Chapter 14

190 19 1
                                    


Hari ini seperti biasa Benedetta hanya duduk di kursi taman dan memandangi bunga-bunga yang bermekaran itu, walaupun ia merasa kesepian akan tetapi ia sudah terbiasa dengan ini sejak kecil.

Ia sedang menikmati sore hari yang begitu indah dengan langit yang berwarna oranye kemerah-merahan, saat sedang menikmati keindahan alam ada seseorang yang memanggilnya.

Granger menjelaskan apa yang terjadi padanya dan Benedetta pun mendengar kan curhatan Granger dengan saksama.

Langit pun mulai gelap dan Benedetta mengajak Granger untuk makan malam bersamanya, Benedetta adalah gadis yatim piatu sejak ia berusia 6 tahun ia di asuh oleh neneknya namun sekarang ia sudah tiada.

"Masuklah Granger, aku akan memasak makan malam sebentar" kata Benedetta sambil membuka pintu rumahnya, rumah miliknya memang tak terlalu besar tetapi cukup untuk tempat berteduhnya.

"Baiklah, aku berharap masakan mu lebih enak di banding dulu" ucap Granger mengejek Benedetta yang tengah memasak di dapur.

"Dulu ya? Astaga itu sudah lama sekali, dan masakan itu juga gosong karena kau menggangguku. Apa kau ingin masalahku kali ini gosong lagi hanya karna kau mengajakku berdebat hah?" Benedetta berkata seperti itu sambil meracik bumbu dapur.

"Ahaha tidak perlu, kau harus memasak makanan itu seenak mungkin dan jangan buat aku keracunan karena masakan mu yang tidak enak" Granger pun mulai diam dan menunggu Benedetta selesai memasak di meja makan.

Benedetta pun fokus melanjutkan untuk memasak dan tidak menghiraukan ucapan Granger tadi, setelah beberapa saat akhirnya ia pun selesai memasak.

"Granger makanannya sudah siap!" Panggil Benedetta pada Granger, ia pun membawa sepiring nasi menuju meja makan.

"Nah terimakasih sudah membawakan ku makanannya" ucap Granger pada Benedetta.

"Dasar payah! Itu untukku bodoh, kau ambil saja sendiri ke dapur!" Bentak Benedetta kemudian merebut kembali sepiring makanan yang tadi sudah di ambil olehnya.

"Hih kenapa kau tidak membiarkanku makan yang itu saja kemudian kau mengambilnya sendiri" Granger menunjukkan ekspresi wajah memelas.

"Tidakk, ambillah sendiri dan jangan terlihat manja di depanku" kata Benedetta sambil mengunyah makanan.

"Jika kau sedang makan jangan sambil bicara dasar bocah! Nanti makanan yang berada di mulutmu bisa berhamburan kemana-mana" Granger pun mulai pergi ke dapur dan mengambil makanannya sendiri.

"Ya ya dasar kakek tua" ucap Benedetta mengejeknya, Benedetta tetap melanjutkan untuk menghabiskan makanannya.

Granger kembali sembari membawa sepiring nasi dengan lauk ke meja makan kemudian memakannya, "Wah... Makanan ini rasanya bahkan lebih enak dari saat terakhir kali aku memakan masakan mu" Granger terkesan dengan masakan Benedetta.

"Tentu saja karena aku sekarang sudah pandai memasak sendiri, tidak sepertimu yang tidak bisa memasak makanan sendiri" sindir Benedetta.

"Aku kan pria, masalah memasak itu adalah tugas wanita. Aku sebagai seorang pria tidak di wajibkan untuk memasak" kata Granger.

Setelah beberapa saat mereka makan akhirnya mereka pun selesai menghabiskan makanannya, menghabiskan beberapa sisa waktu mereka untuk bercanda dan tertawa bersama.

Namun waktu sudah berkata lain, kini Granger harus kembali ke kerajaan Moniyan Empire. Akhirnya Granger pun pulang dan Benedetta hanya bisa menatapnya yang mulai melangkah pergi.

Silvanna menghabiskan makanannya sendiri di kamarnya, ia seperti tidak memiliki tenaga bahkan untuk melangkah menuju meja makan saja terasa sangat sulit.

Saat sedang makan terdengar ada suara seseorang tengah mengetuk pintu kamarnya, Silvanna pun menyuruhnya untuk langsung masuk saja.

Ternyata itu adalah Granger, ia datang kemari untuk menemani Silvanna.

"Granger? Kenapa kau tidak istirahat saja langsung ke kamar mu?" Tanya Silvanna kepada Granger.

"Aku ingin disini, menemanimu" jawab Granger sambil menatap Silvanna yang sedang menghabiskan makan malamnya.

Silvanna hanya mengangguk, setelah beberapa saat akhirnya makanannya telah habis dan ia pun meletakkan piringnya ke meja yang berada di samping ranjang miliknya.

"Anu... Silvanna, menurutmu kita pacaran lebih dulu atau kita langsung menikah saja?" Tanya Granger pada Silvanna.

"E-eh kenapa kamu bertanya seperti itu?" Silvanna merasa sedikit malu dan rasanya seperti ingin menghilang sesaat dari sana.

Sementara itu Benedetta sedang duduk di kursi halaman rumahnya, memandang langit malam sendirian.

"Di saat semua orang sudah menemukan cintanya masing-masing, dan teman-teman ku juga sudah... Aku bahkan belum menemukannya dan sedikit tidak terlalu memikirkan soal pasangan" gumam Benedetta.

Ia duduk terdiam di sana, pikirannya kosong dan tatapannya hampa. Benedetta merasa sedikit kesepian disana apalagi rumahnya jauh dari kerumunan.

Terkadang Benedetta ingin mencari teman untuk dirinya agar tidak merasa kesepian lagi dan tidak hanya menunggu Granger datang untuk menemaninya walau hanya sesaat, Benedetta memang tidak memiliki perasaan tersendiri pada Granger akan tetapi jika bukan Granger siapa lagi yang akan menemaninya di sana.

Granger adalah orang yang cukup penting di Moniyan Empire, jadi waktunya untuk menghampiri Benedetta juga tidak banyak.

Waktu sudah mulai gelap dan Benedetta masih belum merasakan kantuk sedikitpun dan pada akhirnya ia memutuskan untuk begadang kemudian duduk diam di luar rumah menatap langit malam.

Berdiam diri disana sudah hampir berjam-jam akhirnya ia memilih untuk masuk kedalam rumah karena merasa kedinginan, di dalam rumah ia hanya merebahkan dirinya di atas ranjang dan berusaha untuk tidur.

Walau ia sudah memejamkan matanya dan berusaha tidur dengan segala cara akan tetapi itu terus saja gagal dan pada akhirnya Benedetta tidak bisa tidur sama sekali, "Astaga kenapa aku tidak bisa tidur" gumamnya.

Granger saat ini sedang merebahkan dirinya di atas ranjang dan menatap Harith yang terus saja membaca buku tentang bagaimana cara membuat hati wanita berbunga-bunga, Granger berniat untuk meminjam buku itu karena merasa sedikit tertarik siapa tahu ia bisa membuat Silvanna senang.

"Harith? Bolehkah aku meminjam buku itu?" Tanya Granger pada Harith, Harith pun menoleh menatap Granger bingung.

"Sejak kapan kau tertarik untuk membaca buku? Apa tadi saat kau sedang keluar sebentar kepalamu terbentur sesuatu hingga kau menjadi seperti ini?" Kata Harith sambil menatap Granger bingung.

"Tidak bodoh, aku hanya tertarik dengan buku itu. Izinkan aku meminjamnya ketika kau sudah selesai nanti" ucap Granger pada Harith kemudian membuang muka karena merasa sedikit malu.

"Ahaha aku tahu kenapa kau tertarik pada buku ini, ambillah aku sudah selesai membacanya dan kini aku akan membaca buku yang lain" Harith mengulurkan tangannya yang sedang memegang buku pada Granger, Granger pun segera mengambil buku itu dan membacanya.

"Granger, pasti kau tertarik pada buku itu agar kamu bisa membuat Silvanna semakin mencintaimu... Benar bukan? Ahaha aku yakin itu" batin Harith.

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang