Hari sudah gelap menandakan bahwa saat ini adalah malam hari, tepat pukul 11 malam Ruby menangis sendirian dan karena tangisnya akhirnya membuat Dyrroth terbangun.Ruby terus menangis sembari memeluk Dyrroth yang tidur tepat di sampingnya, entah mengapa dia tiba-tiba saja menangis seperti itu.
Melihat Ruby yang terus saja menangis membuat Dyrroth tak bisa berdiam diri saja, ia pun membuka matanya dan mengelus-elus kepala Ruby.
"M–maaf... Karena ku kamu terbangun, ya?" Tentunya Ruby merasa bersalah karena mengganggu tidur sang suami apalagi ini sudah hampir tengah malam.
Dyrroth mencium kening Ruby kemudian menatapnya sesaat dan mengusap air matanya, ia pun bertanya "Ada apa? Kenapa kau menangis tengah malam begini?"
"Aku... Ingin kembali ke Moniyan Empire, Dyrroth... Tidak bisakah kita tinggal disana saja?" Tanya Ruby sembari mengusap air wajahnya tuk menghapus air matanya.
"Ya, kita akan tinggal di sana nantinya. Aku berjanji padamu, sayang~" ucap Dyrroth sambil mengusap usap kepala Ruby.
"Janji?" Ia pun bertanya untuk memastikan apakah ucapan Dyrroth itu benar atau tidak.
"Ya, aku berjanji padamu sayangku... Sekarang tidurlah okay?" Dyrroth pun menyuruh Ruby agar segera tidur.
Ruby langsung memeluk Dyrroth kemudian memejamkan matanya dan bersiap untuk tidur, tak butuh waktu lama akhirnya ia pun tertidur dalam pelukan Dyrroth.
"Kita akan tinggal disana, setelah Abyys bisa mengambil alih Moniyan Empire" gumam Dyrroth, ia pun segera tidur karena besok ia akan melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Moniyan.
...
Pagi telah tiba kini waktunya untuk mereka bangun, Ruby membangunkan Dyrroth karena ia ingin segera untuk sarapan.
Kenapa tak berjalan ke dapur sendiri? Semangka itukah Ruby pada Dyrroth? Sepertinya tidak, Dyrroth yang menyuruhnya untuk membangunkan Dyrroth di pagi hari dan juga jika ia sedang membutuhkan sesuatu.
Dyrroth membuka matanya perlahan, ia langsung menunjukkan senyum kecilnya setelah melihat sang istri yang terus saja menatapnya dengan senyum manisnya di pagi hari.
Tentu saja senyuman itu menambahkan semangat Dyrroth untuk hari ini, Walau sesaat ia berfikir bagaimanakah senyum kakaknya (Silvanna)?
Ia tak pernah melihat senyum Silvanna sejak dulu, ia berharap saat menyerang Moniyan Empire... Silvanna akan terselamatkan dan Dyrroth akan mengajak Silvanna tuk tinggal bersamanya.
Walaupun itu baru saja rencananya, Dyrroth bangkit dari atas ranjang dan bergegas untuk mengambilkan sarapan di dapur untuknya dan juga Ruby.
Sedangkan Ruby menunggunya di dalam kamar sembari membaca beberapa buku cerita yang di sukai oleh nya, Ruby sangat suka membaca bahkan terkadang ia menyuruh Selena atau maid yang lain untuk mengambilkannya beberapa buku cerita yang terlihat bagus.
Kini Dyrroth sudah berada di ruang makan, disana sudah ada Alice, Thamuz, Selena, Moskov, dan... Argus.
Siapa Argus? Seorang dengan rambut berwarna hijau, ia selalu menutupi wajahnya dan tak ada yang mengetahui wajahnya yang sebenarnya.
"Selamat pagi, Dyrroth~" ucap Alice seraya menatap Dyrroth yang tengah sibuk mengambil makanan untuk dirinya dan juga Ruby.
"Ya, pagi" jawabnya, ia pun segera pergi dari sana dan kembali ke kamarnya, Selena menatapnya sesaat kemudian menoleh ke arah Alice.
"Alice, bukankah hari ini–" belum selesai bicara Alice langsung memotong ucapannya.
"Siang nanti, kita akan menyerang Moniyan Empire" mendengar itu Selena pun mengangguk dan melanjutkan untuk menghabiskan makanannya.
Argus berhenti mengunyah makanannya sesaat dan bertanya "Apakah Selena juga ikut dengan kita nantinya, ah ya Thamuz apa pasukan Abyys sudah di siapkan?"
Thamuz meletakkan sendoknya, ya ia sudah selesai makan kemudian ia pun menjawab pertanyaan Argus itu "Selena akan ikut, dan pasukan Abyys sudah ku siapkan sejak kemarin".
Kembali pada Dyrroth, ia kini sudah berada tepat di depan pintu kamarnya. Sebelum masuk ia mengetuk pintu tersebut terlebih dahulu kemudian baru membukanya.
Betapa terkejutnya dirinya melihat tingkah laku Ruby yang malah asik berguling-guling di atas ranjang seraya menciumi bantal yang sering di gunakan olehnya.
"Uuhhmmm~ nyaman sekali aku mencium bau nya" gumam Ruby, ya sebenarnya sesekali ia melakukan hal tersebut ketika Dyrroth sedang tidak ada.
Mendengar gumaman Ruby tersebut Dyrroth pun tersenyum kecil kemudian menutup pintu kamarnya perlahan, ia hanya berdiri seraya memegang makanan yang di bawanya kemudian terus menerus menatap Ruby hingga akhirnya Ruby pun sadar akan kedatangannya.
Wajahnya memerah sedikit demi sedikit, ia merasa malu bahwa Dyrroth mengetahui apa yang baru saja ia lakukan.
"E–eh Dyrroth, Apa kau sudah disini dari tadi?" Dyrroth hanya mengangguk kemudian melebarkan senyuman nya.
"Etto... Enggg.... Aku bisa jelaskan kok, hehe" ucap Ruby dengan perasaan menahan malunya, tentu saja ia malu jika tingkahnya yang seperti itu di lihat langsung oleh sang suami yaitu Dyrroth.
Dyrroth mendekati Ruby kemudian duduk di sisi ranjang dan menatapnya "Ahaha, kau tak perlu malu begitu... Sayang~"
"Deg deg deg"
Detak jantung Ruby semakin cepat dan wajahnya semakin memerah setelah mendengar kata 'sayang' langsung dari mulut Dyrroth, Walaupun Dyrroth pernah berkata seperti itu dahulu namun saat itu Ruby masih sedikit takut padanya tak seperti sekarang.
Lalu bagaimana dengan sabit milik Ruby? Dyrroth menyimpannya untuk sementara waktu, lagipula sekarang ia tak perlu berburu lagi tuk bisa makan setiap harinya.
Terkadang Ruby bertanya dimanakah sabitnya di sembunyikan namun Dyrroth tak pernah memberitahukan padanya dimana ia menyembunyikannya.
Dyrroth memberikan semangkok makanan yang sudah ia pegang dari tadi kepada Ruby, Ruby pun langsung mengambilnya dan memakannya dengan lahap.
Melihat Ruby seperti itu sepertinya ia saat ini merasa sangat lapar hingga makan terburu-buru seperti itu, "Makan pelan-pelan dong, nanti keselek aja baru tau rasa kamu ya!" Ia pun mencubit pipi Ruby, Ruby hanya terdiam dan tetap melanjutkan tuk mengunyah makanannya.
Dengan mulut yang masih penuh dengan makanan Ruby pun menjawab "Hu'um!" Sambil mengangguk, melihat itu Dyrroth pun semakin gemas padanya.
Ruby terdiam sesaat "hari ini kan... Abyys akan menyerang Moniyan Empire..." Batin nya.
Siang kini telah tiba, Thamuz tengah menyiapkan seluruh pasukannya. Dyrroth, Moskov, Argus, Helcurt, serta Selena sudah siap di barisan terdepan.
Sedangkan Ruby kini hanya bisa melihat mereka yang sedang berbaris melalui jendela kamarnya, ia tak di izinkan ikut namun ia akan tetap ikut bersama mereka.
"Aku akan ikut, aku sudah menemukan dimana Hoodie kesayanganku dan juga sabit milikku. Aku akan menyelinap.." gumamnya.
Ia membuka pintu kamarnya, saat merasa sudah aman ia pun segera pergi dari sana dan mengikuti barisan di lapangan. Ruby berdiri di barisan terbelakang.
Alice serta Thamuz tengah berdiri di hadapan mereka semua dan bersiap, "Baiklah apa kalian semua sudah siap!?" Tanya Thamuz dengan sedikit menaikkan nadanya.
"Ya!!!"
Kemudian Alice pun membuka portal dan mereka pun segera masuk menuju portal itu, "Maaf Dyrroth, walaupun aku istrimu... Aku akan tetap melindungi tanah kelahiran ku sekuat tenagaku, aku akan... Melawan mu." Batin Ruby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silvanna : The Royal Knight
FantasySiapa sangka seorang gadis bisa menjadi seorang kesatria pemberani dan pantang menyerah, Silvanna menjadi seorang kesatria karena ia ingin menyelamatkan adiknya Dyrroth dan membawanya kembali ke kerajaan. Terus berlatih untuk menjadi kuat agar ia bi...