Eight √Shy

410 35 4
                                    

Engkau masih mengelak karena dirimu yang terlalu malu menyadari.


⛅ ⛅ ⛅

Seperti biasa empat serangkai itu keluar dari kelas menuju basecamp-nya dengan cengiran khas tak luput dari rasa cool. Namun, satunya berbeda, wajahnya selalu datar tanpa berekspresi sedikitpun.

Tadi kelas 12 A mengadakan ulangan harian yang telah disampaikan seminggu kemarin. Nilai empat serangkai itu selalu tertinggi dari teman-teman kelasnya.

Mereka selalu mempersiapkan diri jika ada ulangan seperti ini. Kecuali Gavin yang hanya belajar dadakan tengah malam. Beruntung daya ingat Gavin kuat mampu mengingat rumus-rumus fisika cepat.

Kini mereka masuk basecamp a.k.a Kantin Jupiter, mereka tidak langsung duduk melainkan mengambil minuman masing-masing dari lemari pendingin putih yang telah tersedia. Isi lemari pendingin itu akan selalu terisi setiap pekan dengan berbagai varian rasa menuman botol. Jadi mereka tidak akan khawatir stok dalam sana habis.

"Wih, Bro ... untung otak gue kuat. Bisa inget rumus bejibun semalam. Andai tidak? Mungkin gue bakal terlempar. Bukan apanya. Malunya nggak banget dapet nilai di bawah seratus," ujar Gavin lalu membuka penutup botol minumannya. 

Baru saja menyeruput beberapa tegukan tiba-tiba pandanganya terarah pada tiga cewek berbibir merah mengkilat di tambah lagi kipas bulu merah mencolok di tangan dari kaca transparan. "Uhuk ... uhuk ...."

"Minum tuh hati-hati kali, Vin," timpal Kevlar menepuk-tepuk pundak sang sahabat.

"Gawat, Kev. Mantan lo si Cristal mau ke sini. Tuh, ada Frinska gatel lagi." Kevlar melihatnya. Cristal berjalan cantik menuju ke Jupiter.

"Mampus gue!" Kevlar gelagapan mencari handphone di sakunya. Ia mengetik sesuatu lalu dikirim.

"Kalian mau makan apa hari ini?" tanya Bisma sebelum ke wanita di balik dapur mini Jupiter.

"Apa aja asal pake nasi," sahut Gavin setelah selesai tersedak. "Lo?" Mata Bisma melirik Kevlar.

"Samaiin aja. Biar Mbak Priya masaknya cepat."

"Gue juga itu," sahut Rayan.

"Oke, deh." Bisma menuju dapur mini memesan 4 nasi putih beserta sepotong crispy ayam penyet.

Sebelum duduk kembali, Bisma mengambil  buah dari dalam lemari pendingin. Hanya ada buah apel, piar, lengkeng dan semangka yang tersisa. Biasanya buah tersedia ada 10 macam. Mungkin Mbak Priya belum memesan.

Basecamp-nya memang tempat khusus di bangun untuk keluarga Fernandez apabila mereka ingin makan. Di sana tak kala bersih dari kantin-kantin lain. Pot kecil di sekeliling beserta isinya sangat menyegarkan pandangan.

Tak lebih sofa sebagai tempat merehatkan pinggang dan punggungnya bukan kursi biasa. Lemari pendingin buah dan minumanpun berbeda. Berbagai snack-snack berjejer rapih. Paling mengasikkan apabila keluarga atau teman terdekat Fernandez makan di sana tak perlu mengeluarkan lembaran uang. Karena isi beserta gaji sang pemasak akan terisi sendiri dan di bayar oleh keluarga Fernandez setiap bulan.

Author pengen makan di sana ah, gratis tiap hari. Huhu.

"Beb, aku tadi dari kelas kamu lo. Tapi kamunya udah ke sini duluan." Cristal masuk begitu saja, berlari kecil bergelayut manja di lengan Kevlar.

Dan Frinska tak kalah genit lagi. Ia terlebih dulu mendudukkan bokongnya dekat Gavin. Sedangkan Prisila mendekat ke Rayan, sesekali ia memanggil namun di acuhkan.

"Lepasin! Lo bukan pacar gue lagi! Ingat itu, Cristal! Gue dan lo sudah putus!" Kevlar berusaha menyindirkan tangan putih mulus Cristal.

"Maafin aku, Beb. Tolong jangan putusin aku. Kasih aku kesempatan kedua. Aku nggak bakal ulangin kesalahanku lagi. Aku mohon ...." Cristal makin menjadi. Tangannya liar mengelus rahan pipi Kevlar.

BELINDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang