Selamat hari raya Idul Adha yang ke 1442 H.
Minal Aidzin Wal Faidzin 🙏🏻
. . .
Happy reading!!
•
•Kedekatan hari ini adalah hasil dari sebuah pertemuan kemarin.
⛅ ⛅ ⛅
"Dek, mulai sekarang kamu harus lebih berani lagi, jangan takut kepada siapapun kecuali kepada sang pencipta kita, jangan takut ke mereka jika kamu merasa tidak bersalah. Jika itu benar kamu harus berani membuktikan kebenarannya, Dek," ujar Lindo sembari mengolesi selai coklat ke roti tawar yang akan di makan Belin sebelum berangkat sekolah.
Belin yang tadinya mengenakan kos kaki telah selesai lalu mendongak. "Iya Belin akan usahain, Kak," balasnya penuh cengiran khas. Ia mencuci tangan di mangkuk terisi air lalu mengambil roti tersodorkan.
"Kamu harus bisa berani, Dek, nggak boleh takut jika kita nggak salah. Tapi ingat juga didikan orang tua kita dan Kakak. Beranimu harus ditempatkan dan tidak melawan orang yang lebih tua dari kita. Namun, jika lebih tua dari kita melawan jangan membalas balik, Dek, jangan mentang-mentang berani lalu melawannya begitu saja. Tidak seperti itu, tapi yang Kakak maksud jangan takut kepada mereka jika kamu tidak bersalah tidak untuk melawannya balik. Mengerti, Dek?"
Lindo memberi nasehat panjang sepagi ini. Padahal adiknya tak pernah seperti itu harus melawan mereka meskipun ditindas berkali-kali. Belin yang mengerti hanya mengangguk sembari memakan roti tawarnya.
"Buku PR mu sudah masuk ke tas belum?" tanya sang Kakak sembari mengecek tas. Dia sangat perhatian dengan adiknya.
"Astaga untung Kakak ingatin, Belin hampir lupa bawa."
"Yaudah Kakak ambilkan dulu di kamar, kamu lanjutkan makan."
Tak butuh lama Lindo mengambil, memasukkan ke dalam tas lalu membantu Belin mengenakannya.
"Sebentar lagi kamu ujian kenaikan kelas, Kakak akan giat ajarin kamu sampai bisa dapat nilai sempurna nanti. Kakak nggak akan lembur lagi dan pulang sore dari sekarang," ujarnya lagi.
"Belin takut nggak bisa dapat nilai sempurna seperti apa yang Kakak inginkan, Kakak tahu 'kan otak Belin pas-pasan." Perempuan itu menatap nanar Lindo.
"Jangan pesimis duluan ih. Ada Kakak di sini bantu kamu. Bukannya selama ini kita selalu belajar? Kakak ajarin." Terjeda sebentar, "Kakak tahu kamu bisa, Dek. Kakak sendiri liat perkembangan kamu sampai sekarang. Kamu bahkan sudah bisa mengerjakan tugas yang lain tanpa bantuan Kakak lagi. Tinggal bagian perhitungan yang harus dipermantap."
Memang benar apa yang dikatakannya, 2 bulan belakangan ini Belin sudah bisa mengerjakan tugas tanpa bantuan tentunya dengan buku paket dimiliki. Perkembangannya mulai terlihat. Bahkan Lindo tak akan pernah bosan mengajar dan membantu meski itu tidak harus tiap hari dikarenakan keseringan lembur belakangan ini.
"Beneran Belin akan bisa dapat nilai sempurna, Kak?" Suara itu sangat pelan tak yakin dengan kemampuannya.
"Kakak yakin Adiknya Kakak yang gemesin ini bakal dapat nilai sempurna di ujiannya nanti! No debat!" Mencubik pipi Belin lembut lalu beralih ke kepalanya. Menyisir rambut yang mulai panjang lalu mengikat satu.
"Nah, Adik Kakak sudah cantik, habisin rotinya, minum airnya lalu pake sepatu. Kakak mau manasin motor dulu."
"Siap Abang ganteng!" puji Belin hingga suaranya menggema sepanjang ruangan kecil itu. Lindo hanya menggeleng kecil melihat tingkahnya sambil berjalan menuju pakarangan rumah .
KAMU SEDANG MEMBACA
BELINDA (END)
Teen FictionLelah. Satu kata yang menggambarkan diri seorang Belinda, gadis remaja yang harus melalui pahitnya kehidupan. Membungkam air mata yang harus tergantikan oleh senyum merekah untuk terlihat kuat menghadapi keadaan. Banyak yang membenci, menghina, men...