Tak ada salahnya untuk menunjukkan bakat yang kau miliki. Dan buang pikiran negetifmu mengenai dirimu sendiri. Jangan salahkan dirimu yang selalu berpikiran tak memiliki kelebihan apapun. Sesungguhnya, manusia memiliki kelebihan tanpa mereka sadari.
⛅ ⛅ ⛅Belin dan Retha kini berada di kantin Mars mengisi perut sedari tadi kelaparan minta isi. Belin tidak lagi membawa bekal. Bukan ia tidak mau membawanya melainkan Retha lah memintanya, agar Retha bisa ke kantin bersama Belin terus.
Masalah uang jajan? Retha yang akan menanggungnya. Belin merasa tidak enak hati atas kebaikan Retha selama menjadi temannya. Entah bagaimana membalas kebaikan Retha nanti.
Hampir puluhan kali Belin menolak, Retha tetap bersikeukeuh jika ia masih ingin berteman dengannya harus ke kantin bersama.
"Mie gorengnya enak, nggak?" tanya cewek berwajah blasteran korea setelah menyendok mie kuahnya ke mulut.
"Enak banget, makasihhh Retha!"
"Apaan, sih, sudah sepuluh kali lo terima kasih mulu," sungut Retha sedikit cemberut melihat Belin yang selalu mengucapkan terima kasih.
"Eh, jangan cemberut, Belin memang terbiasa bilang terima kasih ke orang baik seperti Retha," ucap Belin sembari berhenti makan sejenak. Wajahnya terlihat sangat lugu.
"Gue teman lo Belin. Kini kita sahabat! Antar sahabat nggak boleh bilang makasih!" Retha memajukan sedikit kepala ke depan Belin. Ia menggigit bibir bawah.
"InsyaAllah, Belin usahain, ya." Namun, Belin hanya tertawa tanpa suara memperlihatkan deretan gigi putihnya.
Retha tidak menanggapi. Ia kembali ke posisinya dan melanjutkan makan. Bola matanya keliling jengah dengan sikap Belin.
Hening, Belin maupun Retha memakan makanan tanpa suara. Retha masih sedikit kesal dengan Belin tadi.
"Wah ... wah ...." Suara tepukan tangan dari meja mereka berdua mau tidak mau mendongak sebentar.
Betapa terkejutnya Belin melihat cewek berpakain ketat dengan sepatu high heels 5 cm melekat pada kakinya.
Tangan Belin seketika dingin, kaki di bawah meja bergetar. Sedangkan Retha hanya terlihat santai menatap senior yang di puja banyak orang berkat dirinya bisa menjadi seorang model remaja sekarang.
Retha menaikkan sebalah alisnya. "Kak Alice kenapa?" tanyanya dingin dan datar.
"Nggak papa ... gue cuma mau duduk bareng anak ini makan aja," tunjuk Alice ke Belin.
"Bo-boleh, Kak." Sebenarnya Belin takut tapi ia masih membiarkan harimau duduk dengannya.
"Jangan sampai lupa kalo lo tuh model, jaga citra kita ke anak-anak lain. Gue nggak mau repotasi gue sebagai penyanyi hancur gara-gara ngebully anak ini di sini. Oke!" bisik Naura sedikit memperingati Alice. Jangan karena emosi ia bisa merusak harga dirinya seorang model.
Alice duduk tepat di samping Belin sedangkan temannya Naura berhadapan dengan Alice, tepat samping Retha.
Saat mereka duduk, beberapa murid selaku adik kelasnya menyodorkan sebuah buku dan pulpen dimintai tanda tangan. Dengan senang hati Alice maupun Naura memberikan tanda tangannya.
"Gue model dari sekolah ini. Dan teman gue penyanyi muda terkenal se-Indonesia dari sekolah ini juga!" ucap Alice tenang sedikit berbisik menjawab kebingungan Belin.
"Uhuk ... uhuk ...." Belin tersedak mendengar kalimat barusan. Ternyata orang di sampingnya ini telah menamparnya di toilet adalah seorang model? Maklum, Belin jarang menonton TV hingga dia kurang tahu perihal artis-artis ini , a.k.a sang senior sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELINDA (END)
Teen FictionLelah. Satu kata yang menggambarkan diri seorang Belinda, gadis remaja yang harus melalui pahitnya kehidupan. Membungkam air mata yang harus tergantikan oleh senyum merekah untuk terlihat kuat menghadapi keadaan. Banyak yang membenci, menghina, men...