Thirty-Nine √Airport

345 24 11
                                    

Jangan salahkan hati dan perasaan seseorang. Sebab, semuanya ada tanpa diminta.

⛅⛅⛅

Langkah itu cepat dengan napas diatur sambil berlari. Keringat kini membasahi pelipis. Urat-urat nadi terespos dileher putihnya. Suara sepatu dan lantai berpadu seiring langkah. "Lo ke sana, gue ke situ," ujar salah satu diantara mereka kemudian berpencar.

Malam semakin larut. Sebentar lagi perempuan menjadi pujaan hati dua pemuda ini akan meninggalkan semua keperihan dari lingkungan tempat kelahirannya. Bertahun-tahun rasa lelah terpendam tanpa ingin mengeluh. Menikmati alur kehidupan menerjang membaluri.

"Belum ketemu juga," ujar salah satunya. Suara lantang menggema hingga orang sekitar menatap histeris pada keduanya tengah panik dan mondar-mandir tak jelas. Menghubungi seseorang rasanya percuma. Tidak ada kata 'berdiring' saat menelpon.

Sial! Kenapa harus menghilang disaaat gini! umpat salah satunya lagi.

"Gila! Anak itu ngapain nggak aktif lagi. Minta dicebur aja!" sahut diantara mereka lagi. Jika tidak sadar HP mahal itu bisa saja dibanting jauh tanpa mengingat persoalan harga.

"Cari di sana aja, yok." Pikiran berkecamuk. Orang-orang sekitar memandang keheranan dan tidak jelas ke dua pemuda tadi.

Bayangan gadis lugu, cantik dari luar dan dalam memenuhi pikiran. Senyum tulus selalu diperlihatkan. Meskipun merasakan banyak sakit, sebuah mekaran senyum tetap saja terpampang. Dia Belin. Berhasil mengobati dirinya sendiri dengan pilu-pilu menghadang. Berhasil menggoyahkan keruntuhan gengsi satu pemuda sombong.

Ciitt

Langkah kaki tiba-tiba terhenti dan samar-samar melihat seorang gadis di mana rambutnya terikat tinggi sedang duduk sambil menatap lauar ponse. Kevlar melihat Rayan terhenti mengikut memandang arah mata sang abang. Senyumnya jauh mekar dari orang disamping.

Sedari tadi mereka berdua mondar-mandir akhirnya dengan usaha Belin dapat ia temui.

Setelah tersadar, Rayan melangkah cepat menghampiri gadis pujaan hati, gadis yang berhasil mengambil alih hatinya, sosok gadis istimewa untuknya. Ingin sekali memeluk perempuan mungil ini, dia semakin dekat namun Belin masih belum sadar seseorang tengah berjalan ke arahnya.

Satu suara ingin keluar dari mulut Rayan. Tangannya melambai. "BELINNNN!!!" pekik seseorang namun bukan Rayan melainkan Kevlar dan berlari kecil menuju perempuan tersebut. Pelan kepala Rayan menengok adiknya. Binaran mata menunjukkan keperihan. Dia baru tersadar akan sebuah kenyataan baru, kenyataan yang tidak bisa diterima, namun, lagi-lagi harus mengalah dari pada mengikuti kata hati.

Terlihat raut wajah Kevlar bahagia menyusuri Belin. Perempuan dipanggil namanya tadi spontan berbalik ke arah suara. Mulut sedikit terbuka, bagaimana tidak terkejut melihat dua pemuda yang telah memenuhi harinya sekitaran setengah tahun ini.

Masih belum bergeming. Langsung saja Kevlar menghampiri dan memegang kedua pundak Belin. Napas terengah sangat jelas cewek itu rasakan. Menatap ke kanan, lebih tepat dia melihat Kevlar tengah memegang kedua pundak. Setelah itu, Belin memberanika diri menatap Kevlar.

Matanya saling beradu beberapa detik, seakan sedang bercerita akan kesedihan takut kehilangan dari salah satu. Setelah sadar, bola mata Belin beralih menatap satu pemuda sekitaran lima belas langkah dari tempat Kevlar berdiri.

BELINDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang