Chapter 16

169 17 1
                                    


Pagi hari telah tiba, Fanny keluar dari kamarnya dan segera membersihkan dirinya kemudian pergi dari istana Moniyan.

"Aku merindukan Claude, apakah dia juga merindukanku ya? Sepertinya hari ini aku akan menemuinya" Fanny bergumam seraya terbang dengan menggunakan tali miliknya.

Melewati hutan yang memiliki banyak pepohonan mempermudah Fanny untuk terbang karena talinya akan semakin mudah untuk mengenai batang pohon yang jaraknya lumayan berdekatan itu.

"Walau aku suka terbang, tapi rasanya kini membuatku sangat kesal. Sampai kapan aku akan terus terbang seperti ini? Astaga kenapa lama sekali untuk sampai kesana" Fanny mengeluh, ia merasa lelah walaupun kakinya tidak melangkah sedikitpun.

Saat merasa lelah tiba-tiba saja salah satu kabel milik Fanny meleset dan membuatnya terjatuh ke tanah, "Duh... Seharusnya aku lebih fokus lagi" gumam Fanny.

"Flashhh"
Terdengar sesuatu dari balik semak-semak membuat Fanny pun menoleh ke asal suara tersebut, ia mengeluarkan kedua pedang miliknya dan bersiap dengan apa yang akan di hadapinya.

"Cih, kenapa kalian harus datang di saat-saat seperti ini... Kini aku harus menghadapi invasi iblis Abyys yang sangat merepotkan itu sendirian"  bukan hal mudah bagi Fanny untuk melawan mereka semua sendirian apalagi dirinya sedang merasa kelelahan.

Terbang dan menyerang menggunakan pedangnya, hanya itu yang bisa ia lakukan untuk saat ini.

"Apakah aku harus menggunakan ultimate ku... Tidak, itu hanya akan membuang-buang tenagaku saja" Fanny bergumam.

"Huh... Sampai kapan aku harus membuang-buang waktu ku, kenapa mereka tidak ada habisnya..." Fanny mengeluh, ia sudah merasa kelelahan.

"Apa aku menggunakan ultimate ku saja ya? Ah tidak... Itu hanya akan mengenai satu musuh saja..." Batin Fanny, karna sudah kewalahan ia pun memutuskan untuk terbang dan kabur dari sana.

Saat sedang terbang tiba-tiba saja ada seseorang yang melemparkan sebuah benda tepat mengenai kabel Fanny, kabel itu pun putus dan membuat Fanny terjatuh ke tanah dengan keras.

"Wah lihat siapa ini... Fanny dari Moniyan Empire, seorang pasukan Lightborn Chevaliers yang sangat cantik" ucap Thamuz pada Fanny yang sedang mengusap sikunya yang terluka.

"Thamuz... Aghhh aku sangat benci melihatmu, pergilah dari hadapanku dan biarkan aku pergi dari sini!" Bentak Fanny pada Thamuz.

"Hey hey, kau kira aku akan melepaskan dirimu semudah itu? Tentu saja tidak" jawab Thamuz yang kemudian menyerang Fanny.

"Wushhh"
Seekor monyet jatuh tepat ke wajah Thamuz membuat pandangannya terhalang oleh hewan tersebut, Fanny merasa tidak asing dengan monyet itu.

"Jika ada Dexter sudah pasti ada..." Batin Fanny kemudian menoleh ke arah belakangnya, "Claude!" Fanny senang karena ia datang di saat yang tepat.

"Tenanglah, sekarang aku sudah berada disini untuk menolong mu" ucap Claude dengan bangganya, kemudian membantu Fanny untuk menyandarkan dirinya ke pohon lalu ia berdiri tepat di depan Fanny.

"Dexter, kau jaga Fanny. Biar aku yang menghadapi mereka semua" Dexter pun pergi mendekat pada Fanny sedangkan Claude maju dan langsung menyerang Thamuz.

Bagi Claude membuat Thamuz kalah sesaat adalah hal yang sangat mudah, Apalagi serangannya itu adalah serangan jarak jauh.

Fanny hanya bisa berdiam diri disana melihat Claude bertarung sendirian, saat ini ia harus menggunakan waktunya untuk mengumpulkan energi agar bisa segera membantu Claude.

