Sixteen √Tantrums

349 32 3
                                    

Ketika orang yang kita sayangi tergeletak lemah diatas tangan mereka yang tengah tertawa ria akan membuat hatimu teriris melihatnya.

⛅ ⛅ ⛅

"Bel, hari ini gue latihan karate. Lo mau ikut temani gue, tidak?" tanya Retha sedikit berbisik. Beruntung tadi sempat makan kembali sebelum bel masuk.

"Em ... maaf Retha, Belin nggak bisa, ada janjian sama kakak." Lagi-lagi Belin harus berbohong karena tubuhnya kembali sakit. Tendangan para warga kemarin mulai terasa nyeri.

Pesan Dokter dia harus istirahat di rumah dan tidak ke sekolah beberapa hari. Sayang, Belin tidak menuruti kata sang Dokter. Alhasil dia selalu kesakitan, dan meringis diam-diam.

Jika tidak ke sekolah. Alasan apa yang harus dia jawab dari pertanyaan Lindo?

Sebenarnya Belin juga ingin cerita ke Retha, hanya saja ia takut jika Retha bercerita ke Lindo. Pasti Lindo akan bersedih dan selalu merasa bersalah.

Ya Allah, kenapa tubuh Belin semakin sakit. Tolong Belin Tuhan, semoga sakit ini mereda kembali.

"Iyakah? Janjian apa itu?"

"Ehehe, rahasia," ucap Belin menahan sakit.

"Nyebelin, main rahasia," sungut Retha memutar bola matanya malas.

"Bukan janjian apa-apa, kok. Cuma janjian biasa aja."

"Yakin, nih?"

"Yakin dong!" Belin mengangguk antusias.

Retha masih ingin bertanya namun bu Marvel mulai berdiri dari duduk menjelaskan materi kembali setelah melihat hasil laporan kehadiran anak walinya dari sekertaris kelas ini. 11 B.

Belin menghela napas panjang. Ia membekap mulut sendiri takut jika meringis tiba-tiba. Rasa sakit punggungnya tak menentu kapan datang. Bisa saja langsung nyeri dan sakit bisa saja mereda kembali.

"Materi bulan ini adalah musik anak-anak. Kebetulan sekali dua minggu mendatang perayaan hari jadi Stailyn High School yang ke 27 tahun."

Murid-murid bertepuk tangan bersemangat. Ini yang mereka tunggu-tunggu. Acara terbesar dari sekolah setiap tahunnya.

"Ibu telah merancang sedemikian dan berdiskusi dengan bu Niken. Tahu kan bu Niken?"

"Iya, Bu."

"Guru kesenian kelas 12, Bu."

"Guru teramah di Staylin High School."

"Jarang marah juga."

Sahutan anak-anak diangguki Bu Marvel. Memang benar apa yang mereka katakan tadi. Belin baru tahu hanya bisa ber O ria.

"Jadi, Ibu dan bu Niken sudah menunjuk kelas mana yang akan dipilih untuk tampil di acara nanti. Kelas kalian, dan kelas 12 A yang terpilih. Berhubungan materinya Ibu adalah musik. Maka dari itu Ibu akan menilai penampilan kalian di atas panggung nanti."

Semua bingung dan sedikit kesal. Bu Marvel seakan mengambil kesempatan di hari baik itu. Padahal mereka ingin menghabiskan waktu bersenang-senang. Kenapa juga harus ada penilaian saat itu pula.

Namun, ada pula anak-anak senang bertos ria termasuk Cristal and geng.

"Bagaimana dengan collab yang Ibu maksud?" sahut Heril mewakili pertanyaan anak lain. Heril ketua ter-peka.

"Ibu akan membagi kelompok kalian dengan murid kelas 12 A. Bisa dua, tiga, empat dan lima orang dalam satu kelompok. Ibu akan memberi tahu apa yang akan tampilkan, namun, lagu yang akan kalian inginkan terserah, bebas. Bukan Ibu yang menentukan. Ibu hanya menentukan bagaimana konsepnya nanti. Kalian akan berkolaborasi dengan kakak kelasnya. Terserah mau ambil instrumen apa yang kalian ambil. Sampai di sini paham?"

BELINDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang