Mencintainya adalah bukan pilihan, perasaan tak dapat dipaksakan. Jika memang ini kenyataan, jangan sampai membawa keperihan.
⛅⛅⛅
Seorang pemuda tengah berlari tergesa-gesa disusul satu perempuan dibelakangnya. Mereka segera masuk ke dalam rumah besar sangat panik. Beberapa pelayan masih mengepel tegel di mana darah segar Kevlar ada. Untuk pecahan beling sudah dipungut rata sampai bersih.
"Mana Kevlar, Bi?" Terdengar nada suara begitu khawatir. Dia Rayan. Kakak sepupu dari Kevlar.
"Ada di dalam kamar Tuan Muda. Dari tadi diketuk-ketuk belum juga mau dibuka. Padahal tangannya sangat terluka, darah dari tadi mengalir dari tangannya," jelas wanita tersebut. Nada suaranya juga terdengar sama khawatirnya dengan Rayan.
"Bel, ayok naik ke atas." Langsung saja Rayan menarik pergelangan tangan seorang gadis sedari tadi bersamanya.
Anak tangga demi anak tangga berhasil dilewati. Bahkan, tegelnya sudah bersih dari bekas darah Kevlar. Terlihat satu wanita bisa dibilang kepala dari seluruh pekerja rumah ini. Dan Rayan kenali wanita itu sudah sangat lama mengabdi bekerja dari yang lain di rumah besar milik keluarga Fernandez.
"Kevlar ini gue ayok buka!" Spontan Rayan langsung saja mengetuk pintu kamar begitu keras.
Belin berbalik menatap wanita disampingnya. Jika memperkirakan umur wanita tersebut pasti seumuran dengan Ibunya sekarang. "Tidak apa-apa," ucap Belin sangat ramah. Beliau sudah meneteskan air mata melihat kondisi Kevlar yang tidak terdefinisikan.
"Nggak ada sahutan, Bi. Rayan dobrak aja pintunya, ya?" tanya dia tak ingin berlama-lama menunggu tanpa kejelasan pasti dari orang dalam kamar.
"Silakan Tuan Muda. Dari tadi mau dobrak tapi kami takut. Jika Tuan Muda Rayan melakukan itu tidak apa-apa."
Rayan langsung mengangguk mengerti maksud wanita tadi. Tanpa berniat mengulur waktu lebih lama dia langsung saja mendobrak pintu. Sayangnya dobrakan pertama tidak berhasil. Rayan memulai kembali dan bahkan lebih keras meski tubuhnya sakit akan itu tidak akan terasa disituasi ini.
Namun, hasilnya tetap sama. Rayan memundurkan diri bersiap bersentuhan dengan pintu mewah hadapannya. Dengan sekuat tenaga alhasil kunci begitu keras menyerah dan bisa terbuka. Mengenai kerusakan akan bisa diperbaiki lagi nanti.
Mulut Belin sedikit terbuka, sangat kaget melihat kondisi Kevlar sedang terkapar di kasur. Darah segar membanjiri kasur sampai kasur tersebut berlumuran darah begitu banyak. Mulut Belin langsung ia bungkam setelah sadar. Rayan lari dan langsung menepuk-tepuk pipi Kevlar masih setengah sadar.
Bibi tadi langsung mengeluarkan perban ingin membersihkan tangan Kevlar terlebih dulu. "Jangan sentuh!" ketusnya masih dalam setengah sadar. Spontan tangan diangkat ke atas dada bidangnya.
"Tuan Muda tangannya harus diobati dan diperban supaya darahnya tidak ngalir terus menerus seperti ini," ucap dia begitu cemas melihat kondisi sang majikan.
"Nggak usah!" pinta Kevlar menggeleng-geleng kepala dengan mata setengah terbuka.
"Maafin gue Belin," gumam Kevlar sangat kecil, namun, masih bisa terdengar ke telinga Rayan dan Belin.
"Maafin gue Belin." Belin kikuk ketika namanya disebut-sebut Kevlar. Yakin bahwa pemuda ini tidak sadar akan kehadiran Rayan dan Belin. Namun, tiap suara yang ada masih terdengar jelas ke telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELINDA (END)
Teen FictionLelah. Satu kata yang menggambarkan diri seorang Belinda, gadis remaja yang harus melalui pahitnya kehidupan. Membungkam air mata yang harus tergantikan oleh senyum merekah untuk terlihat kuat menghadapi keadaan. Banyak yang membenci, menghina, men...