Serangan Claude pada Thamuz terus saja di halangi oleh invasi iblis Abyys, hal itu membuatnya benar-benar kesal.

"Ah iya kabel milikku masih bisa di perbaiki sendiri, aku harus bergegas dan segera membantu Claude" batin Fanny, ia pun segera memperbaiki kabelnya itu.

Claude kewalahan di buatnya, para iblis itu tidak ada habisnya dan rasanya seperti terus saja bertambah.

"Claude gunakan ultimate milikmu untuk meratakan para iblis itu!" Jerit Fanny, ia pun mulai terbang dan menyerang Thamuz ketika Claude sudah menggunakan ultimate nya untuk menghabisi para iblis itu.

"Kini saatnya aku yang menggunakan ulti ku..." Fanny pun melesat dan langsung menggunakan ultinya ketika dekat dengan Thamuz.

"For Victory!" Kemudian Thamuz terjatuh dan tak sadarkan diri lagi, kemudian para iblis itu pun ikut lenyap menjadi abu yang tertiup angin.

"Nah Fanny sekarang kita harus segera pergi dari sini" Claude langsung menggendong Fanny, Fanny pun berpegangan padanya.

Setelah beberapa saat berjalan akhirnya mereka pun sampai di rumah Claude, memang sangat jauh dari sana... Sangatlah jauh. Bahkan membutuhkan beberapa hari untuk sampai di sana, untung saja Claude bisa memindahkan dirinya dengan mudah ke tempat lain.

Claude meletakkan Fanny di atas kursi yang berada di ruang tamu, Sedangkan Dexter berada di pohon yang ada di halaman rumah Claude.

Claude kembali membawa beberapa obat alami untuk Fanny, ia membersihkan luka-luka Fanny dan mengobatinya.

"Maaf merepotkan mu, padahal jarak hutan itu dan rumahmu sangatlah jauh tapi bagaimana kau bisa tahu bahwa aku sedang terkena masalah dan kau bisa sampai disana secepat itu?" Fanny merasa sedikit kebingungan.

"Tentu saja karna aku mengawasi mu, dan aku sampai sana dengan cepat juga karna menggunakan kekuatanku" jawab Claude, "Nah sekarang tinggal menunggu luka mu membaik" Claude tersenyum menatap Fanny.

"Kau sangat merindukan ku ya sampai kau berusaha datang kemari sendirian?" Claude bertanya pada Fanny sembari membawa obat-obatan alami itu untuk di letakkan ke tempatnya seperti semula.

"Ahaha kau tahu itu ya, tentu saja aku sangat merindukanmu" jawab Fanny kemudian berusaha untuk merubah posisinya ke posisi duduk.

"Seharusnya kau bisa mengalahkan mereka semua sendirian, padahal kau adalah tipe Assassin" Claude menghampiri Fanny sambil membawakannya beberapa makanan.

"Tadi kabel milikku putus, itulah yang membuatku jadi sedikit kesulitan" Fanny menghela nafas panjang.

Sementara itu di Moniyan Empire, Tigreal mencari-cari dimana keberadaan Fanny. Sejak pagi tadi hingga siang ini ia tak melihatnya.

"Alucard apa kau melihat Fanny? Sejak pagi tadi ia tak terlihat sama sekali, biasanya saat ia pergi dirinya pasti memberitahu pada yang lain lebih dulu" kata tigreal pada Alucard.

Alucard menoleh dan menatap Tigreal "Aku tidak melihatnya, lagipula biarkan saja dia sebentar mungkin hanya pergi karena merasa bosan di istana" jawab Alucard.

"Tapi biasanya Fanny tetap akan kembali bila sudah waktunya makan, akan tetapi saat ini tidak" Tigreal merasa sedikit khawatir pada Fanny, apalagi Fanny sering bertindak seenaknya dan tidak pikir panjang.

"Tenanglah Tigreal, ia sudah bukan anak kecil lagi. Kini ia sudah menjadi wanita dewasa, biarkan saja ia melakukan apa yang ia mau" Alucard berusaha untuk menenangkan Tigreal yang terlihat sedikit panik itu.

"Astaga Fanny... Sebenarnya ia pergi kemana ya? Aku hanya takut terjadi sesuatu padanya" batin Tigreal.

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang