Fiveteen √Break

403 33 2
                                    

Suatu garis titik yang salah letak, akan membuat garis lain ikut serta.


⛅ ⛅ ⛅

"Lo napa cengar-cengir gitu bego," ujar Bisma pada Kevlar sedari tadi senyum tak menentu. Kevlar belum tersadar suara Bisma mau tak mau Bisma menjitak kening.

"Buset njir! Lo napa ganggu hidup gue mulu. Gue lagi bahagia tau!" kesal Kevlar membalas jitakan Bisma. Setelah kening beralih ke lengan sampai menendang kaki dari bawah meja.

Kevlar melotot, "jangan tendang terus, ntar celana impor gue kotor."

"Celana gue lebih mahal dari lo." Bisma balas melotot.

"Eleh. Celana jamuran gitu di banggain."

"Lo itu ngajekin ngegulet, hah? Mata lo katarak? Celana impor gini di katain jamuran. Keknya lo harus operasi mata, deh."

Rayan acuh, ikut pertengkaran mereka bagaikan Tom and Jerry apabila bertemu. Lebih baik membaca novel terjemahannya sekarang sembari menyeruput jus jeruk. Begitupun sosok manusia manis sedang tertawa membalas chat dari sang pacar. Gavin.

Drtt ... drtt ... drtt

Suara deringan hp milik Kevlar berhasil melerai pertengkarannya dengan Bisma.

"Calpac gue telepon. Lo jangan ganggu, minggir Bianglala, hush ... hush," kata Kevlar asal padahal belum melihat siapa yang tengah menelpon.

Kevlar mengibas tangan layaknya mengusir anak kucing. Bisma gerang melihat Kevlar langsung berdiri tanpa izin menarik rambut Kevlar dari belakang.

Oh ternyata itu adalah video call dari sang paman. "Gaswat!" Ia menghiraukan Bisma menarik rambutnya yang berantakan .

Rayan masih fokus ke buku, Kevlar berkacak pinggang lalu menghela napas. Sang paman menghubunginya karena Rayan menonaktifikasi hanphone miliknya lagi.

Tatapannya kesal melihat Rayan yang tak berubah. Tanpa basa-basi, bokongnya segera di geser berdekatan Rayan.

"Woi, Abang! Paman vc an, nih."

Tanpa melirik ke Rayan. Kevlar segera menggeser layar ponsel. Ia tersenyum sumringah ketika melihat pria baya dari sebarang sana.

"Assalamualaikum, Nak."

"Waalaikumsalam, Yah."

"Waalaikumsalam Paman ganteng." Cengiran Kevlar berhasil sang paman ikut tersenyum.

Sedangkan orang di sampingnya masih berwajah datar. Sesaat menatap adiknya intens.

"Rayan, sudah dua kali Ayah telepon tapi kamu tidak angkat."

Sudah kebiasaan Rayan ketika membaca ponselnya akan di mode pesawat. Malas jika ada yang mengganggu dirinya.

"Maaf, Ayah, tadi aku lagi baca."

Tangan Rayan mengambil buku dan memperlihatkannya ke Ayah.

"Kamu tuh kebiasaan sekali ya, Nak."

"Tau tuh si Abang, udah dingin, udah jomblo, masa hape juga di nonaktifkan, sih. Kuker banget. Marahin Paman. Untung tadi ada Kevlar yang gantengnya ngalahin Justin Bieber selalu saja siap siaga. Hanphone bakal on terus."

"Nggak ada yang nanya." Rayan menoyor kening Kevlar dengan buku.

"Lo jahat banget, sih! Emang nyatanya gitu, wleek. Dasar jomblo!"

"Sudah-sudah jangan ribut. Ayah mau bicarain sesuatu. To the poin aja. Satu jam lagi Ayah akan ke Singapure urusan kerjaan. Fernandez Hospital sedang ada masalah. Kemungkinan Ayah akan seminggu di sana."

BELINDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang