Twenty-One √ Practice

329 29 1
                                    

Yang tulus akan selalu bertahan meski banyaknya badai yang selalu menerpa.


⛅⛅⛅

Hampir semua pasang mata penghuni sekolah menatap tidak suka kepada ketiga manusia yang tengah bersama. Dua sosok pemuda dan satu perempuan yang tengah duduk menunduk sembari di dorong menuju kelas.

Laki-laki berjangkun yang tengah mendorong kursi gadis itu hanya cuek kepada mereka yang menatap sinis bahkan berani terang-terangan berkata yang tak pantas didengarkan. Hal itu membuat hati sang gadis mendengarnya terasa perih.

Bukan perkataan biasa yang terlontar, melainkan mereka bercerita seakan gadis ini menggunakan ilmu hitam menarik kedua idolanya. Dicacinya dengan sebutan perempuan tidak memiliki harga diri, di cap sebagai perempuan murahan.

Namun, ia hanya diam, kata mereka sudah menjadi santapan pagi. Perkataan yang sering keluar dari dulu telah membuatnya kebal sehingga ia tidak terlihat sebagai gadis lemah.

Gadis itu hanya tersenyum simpul sambil menunduk mendengar semua ocehan itu. Sedangka laki-laki yang satu hanya acuh dan fokus pada handphone dimaininya.

"BELIN!!!" Retha gadis cantik yang kini tersenyum hangat sembari melambai tangan ke Belin. Perempuan disapa tadi juga ikut menarik bibirnya melengkung.

"Jaga baik-baik gue pergi ke kelas dulu," kata Rayan berhenti mendorong kursi roda Belin ketika sudah berada di depan kelas, tepat dihadapan Retha.

"Oke!" Retha mengambil alih mengganti Rayan di belakang kursi tadi.

Rayan kembali berjalan menuju kelas, sebelum Kevlar mengekor dibelakang. Ia terlebih dulu pelototi Retha mengingat kejadian kemarin di kantin sudah mempermalukannya. Retha juga balik menjulurkan lidah seperti meremehkan pemuda sombong itu.

Tanpa disadari mereka berdua menjadi bahan tontonan siswa-siswa yang ada. Seakan ada cemburu melihat kedekatan manusia ini, apalagi Retha dulu terkenal sebagai gadis cuek dan dingin. Dan sekarang? Gadis itu benar berubah, ia menjadi periang dan banyak bicara sejak Belin menjadi temannya.

"Ayok, Kev," sahut Rayan dari jauh saat menyadari Adiknya itu masih di sana.

* * *

Retha sangat terlihat cemberut ketika namanya disebut beserta teman kelompoknya nanti. Andai saja Bu Marvel yang masih fokus menyebutkan nama-nama murid yang sudah diatur kelompoknya masih bisa diajak negoisasi ia lebih baik mencari teman kelompok lain daripada bersama pemuda gersek, menurutnya.

Sangat menyebalkan saat tahu nanti harus menghabiskan waktu berdua bersamanya. Bukan tidak ingin memang tidak mau dengannya, sosok yang sudah mempermalukan dan mempermainkan sahabatnya Belin. Sampai sekarang Retha masih membenci sosok itu.

Kevlar?! Yah, sosok manusia yang dibenci Retha. Dan menurutnya manusia itu tak pantas dikatakan manusia karena kelakuan dimiliki tak berperikemanusiaan. Satu tahun lebih Retha mengamati laki-laki itu, orang-orang tiap menit, tiap jam, tiap hari membecirakannya. Tidak ada hal dibanggakan buat membicarakan Kevlar, kata Retha setiap saat mendengarkan nama pemuda tadi disebut.

Rela tidak rela Retha harus menerima sebuah keputusan, Bu Marvel sudah mengatakan terlebih dulu kalau kelompok ini sudah diatur oleh Kepala Sekolah beserta rekan-rekan guru Stailyn High School. Mau menolak dengan membanting yang ada di kelas ini juga tidak bisa.

"Dan yang terakhir Belinda Ardella kolaborasi dengan Rayan Melviano Fernandez," ucap Bu Marvel sambil tersenyum menutup buku catatan tadi.

BELINDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang