3.

261 24 6
                                    


Disaat semua orang sedang panik karna Silvanna menghilang begitu saja, Harith malah merasa kesal karna semua kebisingan yang dibuat oleh orang-orang membuatnya menjadi kesulitan untuk fokus membaca buku.

"Bisakah kalian semua tidak panik? Silvanna tidaklah lemah! Ia pasti bisa menjaga dirinya sendiri" jerit Harith dari dalam perpustakaan istana. Sungguh, ia tak tahan lagi untuk menjerit dan mengatakan hal itu.

Setelah mendengar ucapan Harith, semua orang disana pun terdiam dan mulai pergi dari sana untuk menjalankan tugas mereka masing-masing.

"Bersabarlah sedikit, Harith" ucap Granger yang sedari tadi menemani Harith untuk membaca buku di perpustakaan istana.

"Bagaimana mungkin aku bisa bersabar jika mereka sangat berisik karena hal yang tidak terlalu penting, sedangkan aku ingin fokus mencari tahu semua tentang kerajaan Abyys dari buku ini" Harith menghela nafas, ia kemudian kembali membaca buku tersebut.

"Yang kita anggap hal yang tidak terlalu penting, bagi mereka, hilangnya putri secara tiba-tiba adalah hal yang sangat aneh, padahal putri yang mereka maksud bukanlah putri biasa. Lagipula, apa kau melihat Fanny? Sepertinya ia juga telah menghilang sejak tadi malam" Granger menatap Harith yang masih setia membaca buku walaupun terus di ganggu oleh orang di sekitarnya.

"Mungkin ia pergi mengikuti Silvanna, aku yakin itu. Jika tidak, mungkin saja ia sedang asik terbang kesana kemari di hutan sambil menunggu kabelnya putus" Harith menutup bukunya, kemudian ia berjalan keluar menuju tempat penduduk.

"Woe tungguin!" Granger segera berjalan cepat mengikuti Harith, Harith menghentikan langkahnya karena jeritan tersebut, ia pun menoleh ke arah Granger.

"Jangan ikuti aku, ini urusan pribadi" ujar Harith dengan menatap Granger serius, "Tetaplah disini, kalau perlu lebih baik kau pergi bersama Alucard" lanjutnya.

"Katakan saja kau ingin berkencan dengan Nana! lagipula.. Alucard sendiri juga sedang berkencan dengan Miya" Granger menjawab Harith dengan nada kesal.

"Kalau begitu.. kau bersama Tigreal saja, ia sedang sendirian di tempat berlatih" ucap Harith, ia pun segera pergi dari sana.

Sementara itu, Granger melangkahkan kakinya untuk pergi menuju tempat berlatih prajurit Imperial Knight, sedangkan Harith melesat cepat menuju ke dalam pemukiman penduduk dan mencari Nana kekasihnya.

Sementara itu, di suatu tempat yang tak jauh dari istana Moniyan.

Nana sedang menunggu harith seraya bermain dengan kucingnya yaitu Molina, banyak orang membencinya karna ia memelihara Molina, Molina seringkali berbuat ulah dan meresahkan penduduk Land of Dawn.

Kemanapun ia pergi, Molina akan selalu mengikutinya. Ketika ada orang asing yang datang dan berusaha untuk melakukan hal buruk padanya, Molina akan datang dan mengubah orang tersebut menjadi kucing selama beberapa saat.

Tiba-tiba saja, Molina mengubah seseorang yang melesat dengan cepat untuk mendekati Nana, "Ksshh" terdengar suara dari dalam semak-semak, Nana pun menoleh ke arah semak-semak tersebut.

Tak lama kemudian, seorang yang telah berubah menjadi kucing karna ulah Molina kini melompat dari dalam semak-semak dan berusaha mendekati Nana.

"Wahh Molina pasti yang mengubahmu, kemarilahh" kemudian Nana memeluk dan menggendong kucing tersebut, ia mencium kucing itu.

Tak lama kemudian, efek sihir Molina pun mulai menghilang dan memunculkan sosok asli seseorang yang telah ia ubah menjadi kucing, betapa terkejutnya Nana karena itu adalah Harith–kekasihnya.

Harith yang masih merasa lemas setelah mendapatkan sebuah pelukan dan ciuman dari Nana itupun berusaha berdiri dengan tegak, akan tetapi sepertinya sulit sekali. Tanpa sadar, darah keluar dari hidungnya, sepertinya Harith mimisan.

"Eh Harith? Sini ku bantu, ayo sekarang kita ke pohon itu, kau bisa bersandar di sana" kemudian Nana membantu Harith berjalan, Harith menyandarkan tubuhnya pada pohon tersebut.

Tubuhnya lemas, sungguh ia masih merasa terkejut mendapatkan sebuah ciuman secara mendadak seperti itu. Rasanya seperti ia ingin melakukannya sekali lagi, ia ingin mencium Nana juga.

"Harith, apa kau baik-baik saja?" Nana bertanya karna dirinya merasa cemas dengan keadaan Harith.

"Aku tidak apa-apa, aku hanya sedikit terkejut saja. Kemarilah, tidurlah di pangkuanku, temani aku beristirahat disini" kata Harith, kemudian Nana pun mendekat dan memeluknya.

Nana memejamkan matanya dan mendekapkan kepalanya pada sebuah pelukan, harith menatap langit dan merasakan ketenangan ditempat tersebut, ditambah lagi dengan suasana yang sangat sepi dan sunyi, hanya ada Nana dan Harith disana.

...

Matahari berada tepat di atas kepala menandakan bahwa waktu tepat pada dua belas siang. Fanny dan Natalia menyiapkan makan siang, sedangkan Silvanna masih saja berlatih.

Silvanna belum merasa puas karna merasa belum ada perkembangan sedikitpun dari latihan yang ia lakukan seorang diri. Namun, pada akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Kini Natalia dan Fanny sudah selesai memasak makan siang dan segera membawanya keluar untuk diberikan kepada Silvanna, mereka berniat makan di luar ruangan walau cuaca terasa sangat panas.

"Silvanna, lebih baik kita kembali ke kekaisaran Moniyan" kata Fanny, ia berfikir walau hanya beberapa jam, pasti semua orang tetap terus mencari mereka ditambah lagi mereka pergi tanpa diketahui oleh siapapun.

"Ya, sepertinya kita harus kembali, Natalia.. apa kau akan ikut dengan kami?" Silvanna pun bertanya kepada Natalia sembari menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Tidak, sepertinya kalian saja, aku masih ingin di tempat ini dan menenangkan diriku" jawab Natalia yang kemudian berjalan masuk untuk meletakkan piring tersebut ke dapur.

Tempat istirahat dan menenangkan diri Natalia, sebenarnya hanya sebuah gubuk yang ia bangun seorang diri dan sebisa mungkin. Pada saat itu, Silvanna juga berada disana untuk membantunya membangun tempat tersebut.

Mereka datang kemari biasanya untuk berlatih atau menenangkan diri saja, terkadang mereka kesana saat sedang berlari dari masalah yang menurut mereka sulit untuk dihadapi.

Bagi Natalia, sepertinya berlari dan bersembunyi itu lebih mudah. Masalah yang sangat sulit di hadapi oleh Natalia hanya satu, yaitu saat seorang menyatakan perasaan padanya.

Natalia paling tidak suka dengan keadaan seperti itu, biasanya jika itu terjadi, Natalia akan langsung menghilang dan bersembunyi sebisa mungkin dari orang tersebut.

"Natalia, kami pergi dulu ya!" Teriak Silvanna dari luar gubuk, kemudian ia dan Fanny berjalan menuruni bukit dan melewati beberapa desa.

Setelah berjalan sekitar satu jam lamanya, pada akhirnya mereka sampai di kekaisaran Moniyan, disana Silvanna langsung di sambut oleh para prajurit dan pelayan.

Silvanna langsung berjalan menuju kamarnya dan mengabaikan mereka semua, sedangkan Fanny merasa emosi karna tidak di anggap sama sekali hingga pada akhirnya iapun memutuskan untuk terbang menuju tempat ia berlatih.

Sesampainya di kamar, ia segera menutup pintu dan menguncinya, kemudian berjalan ke arah jendela kamar dan menatap langit dengan tatapan kosong.

"Hai adikku... Ku harap kau baik-baik saja disana, tunggu kakakmu ini yang akan menjemputmu suatu saat nanti, Kakak berjanji padamu akan membawamu pulang!" Gumam Silvanna, kemudian ia segera melompat dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya, ia berusaha untuk mengistirahatkan tubuhnya yang kelelahan karna memaksakan diri untuk berlatih sebelumnya.

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang