35. Call

2 1 0
                                    

𝓛𝓲𝓼𝓼𝓸𝓶𝓮
Cąll


Sudah 4 minggu dua insan itu berada di jeju, ternyata memang disana sangat aman untuk ditempati mereka tentunya tidak diketahui oleh musuh mereka Albert.

Selama 4 minggu terakhir ini Rakai dan Alkina sudah melaksanakan lamaran secara resmi bersama prof.lee, Altheda dan Aldi yang menyusul ke jeju.

Acara kecil-kecilan ini sangat istimewa bagi mereka dan ini juga moment yang ditunggu-tunggu untuk Alkina dan Rakai.

Semua pun berjalan lancar, bahkan prof.lee menangis karena terharu melihat Alkina sangat cantik dengan senyum yang mengembang.

Bahkan prof.lee menyarankan untuk menikah secepatnya dan semua menyetujuinya dan sekarang Alkina dan Rakai sedang mencari tempat yang pas untuk pernikahannya. Prof.lee, Altehda dan Aldi mereka sudah ssampai dihotel dan beristirahat.

Rakai terus berjalan kesana kemari untuk mencari tempat yang pas, sambil berbincang dengan pegawai yang akan membantunya disaat hari H. Lelaki itu sampai mengabaikan calon pengantinnya yang duduk didekat gubug dekat pantai.

Lelaki itupun langsung menghampiri, Alkina yang sudah mulai bosan dan lelah. Ia pun duduk disebelahnya dan memegang tangan mungil itu.

"sorry"

"for what"

"aku bentar lagi beres ngobrolnya, give me 10 minute, okey. I bee right back okay, promise" sambil mengusap puncak rambut kepala Alkina, lalu pergi meninggalnya.

"lebih dari 10 minutes, i will kill u" sahutnya sambil berteriak

"i knoww" sambil mengacungkan jembol dan berlari lagi mendekati tempat pernikahannya. Ia pun tersenyum melihat Rakai disebrang sana, sambil meminum sebuah botol minuman segar.

Dari satu sisi, ia melihat gadis yang sedang duduk disebuah gubug dekat pantai. Ia memotret setiap sisi perempuan itu, lalu mengirimnya kepada seseorang.

Hpnya pun menyambungkan kepada seseorang dengan suara beratnya.

"pak, semua aman terkendali, bahwa ia adalah Alkina"

"bagus, saya dan tim akan pergi kesana awasi dia terus"

"baik" lalu ia menutup telfonnya yang bertulisan nama seseorang di layar ponselnya

Albert.

🖤🖤🖤

Setelah beberapa jam mereka sudah sampai didaerah tempat mereka menginap bersama selama ini. Alkina pun merebahkan tubuhnya ke kasur yang empuk dan merenggangkan badannya yang pegal.

Tanpa basa-basi mereka bergiliran mandi lalu tidur setelah makan. Karena hari ini sibuk dengan banyak kegiatan jadi mereka mengharuskan tidur lebih cepat, supaya besok kembali pulih dan energi pun penuh kembali.

Mereka pun tidur bersama dengan lelap sambil berpelukan bersama. Layar hp menyala beserta iringan musik yang menggangu tidur mereka berdua, tidak ada yang bangun lalu beberapa menit kemudian suara itu terdengar lagi yang mengharuskan Rakai bangun dari tempat tidurnya

Lelaki itu melepas pelukan Alkina lalu pergi agak jauh dari Alkina supaya tidak menggangunya. Ia mengangkat telfon yang tak dikenal itu bersamaan ia melihat pemandangan pulau jeju pada jam 1 malam.

"apakah aku di invite dalam pernikahan mu nanti Rakai?"

"mau lo apa" Rakai sedikit meninggikan suaranya karena marah, tahu lah sapa yang menelfon larut malam seperti kalau bukan Albert.

"i want the proyek, give me Alkina orr..."

"or what humm...."

"i will kill everyone yang kau cintai, termasuk Alkina tersendiri"

"kalau lo bunuh Alkina sekalipun, lo juga gak dapet apa -apa"

"thats right, saya tidak akan membunuh Alkina hanya saja akan mengubah ingatannya, yang akan tak kenal sapa sapa termasuk kau, Rakai"

"make choice, give me Alkina dengan ingatannya or Alkina yang tidak tahu apa apa"

"sebelum rencanamu berhasil aku sudah membunuhmu"

"really??, will see, good night Rakai"

Telfon itu mati yang berada digengamannya, ia menggegam erat sampai tangannya berkerut dan muka yang sudah tidak bisa terkontrol lagi.

"siapa yang nelfon, kai?" ia pun berjalan ke sumber suara dan menyimpan handponenya diatas nakas, lalu memeluk Alkina sembari mengecup keningnya.

"ganggu ya?, sorry bobo lagi yuk" sambil memeluk Alkina, tapi muka gaids itu masih penasaran siapa yang menelfon Rakai jam segini.

"Langit, biasa si eta mah bawel lah you know lah" sahut Rakai yang tahu raut wajah Alkina yang seketika berubah lalu membulatkan mulutnya.

Mereka pun berpelukkan sambil tertidur kembali, kecuali Rakai yang terus memikirkan kata-kata Albert ia tahu Albert tak akan main-main dengan kata-katanaya.

Apapun yang terjadi, Rakai bakal bersama Alkina sekalipun ia kehilangan ingatanya Rakai bakal memulai dari awal lagi bersama, asalkan dengan Alkina.

🖤🖤🖤







Voteeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee

ℒ𝒾𝓈𝓈ℴ𝓂ℯ [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang