Chapter 19

163 16 2
                                    


Harith berlari menuju hutan untuk menghampiri Nana, ia sudah sangat merindukannya akan tetapi tidak dengan kucingnya Molina.

Setelah beberapa saat berjalan dan mencarinya akhirnya harith pun menemukan dimana keberadaan Nana, Nana kini sedang bermain dengan bunga dan memantau kupu-kupu yang sedang terbang.

"Nana!" Harith memanggilnya dari kejauhan agar Nana yang menghampirinya karena Harith merasa takut jika ada Molina di sana.

Nana pun bergegas menghampirinya kemudian melompat pada Harith kemudian memeluknya, karena belum siap akhirnya Harith pun terjatuh dan Nana menimpanya.

Bukannya segera bangun Nana malah semakin suka dengan keadaan seperti ini, ia memeluk Harith dan terus menciumi nya.

Ia pun mengusap kepala Nana perlahan dan membiarkannya untuk terus seperti itu, ya Nana terlihat sangat imut jika sedang manja padanya.

Nana menatap Harith dengan wajah polosnya "Harith aku sangat merindukanmu... Kenapa kau sangat lama untuk datang kemari?" Ia pun bertanya pada Harith, walaupun Belum ada seminggu Harith menghampirinya akan tetapi Nana mengira itu sudah sangat lama.

Wajar saja bagi sepasang kekasih satu hari tak bertemu atau berbincang dengannya rasanya sudah seperti satu tahun terpisahkan, Harith pun mengecup kening Nana "Sudahlah... Sekarang kan aku berada disini, bersamamu" ucap Harith pada Nana.

"Hu'um!" Nana pun mengangguk kemudian memeluknya lagi seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan boneka yang sangat ia inginkan.

Ia memang terlihat sangat imut, hal itulah yang membuat Harith semakin sayang padanya. Akan tetapi bila ada Molina jangankan menyentuh mendekati Nana saja jadi tidak berani.

"Harith, bolehkan?" Nana mengode Harith, ia merasa sangat mengantuk dan ingin tidur saat di temani oleh Harith.

Harith pun tersenyum dan mengangguk, membiarkan Nana meletakkan kepalanya di dada bidangnya kemudian memeluknya.

"Uuaaammm" Nana menguap, Harith mengusap wajah nya kemudian ia pun memeluk Nana dan membiarkannya tidur sedangkan dirinya hanya berbaring dan menatap awan yang melintas.

Sementara itu Silvanna saat ini sedang merebahkan dirinya di atas kursi taman kemudian memejamkan matanya karna ia merasa lelah apalagi ia begadang hanya untuk membaca tumpukan buku tentang Abyys, Benedetta tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.

Bagaimana mungkin seorang Putri bertingkah laku layaknya seorang pria, Granger yang sudah terbiasa melihat orang-orang terkejut ketika melihat perilaku Silvanna itu pun menjelaskan pada Benedetta.

Granger mendekati Benedetta dan berbisik "Walaupun dia seorang Putri, kau tahu bukan kalau dia juga seorang Kesatria" kemudian Benedetta mengangguk tanpa mengerti apa yang di maksud oleh Granger itu.

Benedetta mendekati Silvanna dan mengajaknya berbicara mengenai Granger, Silvanna hanya menjawab "ok" tanpa mengubah posisinya dan tetap berada dalam posisi merebahkan diri di atas kursi seraya memejamkan matanya.

"Putri sebenarnya-" saat baru saja bicara tiba-tiba Silvanna langsung memotong ucapannya.

"Panggil saja namaku, aku tidak terlalu suka di panggil putri" Silvanna menoleh ke arah Benedetta kemudian menatapnya.

Benedetta mengedipkan matanya dengan tanda bahwa ia mengerti, kemudian Benedetta pun melanjutkan ucapannya.

"Silvanna sebenarnya Granger adalah orang yang lemah ketika sudah terlibat oleh perasaan, mudah salah tingkah dan bertindak bodoh di hadapan orang yang ia sukai. Saya harap anda mengerti akan sikapnya itu dan bersabar karena Granger mungkin akan langsung mengajak anda menikah agar langsung halal" ucap Benedetta.

"Kalau soal sikap Granger, itu sudah terlihat jelas setelah ia mengatakan bahwa dirinya menyukaiku. Akan tetapi jika soal langsung menikahiku... Aku masih tidak yakin soal itu" Silvanna mulai membuka matanya dan merubah posisinya menjadi duduk di atas kursi kemudian menyuruh Benedetta untuk duduk di sampingnya.

Ia pun segera mengikuti perintah dari Silvanna kemudian melanjutkan untuk berbicara "Yah... Selama aku berteman dengannya sejak kecil, ini baru pertama kali ia mengatakan bahwa dirinya menyukai seseorang. Jadi wajar saja apabila ia tak pandai untuk mengajakmu berkencan"

"Aku mengerti, saat itu ia menyembunyikan sebatang bunga di balik tubuhnya... Sepertinya ia ingin mengajakku pergi namun gagal karena ia merasa malu" Silvanna pun menatap Granger yang sedang bersembunyi di balik pohon untuk menguping pembicaraan mereka berdua namun Silvanna menyadarinya sedari tadi.

Granger masih bersembunyi di balik pohon dan memperhatikan mereka berdua, saat ia melihat Silvanna menoleh ke arahnya Granger langsung lari dan pergi dari sana.

"Apakah dia menyadari nya ya..." Batin Granger, ia pun kemudian memilih untuk masuk kedalam rumah Benedetta. Granger menganggap bahwa rumah Benedetta seperti rumahnya sendiri jadi ia bebas keluar masuk tanpa merasa bersalah ataupun malu.

...

Nana terbangun dari tidurnya karena merasa lapar kemudian membangunkan Harith, "Harith bangunlah, aku merasa lapar" ia pun menggoyangkan tubuh Harith.

Harith pun membuka matanya perlahan dan melihat betapa dekatnya wajahnya dengan wajah Nana, ia pun terdiam sesaat menatap Nana.

"Aku merasa lapar, ayo kita makan" ucapnya sambil menatap Harith yang masih terbaring di atas rumput.

Ia pun mengangguk kemudian bangun dari tempatnya dan segera menggandeng tangan Nana kemudian membawanya ke istana Moniyan untuk makan bersamanya, Sebenarnya Nana ingin makan di tempat itu saja karena merasa sedikit takut bertemu dengan orang-orang yang berada di dalam istana.

Akan tetapi perutnya tidak bisa menolak, ia pun mengikuti Harith dan terus berlari mengikutinya yang sedang menggandeng tangannya.

Setelah beberapa saat berjalan akhirnya mereka pun sampai di istana Moniyan, Harith pun mengajaknya masuk dan segera berjalan menuju meja makan.

Di sana sudah ada Tigreal dan Alucard namun tak ada Fanny, Granger, Silvanna, bahkan Natalia di sana. Entah pergi kemana mereka sebenarnya.

"Duduklah di sini..." Ucap Harith pada Nana "Nah sekarang makanlah" Harith pun segera memakan makanannya sedangkan Nana merasa takut karena Alucard terus menerus menatapnya.

"Harith..." Harith pun menoleh dan merasa sedikit bingung karena Nana terlihat sangat takut, "Kenapa?" Tanya Harith pada Nana.

"Dia terus menerus menatapku" bisiknya pada Harith, Harith pun menoleh dan melihat ke arah yang di tunjuk oleh Nana.

"Oey Alucard, jangan menatap pacarku seperti itu! Kau membuatnya takut" Harith pun menatap Alucard kesal.

Alucard yang tadinya menatap Nana kini menoleh ke arah Harith "Hah memangnya kenapa? Aku hanya masih merasa asing padanya karna ia tak pernah kesini"

"Sudahlah kalian berdua sekarang cepat habiskan makanan kalian, dan kau pacar Harith... Namamu Nana kan? Kau terlihat sangat imut pantas saja Harith selalu membicarakan tentangmu pada kami" kata Tigreal.

"Benarkah? Apakah Harith sering membicarakan hal tentangku?" Nana tidak percaya dengan apa yang di dengar nya itu.

"Ahaha, lupakan saja... Bukankah kau lapar? Ayo habiskan makananmu agar kau cepat tumbuh tinggi" Harith pun mengubah topik pembicaraan karena ia merasa malu jika semua itu terbongkar.

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang