Chapter 34

156 16 4
                                    


Silvanna melangkahkan kakinya pergi menuju kamar tamu yang kini sedang di isi oleh Karina, ia mendapatkan kabar bahwasanya tubuh Karina sudah membaik hingga ia memutuskan untuk pergi ke Abyys sendirian tuk mencari adiknya yaitu Selena.

Namun saat ingin kabur seorang pengawal melihatnya dan langsung menangkapnya kemudian menyuruhnya kembali, karena sudah ketahuan Karina pun memilih untuk kembali lagipula ia tak memiliki persiapan yang matang.

Saat ini Silvanna sudah berdiri tepat di depan pintu kamar tamu dan sedang menarik nafas panjang kemudian menghembuskan nya perlahan, ia membuka pintu tersebut dan melihat adanya Estes yang tengah menemani Karina disana.

"Karina, apa benar semalam kau ingin pergi ke Abyys sendirian? Bukankah sudah kubilang bahwa kau tak akan bisa pergi kesana apalagi sendirian" ucap Silvanna sembari berjalan mendekatinya.

"Aku hanya merindukan adikku, aku takut bila terjadi sesuatu padanya. Apalagi... Sekarang aku sudah tau dimana keberadaannya, aku tak ingin dia terluka atau apapun itu... Di tambah lagi aku yang kini sudah tak melindunginya" Karina mencurahkan isi hatinya kepada Silvanna.

Ia duduk di sisi ranjang kemudian berkata "Ya Karina... Aku mengerti isi hatimu, aku juga kehilangan adikku sejak ia masih kecil... Namun untuk saat ini kita harus bersabar terlebih dahulu, kau jangan terburu-buru" ucap Silvanna, ia berhenti sejenak untuk mengambil nafas.

"Intinya sekarang kita hanya harus bersabar, tak lama lagi invasi iblis Abyys akan menyerang Moniyan Empire lagi. Mungkin saat terjadi pertarungan nanti, kau bisa mencari apakah Selena ikut atau tidak" lanjutnya.

"Baiklah kalau begitu, maafkan aku Ratu–" kata Karina, ia menunduk dan meremas selimut yang sedang ia kenakan, rasanya sedikit kesal karena ia harus menunggu sedikit lebih lama lagi padahal ia sudah sangat merindukan adiknya yaitu Selena.

Silvanna menatap Karina lalu tersenyum "Silvanna, panggil saja aku Silvanna. Aku belum terlalu terbiasa dengan sebutan 'Ratu'".

"Baiklah, Silvanna"

Kemudian pandangan Silvanna pun beralih pada Estes yang sedari tadi hanya duduk dan menyimak pembicaraan mereka berdua "Ah ya Estes, apakah Karina sudah benar-benar membaik?" Ia pun bertanya.

Estes langsung menoleh dan menatap Silvanna "Dia sudah cukup membaik sebetulnya, namun ia masih harus banyak beristirahat terlebih dahulu" ia pun menjelaskan.

Kini Silvanna berdiri kemudian berjalan dan membuka pintu lalu menatap Estes "Baiklah kalau begitu, tolong jaga Karina. Aku... Pergi dulu" kemudian ia pun melangkahkan kakinya keluar dari kamar tersebut dan menutupnya kembali.

Sebenarnya Silvanna tak langsung pergi ke ruang singgasana nya, ia memutuskan untuk pergi ke halaman depan istana.

Walaupun hanya untuk melihat-lihat bunga dengan beragam warna disana, yah setidaknya Silvanna bisa sedikit menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Saat sampai di halaman istana ia melihat Granger dan Alucard yang tengah mengobrol, Silvanna berencana untuk menguping pembicaraan mereka berdua.

Ia pun mendekati Granger, saat ini ia sedang berdiri tepat di belakangnya. Alucard menyadari kedatangan Silvanna namun saat ingin memberitahu Granger, Silvanna langsung mengedipkan matanya sebagai tanda agar ia tak memberitahu Granger.

Ia mengerti apa yang di maksud oleh Silvanna itu kemudian memilih untuk diam dan mendengarkan ocehan Granger itu.

"Nanti saat bertemu dengannya aku akan langsung menyatakan perasaanku pada Silvanna!" Ucap Granger dengan penuh semangat dan rasa percaya diri kepada Alucard.

"Wah... Benarkah?" Tanya Alucard dengan nada mengejek pada Granger.

"Tentu saja! Akan ku pastikan bahwa Anna adalah milikku!" Rasa percaya dirinya terus membara.

Kemudian Alucard pun menunjuk ke arah belakang Granger, Granger pun menoleh ke arah belakang dan melihat Silvanna yang tengah berdiri dengan wajah tersipu malu.

Wajah Granger mulai memerah sedikit demi sedikit "A–ah hi... Anna– a..apa kau tadi mendengar... Nya?..." Granger merasa sedikit malu.

"Ya... Aku– aku mendengar semuanya" mendengar jawaban Silvanna itu ia pun merasa sangat malu kemudian langsung berlari dan bersembunyi dari Silvanna.

"Ahaha sudah kuduga bahwa kau hanya sok! Lihatlah, saat ada Silvanna saja kau langsung malu" ucap Alucard sembari menertawakan Granger yang kini telah pergi dan tak terlihat lagi batang hidung nya.

"Wuh... Biarkan saja dia Alucard, kau juga tak seharusnya menertawakannya seperti itu" Silvanna menatap Alucard dengan tatapan kesal.

"Wah wah... Wajahmu masih memerah loh Silvanna, apa jantungmu juga masih deg deg an karena mendengar ucapan Granger tadi?" Tanya Alucard.

"Itu... Ah sudahlah aku akan kembali ke ruang singgasana terlebih dahulu" kemudian Silvanna pun pergi meninggalkan Alucard sendiri, Alucard tak ingin bengong sendirian maka ia pun memilih untuk pergi dan mencari kekasihnya yaitu Miya.

Sesaat ia berfikir kemanakah perginya Ruby? Sudah beberapa minggu belakangan ini ia tak kunjung kembali ke Moniyan Empire, walaupun ia sudah menjadi mantan kekasihnya namun tetap saja terkadang Ruby selalu melintas dalam fikirannya.

"Ah sudahlah tak perlu dipikirkan, lagipula dia bukan siapa-siapa ku lagi sekarang" gumamnya.

Sementara itu Granger langsung berlari menuju kamarnya kemudian langsung melompat dan merebahkan tubuhnya ke atas ranjang, ia membenamkan wajahnya pada bantal nya dan merasa sangat malu akan ucapannya tadi.

Ya dia sudah bicara dengan penuh rasa percaya diri namun rasa percaya diri itu tiba-tiba saja menghilang saat bertemu dengan Silvanna, baru saja begitu ia sudah merasa sangatlah malu.

"Aarrghhh!" Granger menjerit frustasi dengan meremas bantalnya, sepertinya itu bukanlah waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada Silvanna.

Lagipula disana ada Alucard, ia hanya ingin menyatakan perasaannya ketika pergi ke suatu tempat bersama Silvanna dan menyatakan perasaannya hanya empat mata pada Silvanna.

"Mungkin... Ini bukanlah waktu yang tepat untuk menyatakan perasaan ku... Mungkin lain kali aku akan berhasil, aku tak perlu terburu-buru... Kan?" Ia bertanya pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba saja pintu terbuka dan terlihat jelas ada Harith yang tengah berdiri di ambang pintu, ia langsung masuk kedalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.

Saat berbaring harith menutup matanya seraya tersenyum, Granger bingung dengan apa yang terjadi kepada Harith itu.

"Hoey Harith, apa yang terjadi padamu? Kau belum gila kan?" Ia pun memutuskan untuk bertanya langsung pada Harith.

Harith membuka matanya kemudian menoleh ke arah Granger "Aku belum gila tahu! Aku hanya–"

"Hanya apa?" Tanya Granger lagi, ia benar-benar merasa penasaran mengapa Harith menjadi seperti itu.

"Apa kau sangat ingin tahu, hmmm... Sepertinya aku bisa memberi tahu mu, tapi jangan beritahu siapapun okay!? Kau harus berjanji!" Ucap Harith.

"Ya... Aku janji" kata Granger sembari menunjukkan jari manisnya.

"Aku... A–aku... Mengambil ciuman pertama Nana, akhirnya aku berhasil"

...

AUTHOR'S NOTE (AN)

Hi semua, buat rencana kemarin yang ku bilang mau up 5.000 kata dalam 1 chapter ku batalin ya hehe.

Ku cuma takut kayak kemarin lagi aja gitu... Sayang banget kan 3.000 kata menghilang sia-sia dan hanya menyisakan 126 kata.

Mungkin ku lebih kayak biasanya aja 1 chapter cuma 1.000+ kata, maaf banget ya karena akhirnya gagal langsung up 5K kata.

Ah ya gimana ceritanya? Suka?...

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang