Chapter 18

169 20 2
                                    


Silvanna tengah membaca buku-buku di perpustakaan istana, ia sedang berusaha tuk mencaritahu tentang kerajaan Abyys atau data-data pribadi tentang Alice.

Saat sedang asik membaca tiba-tiba Harith menghampiri Silvanna dan memberitahu bahwa Fanny sudah menghilang sejak kemarin, Silvanna tidak terkejut karena ia tahu pasti Fanny sedang pergi untuk menghampiri Claude kekasihnya.

"Silvanna apa kau sudah tahu bahwa Fanny sudah menghilang selama dua hari?" Harith bertanya pada Silvanna yang sedang membaca buku-buku tentang kerajaan Abyys dan data pribadi tentang Alice.

Silvanna menoleh menatap Harith sesaat "hey tenanglah, sepertinya saat ini ia sedang bertemu dengan Claude pacarnya" ia berusaha menenangkan teman-teman nya agar tidak panik lagi dan kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.

Harith merasa bingung mengapa Silvanna bisa setenang itu dan menjawab dengan santai padahal jawaban itu belum pasti "tapi Silvanna ia-" ucapannya terpotong saat Silvanna mulai menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Dia sudah sangat merindukan kekasihnya itu, ia pun pergi dari sini dengan terburu-buru karena tidak mungkin ia membangunkan kita hanya untuk meminta izin pergi" jelas Silvanna pada Harith.

Harith pun mengangguk kemudian pergi dari sana dan menghampiri Tigreal karena hanya dia lah yang paling khawatir dengan Fanny, ia selalu memperlakukan Fanny seperti anak kecil sejak dulu jadi wajar saja saat ini yang ia tahu Fanny itu adalah gadis kecil yang lemah.

Tigreal yang melihat Harith menghampirinya kini langsung diam dan menatapnya yang sedang melangkah mendekatinya, "Apa kau sudah menemukan Fanny?" Ia bertanya pada Harith.

"Fanny pergi menghampiri Claude" jawabnya kemudian pergi dari sana karena ia memiliki janji dengan Nana jadi dirinya harus bergegas.

"Astaga... Fanny..." Tigreal pun pergi dari sana menuju kamarnya, sedangkan Silvanna melihat Tigreal dari kejauhan untuk memastikan.

Silvanna melanjutkan untuk mencari buku-buku tentang istana Abyys, sudah berjam-jam ia berada di sana dan pada akhirnya ia pun memutuskan untuk pergi ke kamar nya.

Di ambang pintu perpustakaan tersebut ada Granger yang sedang mengawasi Silvanna sejak tadi, Silvanna pun bingung kenapa ia harus kesana tuk mengikuti nya.

"Eh Granger? Apa yang kau lakukan disini? Setahuku kau paling tidak suka membaca buku" ucap Silvanna pada Granger yang terus saja menatapnya.

"Ya Tuhan... Bidadari secantik dirinya apakah mungkin menjadi milikku" batin Granger.

"Granger! Apa kau tak mendengarkan ku?" Panggil Silvanna karena sedari tadi Granger hanya menatapnya dan tidak memberikan jawaban sedikitpun.

Granger bingung harus menjawab apa karena tadi ia tak mendengar apa saja yang di ucapkan oleh Silvanna "Anu... Itu..."

"Kenapa kau kesini? Kau kan tidak suka membaca buku" Silvanna mengulangi ucapannya tadi namun sedikit di persingkat.

Apakah Granger harus mengatakan pada Silvanna bahwa ia akan mengajaknya jalan-jalan, ia sedikit malu akan tetapi ia adalah seorang laki-laki jadi bagaimanapun dirinya harus mengatakannya pada Silvanna "Jalan-jalan bersamaku..."

Silvanna merasa bingung dengan apa yang di ucapkan oleh Granger "Hah?" Ia tidak tahu apa yang di ucapkan oleh Granger.

"Ayo jalan-jalan bersamaku, aku merasa sedikit bosan di istana Moniyan namun tidak bosan untuk menatap bidadari cantik sepertimu" Granger pun memegang tangan Silvanna kemudian menunjukkan raut wajah memelas.

Silvanna pun mengangguk kemudian mengikuti Granger yang terus saja menarik tangannya, mereka pergi melewati pedesaan dan warga desa merasa terkejut karena melihat sang Putri tengah keluar dari istana tanpa pengawalan ketat.

"Padahal aku sudah sering keluar istana tanpa pengawalan ketat, bahkan berjalan sendirian..." Batin Silvanna.

Mereka berjalan terus masuk kedalam desa, saat perjalanan mereka juga saling mengobrol walau pada akhirnya Silvanna kelelahan karena sepertinya tempat yang mereka tuju terlalu jauh.

Sebenarnya tidak, Granger hanya berputar-putar karena ingin terus bersama Silvanna hanya berdua saja. Pada akhirnya ia pun teringat tentang taman yang dekat dengan rumah Benedetta.

Granger membungkuk, Silvanna bingung apa yang sebenarnya di lakukan oleh Granger itu "naiklah" kata Granger.

Ia sebenarnya merasa tidak enak akan tetapi karena merasa bahwa dirinya sudah sangat lelah maka mau tak mau ia harus di gendong oleh Granger, Granger mempercepat langkahnya menuju rumah Benedetta.

Benedetta sedang membersihkan taman karena sudah banyak tumbuhan yang layu dan mati, agar tidak merusak lingkungan alam dan yang lainnya ia memutuskan untuk membersihkan tumbuhan yang layu dan mati itu kemudian menguburnya.

"Huh... Kapan ini akan selesai" Benedetta bergumam, tak lama kemudian Granger dan Silvanna datang ke taman itu dan Granger pun segera membantunya.

Sedangkan Silvanna ia letakkan di kursi taman karena ia merasa masih kelelahan dan kakinya sepertinya masih belum sanggup untuk berjalan jarak jauh, ketika melihat Benedetta ia bingung siapakah orang itu.

"Apakah itu pacar Granger? Atau Adiknya? Ayolah Silvanna kau tidak boleh berfikir yang aneh-aneh" batinnya.

Kemudian mereka pun selesai membersihkan taman dan langsung mencuci tangannya ke sungai lalu langsung menghampiri Silvanna yang sedang melamun sendirian.

"Ah Putri Silvanna, aku tak menyangka bahwa kau secantik itu" ucap Benedetta sambil membentangkan sebuah senyuman pada Silvanna.

Granger menatap Benedetta sesaat kemudian tersenyum padanya, hal itu membuat hati kecil Silvanna merasa sedikit... Aneh...

"Ahaha Putri kau pasti berfikir bahwa Granger adalah pacarku kan?" Silvanna pun mengangguk, Granger dan Benedetta sedikit menahan tawa mereka.

"Tidak... Kami hanyalah teman biasa, bahkan aku sudah menganggap bahwa Granger yang bodoh ini adalah sodaraku" Granger merasa sedikit emosi setelah mendengar kata 'Granger yang bodoh' itu membuatnya ingin memukul kepala Benedetta akan tetapi ada Silvanna disana.

"E-eh teman ya? Kukira kalian berdua adalah sepasang kekasih" ucap Silvanna pada Benedetta.

"Tidak... Granger selalu menceritakan ku segala tentangmu dan perasaannya padamu. Jika di lihat dari dekat kalian memanglah sangat co-" Granger langsung menutup mulut Benedetta dengan makanan yang di bawakan ya untuk Benedetta agar dia tidak memberitahukan semuanya pada Silvanna karena ia akan merasa malu nantinya.

"Granger itu tidaklah sopan!" Ucap Silvanna lembut namun tegas, "Benarkah apa yang kau katakan barusan?" Benedetta pun mengangguk sambil mengunyah makanan tadi.

Granger pun memberi tahu Silvanna siapa gadis yang berada di sampingnya itu "ini adalah Benedetta" ucapnya.

"Nama yang sangat bagus ya, apa dia sudah tahu namaku?" Tanya Silvanna pada Granger.

"Astaga bagaimana mungkin dia tidak mengetahui nama Putri yang terlahir di tempat tinggalnya" Granger pun menatap Benedetta sesaat kemudian kembali fokus pada Silvanna.

"Putri, Granger ingin mengajakmu berpacaran!" Benedetta pun segera kabur dari sana sedangkan Granger hanya diam mematung.

"Sepertinya memang Granger selalu menceritakan isi hatinya pada Benedetta" batinnya.

Silvanna : The Royal KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang