18 : Teman Baru

388 64 1
                                    

"Aku yakin suatu saat nanti kalian pasti bakal saling mencintai."

👑👑👑



"Hahaha..." Joanne segera tertawa terbahak-bahak. Pangeran Max segera memasang raut wajah kebingungan. Apa yang lucu dari pertanyaannya?

"Kepedean banget sih kamu. Berharap banget ya aku suka sama kamu? Hahaha..." Wajah Pangeran Max segera memerah mendengar ucapan Joanne itu. Ia jadi menyesal karena sudah bertanya seperti itu. Andai mulut punya fitur unsent, Pangeran Max pasti akan melakukannya.

"Udah sana balik ke kamarmu sendiri. Ini udah tengah malam, besok sekolah. Kalau besok nggak bangun, aku tinggal..." ujar Pangeran Max. Wajahnya masih terlihat kesal.

"Ya udah ini dilepasin dulu..." Joanne menunjuk ke arah tangannya yang masih digenggam erat oleh Pangeran Max. Laki-laki itu refleks melepaskannya lalu mendorong Joanne keluar dari kamarnya.

Joanne masih terus memasang wajah jahilnya hingga ia sudah benar-benar keluar dari kamar Pangeran Max. Setelah itu, raut wajahnya mulai berubah menjadi datar. Sejujurnya perasaannya begitu campur aduk saat Pangeran Max menanyakan perasaan itu.

Ia cemburu dengan Zoe? Apa benar begitu? Bahkan Pangeran Caspian juga bilang seperti itu padanya. Apa benar diam-diam ia mulai menyukai Pangeran Max?

Joanne segera menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Sepertinya kepalanya mulai lelah berpikir rasional. Terang saja, sekarang sudah tengah malam. Saatnya untuk tidur. Joanne segera berlari menuju kamarnya dan cepat-cepat tidur. Ia tidak ingin ditinggal oleh Pangeran Max besok saat berangkat ke sekolah.

👑👑👑

"Saatnya hampir tiba. Kita akan mulai menjalankan rencana yang sudah saya susun selama ini. Kamu juga harus bersiap, Pangeran. Kamu akan mengambil kedudukanmu kembali. Jangan lengah sama sekali..."

Saat ini, Bangsawan Eleanor sedang berkunjung ke kamar Pangeran Caspian. Laki-laki itu hanya diam saja, tidak membalas ucapan ibunya.

"Sudah lama sekali saya menunggu momen ini. Momen dimana Raja Harrison turun dari takhtanya. Sebelum ia benar-benar turun, saya pasti akan meminta hadiah darinya. Ia pasti tidak akan menolaknya karena saya memegang kunci hidupnya," ujar Bangsawan Eleanor. "Apa kamu mendengarku, Pangeran?"

"Saya mendengar semuanya, Yang Mulia Bangsawan Eleanor..." balas Pangeran Caspian.

"Bagus. Oh ya satu lagi..." sahut Bangsawan Eleanor. Ia mulai menatap sepenuhnya ke arah putranya itu. "Jangan terlalu dekat dengan Putri Loretta. Beberapa kali saya memergokimu sedang berduaan dengannya di gedung belajar. Saya tidak mau kamu bergaul dengan orang rendahan sepertinya," peringat Bangsawan Eleanor.

Awalnya Pangeran Caspian sedikit terkejut dengan kata-kata Bangsawan Eleanor itu. Ia tidak menyangka bahwa selama ini ibunya itu terus memata-matainya. Namun pada akhirnya ia memilih untuk menganggukkan kepalanya. Sejujurnya, ia tidak terlalu suka dengan ibunya yang suka memata-matainya secara diam-diam itu.

"Satu lagi, awasi terus Pangeran Max. Buat dia merasa kesulitan dengan tugas-tugasnya. Saya mengizinkanmu untuk mengacaukannya karena memang kamu harus berbuat demikian. Dia harus menderita. Ingat, dia sudah merebut posisimu. Kamu perlu balas dendam padanya," ujar Bangsawan Eleanor lagi.

"Baik, Yang Mulai Bangsawan Eleanor. Saya akan menjalankan perintah Anda..." balas Pangeran Caspian yang memilih untuk menuruti semua perintah jahat Bangsawan Eleanor itu.

Bangsawan Eleanor mulai tersenyum lebar. Ia memeluk putranya itu dengan begitu erat. Pangeran Caspian mau tak mau membalas pelukan ibunya itu. Jarang sekali ibunya memeluknya seperti itu. "Jangan sia-siakan hari-harimu di sekolah dengan hanya berdiam diri. Kamu harus mulai bertindak. Sekolah itu adalah tempat yang paling aman untuk melakukan segalanya. Karena Pangeran Max hanya akan diam dan tidak mungkin melaporkannya pada para tetua..."

Royal 21st Century✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang