan menatap Ruby, Ruby di sana langsung merasa bahwa detak jantungnya berdegup kencang.

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang