Nineteen √Gift

359 29 4
                                    

Hari ini adalah hari di mana Belin telah diperboleh kan pulang setelah rawat inap 2 hari lamanya di Rumah Sakit. Selama itu pula Rayan, Kevlar dan Retha menjenguk Belin sepulang sekolah.

Masalah persoalan biaya Rumah Sakit Rayan telah melunasi semua di mana Belin harus dirawat hari itu juga. Hal itu membuat Lindo merasa berhutang budi pada Rayan.

Meski hidup dikeluarga kelas atas dengan bergemilang harta. Uang yang digunakan membayar biaya Rumah Sakit terbilang mahal menggunakan uang tabungan sendiri. Author salut sama Rayan :')

Kini Belin, Rayan, Kevlar dan Lindo berada di ruang tamu kecil. Retha juga telah pulang dikarenakan harus latihan karate hari ini. Ruang tamu juga ikut damai usai pertengkaran Kevlar dan Retha bagaikan tom and Jerry.

Semenjak Kevlar mempermalukan Belin di kantin waktu itu meminta putus hingga sekarang Retha merasa sangat membenci Kevlar yang telah berani mempermainkan sahabatnya.

"Kakak buat teh dulu, ya." Lindo memperbaiki posisi kursi roda yang diduduki Belin kemudian masuk ke dapur.

Luka lebam dan memar di punggung Belin kini mulai memulih. Hanya saja ia harus menggunakan kursi roda untuk bersandar demi tulangnya dalam masa proses penyembuhan.

Nyeri itu masih ada Belin tahan semampu mungkin. Ia tak ingin sering mengeluh, bersyukur ia baik-baik saja. Punggungnya akan kembali pulih dan bisa berjalan kembali.

"Gue ada sesuatu buat lo," ujar Rayan sambil memberikan sebuah paper bag berwarna pink kesukaan Belin.

"Wah, ini apaan, Kak Rayan?" Mata Belin berseri bahagia melihat warna pink di depan mata.

"Liat aja dulu," pinta Rayan. Penglihatannya tak henti-henti menatap wajah Belin. Sementara Kevlar yang berada di samping kiri Rayan cemberut melihat keakrabpan keduanya.

Kevlar seolah acuh tak mendengar pembicaraan antara Belin dan Rayan. Melanjutkan bermain game favoritenya sekarang hal terpenting bagi seorang Kevlar.

"Baiklah, Kak."

Belin kebingungan ketika melihat sebuah kotak di dalam paper bag. Keningnya berkerut, ia menatap Rayan kembali. "Ini apa, Kak?"

"Lihat aja dulu."

Bibir tipis Belin cemberut, sangat menggemaskan sekali anak ini. Tak sadar Rayan tersenyum lalu mengacak rambut Belin pelan.

Kotak itu dibolak balik. Betapa kagetnya di kotak terdapat gambar handphone. Belin mengambilnya, perlahan plastik ia buka.

"Handphone? Kak Rayan baru beli hanphone baru?" tanya Belin polos. Ia kira barang mahal itu milik Rayan.

"Iya benar."

"Yaudah, Kak. Ini Belin kembaliin. Lagian Belin udah buka." Belin menyodorkan benda pipi mewah itu ke sang pemilik.

"Coba baca tulisan yang ada di paper bag nya."

Gadis lugu ini hanya mengangguk mengikuti perintah Rayan. "Hadiah untuk Belin." Ia mengejanya, seketika membulatkan mata kembali saat tiga kata itu mulai tercerna dikepala.

"Hah? Belin? Hadiah?" Belin tergugup sendiri.

"Iya buat lo siapa lagi? Lagian gue udah punya handphone." Rayan menunjukkan benda mahal itu ke Belin.

Belin benar kaget bukan main, handphone nya sama persis, hanya membedakan warna saja. Shock! Belin masih shock dengan ini. Rayan adalah orang kaya. Barang yang dia punya mahal dan mewah serta bermerek. Terus benda ini sama dengan yang Rayan punya. Harganya pun juga pasti tak kalah sama.

BELINDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang