Happy reading!!!
•
•Kini kebahagian pun tiba. Dan dialah penakluk hati sesungguhnya. Untuknya sang pelipur lara hari ini ataupun esok dan seterusnya.
⛅⛅⛅
Sedari tadi Rayan berusaha mengontrol diri, menahan kecemburuan sedang membludak di hatinya. "Akan tetapi ...." Senyum Belin tak henti-henti mengarah pada Kevlar. Yang tak pernah terduga ketika tangan Belin perlahan meraih tangan Kevlar.
"Katakan yang ingin kamu katakan Belin," ujar Kevlar sembari mengukir senyum. Entah kenapa hatinya mengatakan hal lain jika dia harus bisa menerima kenyataan dari Belin. Di sisi lain Retha hanya diam menyaksikan semuanya. Sedangkan Barnu-ayah dari Belin juga terdiam menyimak pembicaraan.
Barnu telah memberi kepercayaan pada putrinya. Kebahagian Belin merupakan kebahagian dirinya juga sekarang. Belin menghela napas, menutup mata sejenak seakan mengumpulkan nyawa. Dia tetap tersenyum menatap Kevlar di mana digenggamnya tangan kekar dengan kedua tangan kecil Belin.
"Sayangnya Belin ke Kak Kevlar tidak lebih dari seorang Kakak." Ups. Terjeda sejenak. Kevlar berusaha mencerna kalimat Belin tadi. "Maksud Belin, memang iya Belin suka ke Kak Kevlar, Belin sayang Kak Kevlar, semuanya karena Belin anggap Kak Kevlar seorang Kakak sekaligus temannya Belin." Tak ada yang menyahut. Kepala Rayan tadinya tertunduk kini perlahan mendongak.
"Belin sudah mengatakan hal dari hati Belin, maaf 'kan Belin, Kak, jika ini menyakitkan."
Perasaan Kevlar benar jika dirinya memang harus bisa menerima hal pahit ini. Memang dia sayang ke Belin dan tak bisa kita pungkiri rasa itu. Dia juga mengatakan ingin melihat Belin bahagia, cukup jika dirinya di masa lalu sering menyakiti kekasih hatinya saat ini.
"Gue mengerti maksud lo, Bel." Setelah dari tadi diam dan hanya ada keheningan, Kevlar kemudian angkat suara. "Gue sudah bilang 'kan nggak akan maksa lo, gue ingin lihat lo bahagia saja," ujar Kevlar. Ditariknya bibir membentuk lengkungan menyenangkan.
"Terima kasih telah ngertiin Belin, Kak."
"Kalau boleh tahu sebenarnya siapa yang benar lo inginkan dihati lo, Bel." Pertanyaan Kevlar menjadi pertanyaan untuk semuanya yang ada saat ini.
Belin terdiam sembari melirik orang-orang disekitarnya. Ditatapnya Rayan kurang lebih lima detik barulah kembali menatap Kevlar. "Awalnya Belin tak terlalu mengerti apa itu cinta kecuali cinta yang diberikan kak Lindo karena di situlah Belin akan selalu nyaman dan merasa terlindungi."
"Belin merasa cukup kak Lindo yang ada dan Belin tak butuh siapapun lagi ... akan tetapi, seiring waktu berjalan Belin mulai menyadari perasaan Belin yang sebenarnya." Semua menyimak gadis itu bercerita. Terlihat dia sedang menahan air mata ingin turun mengingat masa-masa bersama kakaknya dulu.
"Apa yang Belin rasakan ke kak Lindo dulu juga terasa saat Belin bersama ...." Kembali terjeda, Retha hanya tersenyum dia tahu dan mengerti seseorang yang akan dimaksud Belin.
"Siapa, Bel?" Bukan Kevlar yang bertanya melainkan Rayan sangat spontan ikut penasaran.
Belin melirik Rayan. "Itu Kak Rayan sendiri," ujar Belin disusul senyuman. Perlahan Kevlar menarik tangannya dari genggaman Belin. Lagi-lagi hanya bisa tersenyum kecut. Jika memang Rayan merupakan kebahagiaan Belin, lalu apa haknya ingin memaksakan kehendak?
Rayan masih mengelola perkataan Belin. Dia sangat terkejut mendengar ini langsung dari perempuan yang disayang. Ternyata perasaannya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan. Sangat jelas terlihat mekaran senyum dari bibir Rayan dengan sorot mata menggambarkan perasaannya begitu bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELINDA (END)
Teen FictionLelah. Satu kata yang menggambarkan diri seorang Belinda, gadis remaja yang harus melalui pahitnya kehidupan. Membungkam air mata yang harus tergantikan oleh senyum merekah untuk terlihat kuat menghadapi keadaan. Banyak yang membenci, menghina, men...