Two √Bullying

912 68 20
                                    

Bersabarlah. Tuhan tidak tidur. Setiap perlakuan yang kamu terima hari ini akan terbalas sendirinya.


⛅ ⛅ ⛅

"Hai, kenalin gue Putri Retha Soares. Panggil aja gue Retha." Cewek berparas cantik dengan poni ala koreanya itu tersenyum tipis. Tangannya ingin menjabak tangan Belin.

"Soares?" Belin terkejut mendengar nama Soares. Sepertinya itu familiar. Ia kemudian menerima jabakan tangan Retha sedikit kikuk.

"Iya, itu nama marga keluarga gue. Gue anak dari keluarga Soares." Retha menarik Belin duduk di sampingnya.

"Jadi, ini Retha yang sering mucul di tipi? Pantasan wajah Retha terlihat familiar. Retha juga yang punya Universitas Brimana, kan?" tanya Belin memastikan.

"Hehehe, iya, emang gue kadang mucul di tv dan sosmed. Muncul pas wawancara tentang perusahaan daddy. Bukan gue sih, lebih tepatnya punya daddy gue."

Soares? Seingat Belin Soares adalah keluarga terkaya nomor ke-7 di Dunia. Itulah yang sering Lindo katakan setiap bercerita tentang Universitas kesayangannya. Lindo sangat memuji dan mengagungkan Soares. Berkat keluarga Soares Lindo dapat kuliah di Universitas Brimana.

"Sekarang lo duduk sebangku dengan gue. Berarti kita temanan," ujar Retha penuh semangat. Murid lainnya memandang Retha aneh. Bagaimana bisa seorang Retha terkenal cuek, dingin, pendiam bisa bicara sehangat teh pada Belin yang statusnya hanya anak dari keluarga kelas bawah.

"Waitt, lo mau duduk dan berteman sama dia? Cewek cupu ini? Euu. Gak level, Ret, dia cuman cewek miskin. Sedangkan lo dari keluarga terpandang seperti gue," sahut seorang cewek dengan suara khas cempreng.

Belin menunduk sesaat cewek itu berucap.
Suaranya? Seperti suara tadi pagi yang Belin dengar?

"HELOW ... seorang primadona sepupuan sama anak miskin itu. Gak level banget ih. Eh, gue bilang dia miskin karna liat dari penampilannya. Liat tuh, sepatu sama tas udah jelek gitu belum ganti. Ormis emang."

"JAGA UCAPAN LOH, CRISTAL," bentak Retha. Ia berhenti sejenak mengambil napas, "dia cewek baik-baik gue mau berteman sama dia! Masalah status? Nggak masalah. Asal dia baik maka gue bakal temanan sama dia," lanjut Retha. Wajahnya memerah emosi.

Ternyata nama dia Cristal.

"Gue nggak salah dengar, Ret? Lo ngebentak gue karena cewek miskin ini?!"

"NGGAK SAMA SEKALI. IYA, KENAPA? ADA MASALAH, HAH!!!"

Bu Marvel sedari tadi menulis materi di papan bening berkilau, terhenti akibat keributan suara Cristal dan Retha. Disisi lain, murid kelas 11 B berbisik akannya Cristal terkena bentakan seorang Retha. Pasalnya di kelas Rertha terkenal pendiam dan inilah kali pertama Retha mengeluarkan suara keras.

"Loh-loh, ngapain kalian bertengkar? Dan kamu Cristal kenapa bisa berada di situ? Kembali ke tempat duduk mu sekarang juga!" titah Bu Marvel satu helaan napas.

Cristal memutar bola mata malas. Menghembuskan napas kasar. Kedua tangannya tersilang di dada.

"Lo yang tadi dekatin Kak Rayan. Gue bakal ngelaporin lo sama Kak Alice. Bakal tau rasa lo." Cristal menunjuk Belin penuh amarah, "ucapan gue nggak pernah bohong," lanjut Cristal.

Jujur saja Belin takut setelah mendengar ucapan Cristal. Mata sipitnya melotot dengan posisi kepala tertunduk.

"Cristal ayo duduk. Prisila, Frinska ajak Cristal duduk."

Prisila Ovalyne dan Frinska Kimberly mereka berdua sahabat Cristal, ralat, lebih tepatnya ajudan Cristal. Prisila dan Frinska memang sama dengan Cristal, sama dari keluarga kelas atas. Akan tetapi, perilaku tidak pernah mencerminkan derajat keluarga. - Sahabat Cristal - merasa terpanggil dan segera menarik Cristal duduk.

BELINDA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang