Karina tengah duduk di kursi taman yang berada di halaman depan istana Moniyan, ia merasa bosan dan memutuskan untuk keluar dari dalam kamar.Tentunya ia kini sedang di temani oleh Estes karena Silvanna lah yang menyuruhnya untuk mengawasi Karina saat ia tengah sakit seperti ini, karena itulah ia sekarang sedang duduk tepat di samping Karina seraya menulis sesuatu di selembar kertas.
Walaupun hanya duduk terdiam seraya menghirup udara segar saja itu sudah cukup tuk menenangkan diri walau sesaat, meski terkadang Karina masih terus memikirkan tentang Selena yaitu adiknya.
Mereka hanya duduk dan terdiam tanpa saling bicara atau apapun itu, kemudian terlihat sebuah cahaya yang sangat terang di dekat istana Moniyan.
Sebenarnya istana Moniyan terletak agak jauh dari pemukiman warga dengan hutan di sekeliling istana, namun hutan tersebut sangat terawat akan tetapi jika malam telah tiba tentunya tempat tersebut nampak sedikit menyeramkan.
"Estes... Cahaya apa itu?..." Tanya Karina pada Estes dengan mata yang masih fokus pada cahaya yang bersinar terang tersebut.
Mendengar pertanyaan Karina itu pun membuat Estes langsung menoleh, ia sendiri pun terkejut melihat apa yang saat ini berada di dekat istana.
"Itu adalah portal, namun jika portal itu muncul di luar istana atau ruang singgasana milik Silvanna..." Ia pun berhenti bicara sesaat kemudian melanjutkan ucapannya "Firasat ku buruk..."
Tiba-tiba saja keluar seseorang dengan tubuh yang berapi-api dan memiliki tubuh tinggi, itu adalah... Thamuz.
"Karina, kurasa kita harus pergi dari sini. Sekarang!" Estes pun langsung menggandeng tangan Karina dan berlari menuju kedalam istana.
Karina hanya diam dan menurut pada Estes, Kini mereka sampai ke dalam ruang singgasana dan melihat Silvanna yang tengah melamun seraya memainkan jarinya.
"Silvanna! Ini gawat!" Mendengar suara Estes itu pun membuat Silvanna terkejut dan langsung menoleh ke arahnya kemudian bertanya "Kenapa?" Dengan nada santai.
"Istana ini di serang Silva–" mendengar informasi dari Estes itupun membuat Silvanna langsung bangkit dari singgasananya dan segera berlari memanggil pasukan Lightborn Chevaliers serta pasukannya yang lain.
Setelah semua bersiap dan berlari keluar istana tuk melawan invasi iblis Abyys, Silvanna berlari masuk ke kamarnya dan mengambil tombaknya serta melepaskan gaunnya agar dirinya leluasa tuk bergerak saat melawan musuh.
Karina ingin ikut pergi keluar namun Estes menghalanginya, "Aku akan mencari adikku Estes! Jadi jangan halangi aku!" Kemudian Estes pun membiarkan Karina pergi namun ia berlari mengikuti Karina dari belakang.
Kehadiran Estes dalam perang sebenarnya sangat di butuhkan karena dirinya memiliki kekuatan Healing yang luar biasa besar, namun tadinya Silvanna melarangnya agar ia tetap menjaga Karina.
Akan tetapi jika sudah begini mau tak mau mereka berdua juga yang akhirnya ikut turun tuk berperang bersama yang lainnya, "Selena... Tunggu kakak ya, kakak akan membawamu pulang" batinnya.
Ia pun tersenyum seraya meneteskan air mata bahagia, ia pun berharap semoga kali ini ia benar-benar bertemu dengan adiknya Selena.
Ruby saat ini berada tepat di belakang pasukan Abyys, saat portal mulai terbuka ia pun bergegas mengikuti yang lainnya.
Saat ia berhasil menginjakkan kakinya ke tanah Moniyan Empire ia pun segera berlari tuk menghampiri Silvanna yang berada di dalam istana Moniyan Empire.
Namun saat ia ingin masuk tiba-tiba saja gerbang istana terbuka dan seluruh pasukan sudah berlari tuk menghampiri pasukan Abyys, melihat itupun ia merasa sedikit tenang karena Moniyan Empire ternyata sudah tahu mengenai penyerangan ini
"Ya... Sekarang aku akan ikut mereka tuk melawan Abyys, apapun yang terjadi aku akan tetap lebih memilih tanah kelahiran ku sendiri!" Gumamnya, kemudian ia pun segera mengikuti barisan yang paling belakang.
Di saat itu pula ia melihat Estes dan juga seorang yang masih asing di matanya, ia pun tak perduli dan tetap fokus untuk peperangan ini.
Setelah beberapa menit bertarung
Banyak orang yang tumbang dari kedua belah pihak, namun untung saja jumlah pasukan yang tersisa lebih banyak di bagian Moniyan Empire.
Saat ini semua tentunya merasa lelah namun bagaimana pun ini masih belum selesai, tiba-tiba saja Karina melihat seseorang yang sangat ia rindukan selama ini.
"Selena!" Ia pun berlari menghampiri Selena, mendengar namanya di sebut Selena pun menoleh namun saat ia melihat Karina ia sedikit berjaga-jaga karena takut bila itu adalah pasukan Moniyan yang sedang menyamar.
Saat ia berdiri tepat di hadapan Selena rasanya hati sungguh tak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini, namun yang di depannya saat ini memanglah Selena.
Ia tersenyum bahagia, hingga dirinya tak sadar bahwa kini ia sudah meneteskan air mata kebahagiannya.
Karina pun langsung memeluknya dengan perasaan yang sangat senang, kini ia bisa melepas rindunya selama bertahun-tahun karena kehilangan adiknya yang paling ia sayangi.
Sesaat Selena tak ingat siapa yang tengah memeluknya, namun tiba-tiba saja ia teringat bahwa orang yang sedang berada di hadapannya ini adalah Karina.
"K – kakak?..." Gumamnya tak percaya.
"Ya Selena! Aku kakakmu, Karina" pelukannya semakin erat, ia begitu senang bahwa Selena masih mengingat dirinya.
"Ayo kita pulang... Selena..." Ucap Karina.
"Setelah aku menyelesaikan ini, kakak" ia pun menjawab.
"Apa kau akan tetap berada di pihak Abyys?..." Karina bertanya dengan posisi masih memeluk Selena.
Selena tersenyum kecil seraya memeluk kembali Karina "Aku akan ikut bersama mu tuk mendukung Moniyan Empire"
"Baiklah kalau begitu, ayo kita teruskan!" Karina mulai mengeluarkan senjatanya dan bersiap tuk menyelesaikan perang ini, karena ia takut kehilangan Selena lagi ia pun bertarung dengan terus dekat dengan Selena karena masih merasa takut.
Thamuz kewalahan melawan pasukan Moniyan Empire, "Cih, keroyokan!" Ucapnya kesal.
Ia menoleh sesaat dan melihat Selena yang sedang membantu Karina tuk bertarung, ia pun berteriak "Selena apa yang kau lakukan!?"
Selena dan Karina pun menoleh "Selena, sepertinya kita harus menghabisi temanmu yang itu terlebih dahulu" ucap Karina, Selena pun mengangguk.
Saat Karina mulai maju tuk menyerang, Selena membantunya dari jarak jauh "Aku lebih memilih tuk membantu kakakku!" Jeritnya.
"Penghianat!"
"Wushhh!"
Tiba-tiba saja sebuah serangan mengenai Thamuz, hal itu membuat Thamuz sedikit terkejut.
Karina bergumam "Aku tahu bahwa pasti akan sulit tuk melawan mu Thamuz, namun jika bersama dengan Selena... Aku yakin pasti bisa mengalahkan mu!"
"Kalian tak akan bisa mengalahkan ku, lagipula kalian hanyalah seorang gadis kecil yang seharusnya berada di dalam rumah tuk membantu pekerjaan ibu" Thamuz meremehkan mereka berdua.
"Waw... Tapi tetap saja aku dan Selena akan mengalahkan mu!" Jerit Karina seraya melesat cepat mendekati Thamuz dan langsung menancapkan senjatanya tepat ke tubuh Thamuz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvanna : The Royal Knight
FantasySiapa sangka seorang gadis bisa menjadi seorang kesatria pemberani dan pantang menyerah, Silvanna menjadi seorang kesatria karena ia ingin menyelamatkan adiknya Dyrroth dan membawanya kembali ke kerajaan. Terus berlatih untuk menjadi kuat agar ia bi...