Chapter 12

193 22 0
                                    


Natalia mengganggu kebucinan Silvanna dan Granger, padahal mereka hanya ingin berpelukan akan tetapi Natalia berpikir terlalu jauh.

"Natalia! Kenapa kau bisa ada disini!? Sejak kapan kau memata-matai kami?" Ucap Granger pada Natalia yang masih berdiri di sudut ruangan.

"Hah sejak kapan? Sebelum kau masuk kesini aku memang sudah berada di tempat ini loh" jawab Natalia dengan santai.

Baru saja perdebatan di mulai, seketika pintu terbuka dan nampak Fanny tengah berdiri di ambang pintu kemudian terkejut dengan apa yang di lihatnya.

"H-hey apa yang kalian bertiga lakukan? Granger?" Fanny melihat Granger yang belum merubah posisinya itu.

Granger pun mulai bangkit dari sana dan berdiri tegak menghadap ke arah Fanny, dan ia pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Sebenarnya aku kemari untuk menjaga Silvanna dan kini aku sudah memberitahu nya tentang isi hatiku" jelas Granger pada Fanny.

Fanny hanya diam disana sampai akhirnya Silvanna menyuruhnya untuk masuk saja.

"Masuklah Fanny, apa kau tidak lelah terus berdiri disana?" Ucap Silvanna pada Fanny yang masih setia berdiri di ambang pintu kemudian ia pun memilih untuk masuk dan menutup pintu itu.

"Bagaimana jika orang lain melihat ini... Apa yang akan mereka pikirkan? Aku... Bersama tiga wanita di dalam satu kamar?..." Batin Granger.

"Lalu sekarang apa?" Tanya Natalia pada mereka semua yang berada di dalam kamar milik Silvanna.

"Aku akan keluar agar kalian bertiga bisa melakukan hal yang biasa di lakukan para wanita" kata Granger, ia pun mulai melangkah pergi keluar dari kamar Silvanna.

Mereka berdua hanya menatap Granger dengan tatapan bingung, sebenarnya dia itu memiliki sikap seperti apa? Terkadang ia menjadi dingin dan terkadang ia menjadi sangat hangat.

Fanny pun baru mengingat apa alasan dia datang kemari, "Silvanna apa kau baik-baik saja? Bagaimana kau bisa terluka hah!?" Ucap Fanny.

"Hei apa kau hanya mengkhawatirkan Silvanna? Bagaimana denganku? Apa kau tidak mengkhawatirkan diriku juga?" Natalia berkata seperti itu dengan tatapan memelas.

"Ahaha tidak, memangnya kenapa?" Jawab Fanny dengan nada mengejek, hal itu tidak membuat Natalia kesal.

"Wuuu ga asik!" Kata Natalia seraya menjulurkan lidahnya pada Fanny.

"Uhm... Fanny aku baik-baik saja tenanglah, kau pikir aku ini siapa? Aku kan kesatria pemimpin pasukan Lightborn Chevaliers" Silvanna mengucapkan itu dengan rasa sedikit bangga pada dirinya sendiri.

"Iya juga ya, baiklah aku akan mengkhawatirkan Natalia" Fanny menoleh ke arah Natalia dan menatapnya dengan tatapan memelas, "Oww... Natalia apa kau terluka? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Fanny pada Natalia.

"Telat dasar bodoh!" Natalia mendekati Fanny dan memukul kepalanya sekencang mungkin.

"Dughh"
"Duh itu sakit, jangan begitu Natalia nanti otakku akan semakin lemot karena dirimu" kata Fanny.

Tak berselang lama sang Raja pun memasuki kamar milik Silvanna membuat Natalia dan Fanny membungkuk dan memberi hormat.

"Kalian boleh keluar, biarkan aku hanya bersama putriku di sini terlebih dahulu" ucap sang raja, kemudian Fanny dan Natalia pun buru-buru untuk pergi dari sana.

Ia pun kemudian mendekati Silvanna dan duduk di kursi yang berada di samping ranjang milik Silvanna yang belum di kembalikan ke tempatnya lagi itu.

"Silvanna apa yang terjadi padamu?" Tanya sang raja pada putrinya itu.

Silvanna pun berusaha menjelaskan dengan sejujur-jujurnya pada ayahnya sendiri.

...

Natalia dan Fanny yang buru-buru pergi dari kamar Silvanna itu pun kini terhenti melihat Granger yang tengah duduk di taman belakang istana sendirian.

Kemudian Natalia mengajak Fanny untuk mendekatinya dengan keadaan tubuh tidak terlihat agar bisa mendengar apa saja yang di ucapkan oleh Granger.

"Ssttt Fanny ada Granger tuh, pegang tanganku dan kita akan menghilang kemudian kita akan mendengarkan apa saja yang di ucapkan oleh Granger" kata Natalia pada Fanny, Fanny pun mengangguk dan memegang tangan Natalia.

Granger melamun, pikirannya kosong dan ia tidak tahu harus melakukan apa. Ia bingung ingin langsung menikahi Silvanna atau mengajaknya pacaran terlebih dahulu seperti teman-teman nya yang lain.

"Astaga kini apa yang harus aku lakukan, apa aku harus mengajaknya berpacaran terlebih dahulu atau langsung menikahi nya?" Gumam Granger.

Fanny berusaha menahan tawanya akan tetapi sepertinya itu sangat sulit, sungguh ia tidak bisa diam dan membuat mereka berdua akhirnya ketahuan oleh Granger.

"Apa yang kalian lakukan hah? Menguping?" Ucap Granger pada dua sosok kedua wanita yang tak nampak itu namun dapat terdengar jelas suaranya.

"Yah ketahuan" Natalia pun mulai menunjukkan dirinya dan memukul kepala Fanny.

"Ini semua salahmu" bisik Natalia pada Fanny, Fanny mengelus-elus bagian belakang kepalanya yang baru saja di pukul oleh Natalia.

"Kenapa kalian masih saja menggangguku hah?" Tanya Granger dengan nada kesal.

"Ahaha, itu... Anu..." Natalia tak bisa menjawab, Granger pun melangkah pergi dari sana. Ia benar-benar butuh waktu sendiri.

Fanny dan Natalia tak ingin mengikutinya lagi dan berniat untuk tetap berada di istana Moniyan saja.

Granger berjalan menuju taman di desa, ia tahu pasti Benedetta berada di sana seperti biasanya.

Dan benar saja ada Benedetta disana tengah duduk dan memerhatikan bunga-bunga yang berwarna-warni itu.

"Benedetta..." Granger memanggilnya dengan halus, Benedetta pun menoleh ke asal suara tersebut.

"Ah Granger! Apa kabarmu? Kemarilah duduk di sini" ujar Benedetta pada Granger.

Ia pun duduk tepat di samping Benedetta, "aku sedang tidak baik-baik saja" jawab Granger.

"Lah? Memangnya apa yang terjadi padamu?" Tanya Benedetta penasaran, terkadang Granger menjadi orang yang terlihat lemah hanya karna masalah kecil.

"Putri Silvanna tengah terluka setelah pergi ke perbatasan, dan saat ia telah kembali ke istana dan beristirahat di kamarnya aku mengungkapkan perasaanku padanya" Benedetta masih diam dan menunggu Granger melanjutkan ceritanya.

"Dia juga menyukaiku, aku bingung apakah aku harus mengajaknya berpacaran terlebih dahulu atau langsung mengajaknya menikah?" Granger pun meminta jawaban dari Benedetta.

"Uhm... Menurutku sih ajak saja dia berpacaran terlebih dahulu, itupun jika dia mau. Putri Silvanna adalah seorang kesatria... Jika kalian berpacaran mungkin saja pikirannya akan sedikit terganggu karena memikirkan dirimu" jawab Benedetta.

"Benar juga, jadi aku harus bagaimana? Membiarkan hubungan yang tak jelas ini?" Granger bertanya lagi pada Benedetta.

"Ya... Sepertinya begitu saja, tetapi seperti yang biasa ku katakan padamu... Kau harus mengikuti kata hatimu sendiri Granger..." Jawab Benedetta.

"Ah iya bagaimana jika kerumahku sebentar untuk beristirahat, kemudian makan malam bersamaku" ucap Benedetta.

Granger pun mengangguk dan mengikuti Benedetta menuju rumahnya, rumah Benedetta memang tak jauh dari taman itu.

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang