Chapter 7

209 24 5
                                    


Benedetta sedang berjalan menghirup udara segar di pagi hari menuju taman yang tak jauh dari desanya, sesampainya disana ia melihat Granger yang tengah duduk dan terlihat seperti sedang memikirkan banyak hal.

Ia pun menghampiri Granger dan menanyakan apa yang terjadi padanya, setelah mendengarkan penjelasan Granger mengenai perasaannya ia pun berusaha untuk memberikan solusi.

"Ikutilah kata hatimu, Granger. Jika sudah berhubungan dengan perasaan aku tidak tahu harus bagaimana jadi lebih baik kau mengikuti kata hatimu sendiri" ucap Benedetta sambil menatap pedangnya.

"Bagaimana ya, apa aku harus memberitahukan isi hatiku pada Silvanna" Granger berpikir sejenak, "Uhm... Sepertinya tidak untuk saat ini, mungkin nanti saja aku menunggu waktu yang tepat".

"Ah iya bagaimana kabarmu bened?" Karna terlalu asik bercerita Granger hingga lupa menanyakan kabar Benedetta.

"Aku baik-baik saja disini, oh iya Granger apa kau ingat dulu di taman inilah kita bertemu" Benedetta teringat saat ia pertamakali bertemu dengan Granger di taman tersebut.

"Benarkah? Uummm... Oh saat itu ya, waktu itu kau sangat cengeng ahaha" Granger tertawa geli mengingat Benedetta yang sangat cengeng saat kecil.

"Itu dulu, sekarang aku tidak cengeng sama sekali!" Benedetta kesal dengan tawa Granger yang menyebalkan itu.

Flashback on

Granger sedang berjalan-jalan menuju pedesaan sendirian, saat itu ia sangat bosan dan memutuskan untuk pergi keluar.

Saat ia sedang melewati sebuah taman kecil tiba-tiba saja ia mendengar suara tangisan anak perempuan, hal itu membuat langkahnya terhenti dan berusaha untuk melihat ke arah asal suara tersebut.

Ternyata disana memang ada seorang anak perempuan yang sedang menangis dan lututnya terluka, Granger pun tak tinggal diam dan langsung menghampiri anak perempuan itu.

"Hai... Kamu kenapa?" Tanya Granger kecil pada anak itu, sambil menunggu jawaban darinya Granger mengelus-elus rambut milik anak perempuan itu.

"A-aku tadi terjatuh saat memanjat pohon itu, tadi aku h-hanya ingin mengambil apel yang ada disana" jawab anak perempuan itu kemudian ia pun berusaha untuk menahan tangisnya.

"Sudahlah jangan menangis, ayo ke sungai itu untuk membersihkan lukamu agar tidak menjadi lebih sakit" kata Granger, kemudian ia pun membantu gadis kecil itu berjalan menuju sungai yang dekat dengan taman itu.

Beberapa saat setelah membersihkan lukanya akhirnya gadis kecil itupun berhenti menangis dan berterimakasih pada Granger.

"Terimakasih ya! Ah iya namaku Benedetta panggil saja Bened, namamu?" Tanya Benedetta pada Granger dengan memasang wajah polosnya.

"Granger!" Jawabnya dengan bangga, "Aku kesini karna merasa bosan di rumah, maukah kau menemaniku bermain?" Granger berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu Benedetta berdiri.

Benedetta yang melihat Granger mengulurkan tangannya pun langsung memegang tangan Granger dan akhirnya ia pun di bantu untuk berdiri.

"Tentu saja aku akan menemanimu bermain! Aku juga tidak punya teman disini" jawab Benedetta.

Dan pada akhirnya mereka berdua menghabiskan waktu untuk bermain bersama, saat sedang bermain Benedetta tersandung dan akhirnya terjatuh.

Ia pun menangis, Granger yang melihat itu malah tertawa. Tidak, niatnya untuk membuat Benedetta juga ikut tertawa karena banyak yang mengatakan tawa Granger dapat menular.

Akan tetapi itu tidak berlaku untuk Benedetta, ia malah semakin menangis karena mengira Granger mengejeknya.

"Uuuu jangan menangis lagi ya, pahlawan mu ada disini" Granger kecil sangat senang membangga-banggakan dirinya sendiri.

Benedetta pun mengangguk kemudian berusaha untuk berdiri sendiri, mereka pun mulai melanjutkan permainan mereka yang sempat terhenti itu.

Tanpa sadar matahari mulai terbenam, langit mulai gelap yang menandakan bahwa waktu sudah mulai malam.

"Kapan-kapan kita main lagi ya! Sampai jumpa!" Granger pun berlari pergi dari taman itu sembari melambaikan tangannya.

"Dadahh" Benedetta pun melambaikan tangannya dan melihat Granger yang lama kelamaan mulai tak terlihat karena jaraknya sudah jauh.

Flashback off

"Wah tidak terasa matahari sudah terbit kini waktunya aku kembali ke istana Moniyan" Granger pun pergi melesat dengan cepat meninggalkan Benedetta sendiri disana.

"Dulu kau bilang kau adalah pahlawanku, sekarang kau sudah menjadi pahlawan kerajaan ini... Granger..." Batin Benedetta

Granger melesat dengan cepat pergi menuju istana Moniyan, sesampainya disana ia bergegas kembali ke kamarnya.

Ternyata teman-teman yang lain sudah bangun dan bersiap untuk latihan, Granger pun segera menyiapkan dirinya untuk ikut berlatih.

"Granger kau darimana saja?" Tanya Harith pada Granger, biasanya saat pagi hari Granger masih tidur dan sulit untuk di bangunkan.

"Itu... Aku dari taman belakang istana untuk melihat bunga yang sedang mekar" jawab Granger bohong.

"Oh begitu ya, yasudah ayo kita harus bergegas menuju ke tempat latihan" kata Harith, kemudian mereka pun segera pergi ke tempat latihan.

Saat sedang latihan Granger berpasangan dengan Alucard, beberapa saat ketika berlatih tiba-tiba saja Natalia memanggilnya hal itupun membuat Granger refleks menoleh ke arahnya.

Alucard yang masih fokus berlatih itupun tanpa sengaja mengenai kepala Granger, karena itupun Granger pun terjatuh dan terbaring di tanah.

Ketika sadar bahwa Silvanna tengah berusaha menolongnya hal itu malah membuat Granger menjadi lemas dan merasa masih ingin terbaring di sana.

"Cantiknya..." Batin Granger menatap Silvanna walau pandangannya sedikit terhalang karena sorot cahaya matahari.

Setelah Silvanna pergi dari sana Granger pun berusaha untuk bangkit dan mengubah posisinya menjadi duduk di atas tanah.

Ia menatap Silvanna yang melangkah pergi dari tempat latihannya, tanpa sadar darah keluar dari hidungnya membuat orang-orang di sekitar menjadi panik.

"Granger kau baik-baik saja!?" Tanya Alucard cemas pada keadaan Granger itu.

"Hahh?... Aku baik-baik saja kok" jawab Granger, "itu hidungmu.." Alucard memberitahu bahwa darah sedang keluar dari hidungnya.

"Eh..." Tigreal pun mendekati Granger sembari memberikannya daun sirih, "Gulung daun itu kemudian letakkan pada hidungmu agar tidak terus menerus mengeluarkan darah" seru Tigreal.

Granger pun melakukan hal yang di perintahkan oleh Granger kemudian ia berjalan ke tepi lapangan berlatih itu untuk beristirahat sejenak.

Natalia pun mendekat untuk menemani Granger yang tengah melamun sendirian di sudut lapangan latihan itu.

"Kau kenapa?" Tanya Natalia pada Granger untuk memastikan.

"Silvanna... Itu tadi Silvanna? Dia sangat mirip dengan dewi yang begitu cantik" jawab Granger dengan keadaan yang masih sambil melamun itu.

"Hah apa? Ahaha kau menyukai Silvanna ya? Kenapa kau tidak langsung jujur saja tentang perasaan mu ini pada Silvanna" Natalia tertawa kecil mendengar jawaban Granger itu.

"Natalia?... Bisakah kau merahasiakan ini dari yang lain, jika kau mengatakan ini pada Silvanna atau yang lain awas saja" ancam Granger.

"Apa yang akan kau lakukan hah? Memangnya kau bisa apa jika melawanku? Aku saja bisa langsung menghilang dan datang tiba-tiba untuk melukaimu" jawab Natalia dengan pedenya.

"Tahukah kamu di sini ada seorang yang menyukaimu, apa perlu aku menyebutkan namanya?" Mendengar hal itu Natalia pun langsung terdiam kemudian langsung pergi dari tempat itu.

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang