1. Him

40 3 0
                                    

𝓛𝓲𝓼𝓼𝓸𝓶𝓮
Hìm

Tinggi dan gagah, seorang berjalan layaknya presiden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tinggi dan gagah, seorang berjalan layaknya presiden. Lorong dipenuhi lautan manusia, saat mendegar bel mereka layaknya semut yang mencari sarang mereka. Lorong menjadi sunyi tak ada satupun yang berjalan, terkecuali profesor yang terkenal murah senyum, layaknya joker.

Langkahnya semakin dekat dengan kelasnya. Siswa – siswi terdiam melihatnya tersenyum lebar. Terkecuali satu orang yang menatapnya lekat dan terkagum.

"Rakai, silahkan maju untuk soal yang kemaren saya kasih"

Selangkah demi selangkah maju bertemu dengan sang idola. Tanganya yang lincah, otaknya pun sangat lincah menghitung angka, tak sangka sang idola malah menggagumi fansnya ini. Senyumnya sangat tulus kepada idolanya.

Mata profesor melihat Rakai dengan lekat, penuh makna. Nama yang bernama Rakai, Rakai Mahesa itu sangat dikagumi dengan kepintaran dan ketampanannya. Walaupun dia hanya seorang diri dan hidup seadanya dia bisa melampauinya dengan kepintaranya.

"Rakai, kamu boleh ikut keruangan saya ya"

"humm..baik prof"

"cieee...akhirnya sekian lama seorang fans prof. Lee  bisa masuk keruangannya" ucap temannya. Prof. Lee tidak menyukai orang yang masuk kedalam ruangnya tanpa seijinnya termasuk rekannya.

Mata Rakai tak bisa berkedip setelah melihat serangkaian kertas biru dimana-mana saat masuk ruanganya. Bau rumah sakit sangat lekat, karena dia dulu adalah seorang dokter, alias dokter gigi.

"ohh..rakai sudah datang, maafkan ruangannya sangat kotor"

"ahh..tidak apa apa, ruanganya sangat indah dipenuhi dengan lembaran biru, apakah anda akan membuat proyek sesuatu"

"Rakai...., saya sangat menggangumi kepintaraan mu, kau bisa saja menjadi profesor nanti kelak" ucap prof. Lee yang masih saja duduk diatas mejanya. Rakai tidak peduli dengan sikap idolanya yang duduk seperti itu, menurutnya itu keren.

"saya mau kau berpartisipasi dalam proyek rahasia saya apakah anda bersedia"

Jantungnya seperti berhenti sejenak dengan satu kalimat saja. Telinganya serasa tuli dan badanya lumpuh tak bergerak. Apa yang harus dia katakan iya atau tidak, mungkin dia akan mengatakan untuk memberinya waktu.

"saya sangat bersedia prof"

"baiklah saya sangat senang, tapi ada satu syarat untuk mengikuti proyek rahasia ini"

menyenangkan bersama sang idola bermain bersama bahkan membuat suatu proyek rahasia bersama. Syarat yang masih dipertanyakaan diotak rakai, si pintar.

ℒ𝒾𝓈𝓈ℴ𝓂ℯ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang