Chapter 24

159 16 2
                                    


Ruby melihat Dyrroth yang mulai pergi meninggalkannya sendirian di dalam kamar, sesaat ia berfikir tuk kabur dari sana namun sepertinya perasaannya sudah di ambil oleh Dyrroth.

Namun ia takut jika cintanya nanti akan berakhir sama seperti dirinya dan Alucard, apalagi ia sudah mengetahui tentang Selena.

Selena dan Dyrroth memang terlihat cocok namun Selena sudah memiliki Moskov di dalam hatinya, walaupun begitu bisa saja Alice menjodohkan mereka berdua.

Cinta itu indah namun hanya sesaat jika pasangan kita menemukan yang lebih baik sudah pasti ia akan meninggalkan kita dan memilih orang itu, apalagi jika fisik lah yang ia lihat lebih dahulu.

Mungkin saja Ruby akan menyatakan perasaannya nanti dan bukan sekarang, lagipula belum jelas ia mengetahui segalanya tentang Dyrroth.

Ia baru mengenal Dyrroth beberapa hari saja jadi ia belum mengetahui tentang sifat asli dari Dyrroth itu.

Merasa sudah lama Dyrroth tak kembali Ruby pun memutuskan untuk keluar kamar dan mencarinya karena saat ia memanggil Dyrroth dirinya tak kunjung datang.

Menyusuri setiap ruangan yang ada di istana Abyys namun tak menemukannya akan tetapi mengapa istana ini seketika menjadi sepi?

Tak ada pengawal maupun pelayan entah mereka semua pergi kemana, apakah ini hanya mimpi atau mereka memang sedang pergi?

"Bugh!"
Ruby terkejut mendengar suara seperti seseorang sedang di pukul dari ruang singgasana, ia bergegas pergi kesana namun tak masuk kedalamnya.

Karena merasa takut, Ruby memutuskan untuk menguping dari balik pintu ruang singgasana atau ruang tahta itu.

Dyrroth terpental setelah mendapatkan sebuah serangan dari Alice, dirinya membentur tembok dengan keras namun tak merasakan sakit sedikitpun.

Alice menatap Dyrroth kesal "Sudah kukatakan kita harus menyerang Moniyan Empire besok! Kenapa kau tak menyiapkan diri dan lebih memilih tuk mengurus manusia rendahan sepertinya hah?"

"Jaga ucapanmu, dia kekasihku" Dyrroth mengepalkan tangannya karena kesal namun sedang berusaha untuk tidak menyerang Alice.

Walau begitu Thamuz yang sudah berusaha untuk menahan amarah mereka kini hanya bisa diam dan melihat saja, sedangkan Selena yang sudah terbiasa melihat mereka bertengkar juga ikut melihat perdebatan mereka.

"Kita undur saja, lagipula tidak harus besok kita pergi menyerang Moniyan Empire" Thamuz mulai membuka suara.

Mendengar itu Alice hanya bisa menghela nafas nya "Wuh baiklah, Dyrroth lebih baik kau cepat menikahi manusia itu agar kau tidak perlu mengurungkannya terus menerus dan mengawasinya" ia mengambil nafas sesaat kemudian melanjutkan ucapannya "Kuharap keturunan kalian memiliki darah keturunan Abyys"

Dyrroth mengangguk "Baiklah, kalau begitu aku akan pergi dari sini" ia pun langsung menggunakan teleportasi menuju kamarnya.

Ia terkejut bahwa Ruby tidak ada di dalam kamarnya, apakah dia kabur dan meninggalkan Dyrroth?

Namun Dyrroth dapat merasakan bahwa Ruby masih berada di dalam istana.

Ruby terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh Alice "m-menyerang Moniyan Empire?..."

"Wushhh"
Dyrroth kini telah berada tepat di belakang Ruby, hal itu membuatnya sontak terkejut.

"Kukira kau sudah pergi, masalah tentang kami akan menyerang Moniyan Empire lebih baik kau tidak perlu memikirkannya".

Ruby mengangguk, tubuhnya sedikit gemetar karena takut jika salah satu dari mereka yang berada di dalam ruang singgasana mendengar pembicaraannya dengan Dyrroth kemudian mencelakakannya.

Tentu saja Dyrroth menyadarinya karena tangan Ruby yang gemetar itu, ia pun memegang tangannya dan mengajaknya pergi dari sana.

"Tenanglah mereka tidak akan mengetahuinya... Lagipula kau pasti bosan berada di dalam istana, iya bukan? Maka dari itu aku akan mengajakmu keluar" Dyrroth membentangkan senyum nya pada Ruby.

"Ternyata dia tak seburuk apa yang ku pikirkan... Ia juga terlihat manis saat tersenyum, tapi apakah aku bisa menghalanginya untuk menghentikan rencana penyerangan Moniyan Empire?..." Batin Ruby.

Tentu saja Dyrroth mendengar apa yang di pikirkan oleh Ruby, tapi bagaimanapun rencana penyerangan ini tidak akan di batalkan.

Mereka berniat untuk menguasai kekaisaran Moniyan, yah agar Ruby tidak merasa cemas Dyrroth pun mengatakan "Mungkin masalah rencana penyerangan itu bisa di batalkan kok"

Hanya dengan itu Ruby dapat merasa lega mendengarnya "Benarkah? Baguslah kalau begitu!"

Melihat Ruby tersenyum membuat Dyrroth merasa sedikit lebih senang, walaupun ia seorang iblis tentu saja ia tetap memiliki hati walaupun sebagian dari mereka tidak memiliki perasaan.

"Uhm... Jadi kita akan pergi keluar?" Ruby bertanya pada Dyrroth karena ia masih terus menarik tangannya.

"Humm... Bagaimana ya... Keluar sana? Ini sudah hampir malam Ruby, bagaimana jika nanti ada hewan buas disana?"

"Tenang saja aku bisa membawa sabit milikku loh! Tahu tidak bahwa aku mencuci sabitku menggunakan darah?" Ruby tersenyum kecil sambil menatap ke arah Dyrroth.

Tentunya Dyrroth sudah mengetahui akan hal itu, dan sekarang Ruby tidak perlu berburu lagi untuk makan karena di istana ini sudah di siapkan banyak sekali makanan untuknya.

"Bagaimana jika kita langsung makan saja? Kau pasti lapar iya kan?" Tanya Dyrroth pada Ruby.

Ia pun mengangguk karena perutnya memang terasa sangat lapar, mungkin setelah makan ia langsung tidur saja nanti.

"Ayo kita makan terlebih dahulu! Kau tahu saja bahwa aku sedang kelaparan hihi..." Ruby tertawa kecil kemudian berjalan mendahului Dyrroth menuju meja makan.

"Hey tunggu aku! Jangan berlari nanti kau bisa terjatuh Ruby!"

"Ahaha aku tidak akan terjatuh, kejarlah aku jika kau bisa wleee!" Ruby mempercepat larinya menuju meja makan.

Sebenarnya untuk mengejar Ruby sangatlah mudah bagi Dyrroth namun agar kesenangannya tidak menghilang seketika hanya karna dirinya akhirnya ia memutuskan untuk terlihat bahwa dia tak bisa mengejar Ruby.

Sesampainya di meja makan ada Selena yang sedang duduk dan makan sendirian disana, Ruby merasa sedikit takut pada Selena.

Selena yang menyadari kedatangan Ruby pun menyapanya "Ah Ruby! Kemarilah, tak perlu takut denganku... Ayo makan bersamaku"

Dyrroth menatap mereka berdua dari kejauhan, ia bersyukur mereka berdua bisa akur seperti itu dan Ruby tidak terlihat ketakutan saat bersama Selena.

"Namamu Selena kan?" Selena mengangguk, kemudian Ruby melanjutkan tuk bicara "Kau sangat cantik..."

Kemudian Dyrroth pun menghampirinya "Kau jauh lebih cantik darinya"

Selena yang baru saja ingin menjawab itu pun kesal "Huh bucin, Ruby aku duluan ya"

"E-eh... Iya, papai"

Ruby menoleh ke arah Dyrroth "Hey seharusnya kau tidak seperti itu"

"Ahaha maaf"

Kini sudah pukul tepat 10 malam, Ruby sedang berusaha tidur di kamar.

Dyrroth melepaskan pakaiannya kemudian mendekati Ruby, Ruby yang menyadari hal itu kemudian menutup matanya "Apa yang kau lakukan!?"

"Aku terpaksa Ruby... Maafkan aku, tapi aku harus melakukannya..."

Dyrroth langsung mendekati Ruby dan memeluknya, Ruby terkejut dengan itu.

"AAAAAA!" Ruby menjerit karena tak bisa untuk mendorong tubuh Dyrroth.

Alice yang sedang duduk di ruang singgasana mendengar suara jeritan Ruby "Dia pasti melakukannya... Yah itu lebih baik sepertinya..."

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang